Seandainya Quick Count SMRC tidak di-intercept


Oleh Tras Rustamaji
(Ahli Statistik)

Berikut ini saya sampaikan grafik stabilitas suara pada quick count pilpres 9 Juli 2014 lalu yang bisa didownload di https://www.dropbox.com/s/n222cnykk2m8bug/SMRC_Rilis%20Quick%20Count%20Pilpres_2014%20_update_per12Jul14_.pdf


Apakah ada yang aneh pada kurva stabilitas suara di atas?

Bagi orang awam, tentunya grafik tersebut biasa-biasa saja. Tetapi TIDAK bagi ahli statistik. Hanya ahli statistik yang sedang jatuh cinta saja yang mengatakan grafik tersebut baik-baik saja? Tapi nampaknya sekarang banyak ahli statistik yang sedang jatuh cinta.

Apa anehnya? Anehnya ada di daerah yang saya lingkari di bawah ini:


Perubahan tersebut terlalu cepat dan tidak natural. Terkesan dipaksakan. Apalagi untuk urusan pilpres ini yang sangat ketat head-to-head, mestinya perubahannya tidak sedrastis itu. Bayangkan, dalam waktu 14 menit, posisi Prabowo yang tadinya unggul 52,94% tiba-tiba drop ke 47.06% hanya dengan penambahan sekitar 156 TPS. Itu berarti data yang dimasukkan pada periode ini berasal dari kantong-kantong tebal Jokowi dengan minimal 73% suara untuk Jokowi! Tidak mungkin. Karena cuma Bali dan Sulawesi yang > 73% dan itu totalnya cuma 73 samples! Mau ditambah sample dari mana lagi? Lagian kok bisa-bisanya seluruh TPS kantong Jokowi masuk datanya pada jam segitu?

Kalaupun akhirnya Jokowi menyalib Prabowo dan berbalik unggul, maka itu akan dilakukan secara perlahan tidak sedrastis itu. Apakah ini ada kaitannya dengan target deklarasi kemenangan Mega-Jokowi sehingga semuanya harus cepat kejar tayang?

Dalam ilmu statistik kita mengenal istilah outlier atau pencilan. Biasanya data seperti itu harus dibuang karena bisa membuat bias.

Saya melakukan sedikit interpolasi, kalau saja data yang masuk setelah jam 13.05 itu kita buang dan kemuadian kita interpolasi grafiknya Apa yang terjadi? Berikut hasilnya. (mohon maaf belum sempet bikin grafik yang bagus)


Jelas di situ dengan menggunakan quick count SMRC, dengan membuang data intercept, kita akan mendapatkan kurva yang sangat berbeda. Di mana sekarang Prabowo unggul sekitar 53,5% dan Jokowi di 46,5%.

Monggo yang ahli statistik bisa dikomentari?

*sumber: fb


Catatan Admin:
Hari gini masih bahas QC? Tinggal 3 hari pengumuman KPU? Admin posting tulisan ini semata sebagai dokumentasi keilmuan yang akan menambah khazanah wawasan kita. Tak ada kata terlambat untuk belajar dan menambah ilmu. Terimakasih kepada mas Rustamaji yang tak pelit berbagi ilmu secara obyektif. *follow Rustamaji di twitternya --- @rustamaji

Baca juga :