Bus Transjakarta Terbakar, Jokowi Enggan Tanggung Jawab

Bus Transjakarta yang terbakar di depan halte Masjid Agung Al Azhar, Jakarta Selatan, hari ini, Kamis 28 Agustus 2014, menambah panjang catatan gelap pengelolaan transportasi massal di Jakarta.

Bus buatan Tiongkok seharga 3,7 miliar itu adalah salah satu bus yang dibeli pada 2013 oleh Pemprov DKI.dengan menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah 2013. Kepala Unit Pengelola Transjakarta Pargaulan Butarbutar mengatakan bus Transjakarta yang terbakar di halte Mesjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan, adalah bus yang dibeli pada 2013. Bus itu berasal dari Cina bermerek Yutong dan bernomor TJ 022.

Pargaulan mengatakan bus tersebut tidak dikelola oleh operator swasta. "Bus ini tidak dikelola oleh operator, tapi oleh kami sendiri," kata Pargaulan, Kamis, 28 Agustus 2014.

Pada Januari 2014, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menganggarkan Rp 400 miliar untuk membeli bus baru dari Tiongkok, salah satunya bus Transjakarta berkode TJ 0022 yang terbakar ini.

Sampai hari ini, Kamis, 28 Agustus 2014, ada 7unit Bus Transjakarta yang terbakar sepanjang 2012-2014, atau selama pemerintahan Jokowi -Ahok. Rinciannya, pada 2012 ada 2 bus terbakar, 2013  ada 3 bus, dan 2014 2 bus. Sebelum musibah hari ini, ada pula Bus Transjakarta jurusan Pulo Gadung-Dukuh Atas bernomor polisi B 7494 IX yang terbakar hingga tinggal kerangkanya saja, di kawasan Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta Selatan. 

Hebatnya, tak ada antisipasi dari Pemprov DKI agar kejadian ini tak berulang lagi. Pemprov DKI Jakarta malah terkesan saling tuding setiap ada musibah. Pengemudi adalah yang pertama kali dituding dalam setiap musibah, sementara Pemprov cuci tangan. 

Bukan tak mungkin, musibah ini berawal dari buruknya kualitas bus yang diimpor. Rupanya, tandatangan Jokowi dalam berkas pembelian bus, tak membuat Gubernur DKI Jakarta yang saat ini dikukuhkan menjadi Presiden RI periode 2014-2019 ini merasa harus bertanggung jawab atas musibah-musibah Bus Transjakarta. (fs)



Baca juga :