48 Tahun Syahidnya Sayyid Quthb


Al Qur'an itu diturunkan Allah kepada Rasulullah dalam situasi beliau menyampaikan dakwah, mulai dari awal sampai akhir.

Allah membimbing dakwah Rasul-Nya itu dengan menurunkan ayat-ayat al Qur'an sesuai dengan kondisi yang beliau hadapi.

Oleh karena itu, orang yang akan mampu memahami isi dan pesan al Qur'an itu dengan lebih sempurna bila ia juga tenggelam dalam dakwah, dalam rangka meninggikan agama Allah ini.

Sebab, dalam perjalanan dakwahnya itu ia akan menemui hal-hal yang serupa dengan apa yang dihadapi Rasulullah. Pahit, getir, senang, susah, dan semua asam garam perjuangan akan ia temui secara kongkrit, bukan sekadar teori dan khayalan. Sekalipun model dan bentuknya berbeda, tapi intinya sama. Di sanalah ia akan menemui solusi masalah yang ia hadapi dari al Qur'an sebagaimana Rasulullah menemui jalan keluar dari setiap perkara yang ia hadapi.

Barangkali itulah salah satu penyebab kenapa Sayyid Quthb diberi Allah kemampuan untuk menggoreskan tinta, menulis kitab tafsirnya yang fenomenal, Fi Zhilalil Qur'an. Padahal beliau bukan lah seorang ulama lulusan kuliah ushuluddin atau syari'ah.

Namun dengan hidup langsung bersama al Qur'an dalam mendakwahi masyarakat dan penguasa zalim di zamannya, membuat ia bisa betul-betul bisa menghayati apa pesan-pesan yang diinginkan al Qur'an seperti yang diturunkan Allah kepada Nabi-Nya.

Allah telah membukakan dan memberikan pemahaman al Qur'an kepadanya, apa yang yang tidak diberikan-Nya kepada orang yang sibuk siang malam mengkaji al Qur'an secara teori.

Ruh al qur'an itu betul-betul menjalar ke seluruh aliran darah dan pori-porinya. Keadaan itu tergambar dari kata-kata pertama yang beliau ungkapkan dalam muqaddimah tafsirnya:

"Hidup di bawah naungan al Qur'an itu nikmat. Nikmat yang tidak akan pernah diketahui kecuali oleh orang yang merasakannya".

Sampai akhirnya dakwah itu harus ia bayar dengan nyawanya, dan ia pun menemui kesyahidan di tiang gantungan "tughah" (penguasa dzolim -red) di zamannya.

(Peringatan 48 tahun kesyahidan beliau, 29 Agustus 1966 - 29 Agustus 2014)

Semoga Allah mengampuni beliau dan menggabungkannya kepada barisan para syuhada'.

(Zulfi Akmal, Al-Azhar Kairo)



Baca juga :