Preman Pemabuk itupun Bertaubat Mendengar Cerita Syuhada Gaza


Saya ketemu seorang preman. Kata kawan-kawannya dia ahli mabuk (preman tuak). Shalat kapan mut, tampilannya tidak mau tahu dengan persoalan agama, apalagi yang berbau keakhiratan.

Karena tahu saya pulang dari Mesir, tanpa babibu ia langsung saja menyerang dengan pertanyaan disertai nada sinis: "Kenapa orang di Palestina itu perang terus?!".

Dengan santai saya jelaskan apa sebenarnya yang terjadi di Palestina. Ringkas saja.

Lalu ia balik bertanya: "Apa orang di Gaza itu tidak takut mati?".

Saya jawab: Tidak. Justru mereka mencari kematian itu.

Dengan kaget ia melanjutkan pertanyaan: "Hah, kok bisa gitu?"

Saya coba menjelaskan: Karena bila mereka mati, akan mendapatkan kesyahidan. Orang mati syahid akan diampuni seluruh dosanya, sekalipun ia melakukan dosa besar. Dan insyaallah ia akan langsung masuk surga.

Mendengar itu raut wajahnya tiba-tiba berubah. Bibirnya gemetaran, bicaranya jadi kurang jelas, tenggorokannya tercekat dan air matanya meleleh. Lalu dengan susah payah ia berkata: "Bisa ga' carikan jalan untuk ngirim saya ke sana, saya juga mau mati syahid".

Saya tidak mengira kalau preman tuak punya hati seperti itu. Semoga Allah mengaruniakan taubat kepadanya.

Ini cerita 10 tahun yang lalu, tepatnya tahun 2004. Waktu kepulangan saya yang pertama kali dari Cairo. Saat itu bertepatan dengan syahidnya Syekh Ahmad Yasin dan disusul oleh DR. Abdul Aziz ar Rantisi sebulan sesudahnya.

Hari ini preman itu sudah berubah drastis. Beliau sudah menikah dan dikaruniai 2 orang anak. Sudah rajin shalat dan punya perhatian tinggi kepada agama. Apalagi permasalahan Palestina. Beliau juga sudah jadi tokoh masyarakat di kampungnya. Alhamdulillah.

Allahummahdi syababal muslimin.

(Zulfi Akmal)


Baca juga :