Para pendiri bangsa tak hanya bersepakat untuk mengusir penjajah dari tanah air, tapi mereka juga menghimpun cita-cita membangun bangsa dan negara yang berdaulat. Yang bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Hal itu termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat.
Jadi kedaulatan adalah tujuan paling awal berdirinya NKRI. Negara berdaulat dan mempertahankan kedaulatan adalah alasan serta tujuan para pejuang mendirikan negara. Sehingga siapapun mandatoris negara wajib mempertahankan kedaulatan negara.
Melindungi seluruh tumpah darah, adalah konsep inti dari kedaulatan. Indonesia merebut kemerdekaan setelah perjuangan ratusan tahun melawan penjajahan. Penjajahan adalah bentuk lain dari meniadakan kedaulatan sebuah bangsa. Melindungi seluruh tumpah darah ini juga meliputi melindungi setiap jengkal tanah NKRI tidak direbut oleh negara lain.
Memajukan kejesahteraan umum dengan cara mengelola secara berdaulat segenap sumber daya kekayaan alam dan potensi-potensi yang ada di bumi tumpah darah Indonesia. Tidak menyerahkan dan membiarkan pengelolaan, pemanfaatan dan eksploitasi kekayaan NKRI kepada pihak asing. Dan semua hal tersebut berorientasi pada meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan bangsa.
Mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk memajukan kualitas bangsa Indonesia melalui pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Memiliki keberpihakan terhadap penyiapan generasi penerus bangsa. Memiliki visi misi yang jelas dalam menjaga jati diri dan watak bangsa Indonesia. Serta penguatan identitas dan jati diri nasional yang akan menjadi barrier dalam menghadapi berbagai ancaman terhadap kedaulatan NKRI.
Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan kedailan sosial adalah visi internasionalisme Indonesia. Menjadikan NKRI sebagai bangsa yang punya marwah, memiliki martabat dan kedudukan yang setara dengan bangsa dan negara lain di dunia. Tidak cukup itu saja, namun juga berkontribusi secara aktif dan siginifikan dalam upaya-upaya konstruktif untuk memberikan kemerdekaan bangsa dan negara lainnya, menjaga perdamaian bagi dunia internasional, dan meneguhkan keadilan dan nilai kemanusiaan universal.
Keempat tujuan bangsa tersebut dapat dicapai hanya bisa terjadi jika dan hanya jika, secara mental secara pemikrian, dan secara rekam jejak, pemimpin NKRI adalah sosok yang berdaulat. Memiliki nasionalisme tinggi, dan memiliki konsen yang sangat intens terhadap kedaulatan dan pembelaan terhadap bangsa dan negara.
Berdasarkan telaah terhadap jejak perjalanan hidup, ulasan atas visi misi, serta kerja-kerja yang dilakukan, diantara dua capres maka Prabowo Subianto yang paling relevan untuk memimpin bangsa ini dengan konsepsi tersebut. Di lain sisi, tantangan faktual kontemporer yang urgen dan mendesak dihadapi Indonesia adalah persoalan menjaga kedaulatan. Pemberlakuan CAFTA, sengketa perbatasan, kepungan titik-titik kekuatan militer asing di wilayah regional sekitar Indonesia, penetrasi intensif budaya asing yang dekaden dan jauh dari karakter keindonesiaan, ekploitasi sumber daya alam oleh pihak asing, kesemuanya itu adalah realitas faktual yang dihadapi Indonesia.
Persoalan mendesak tersebut menghajatkan Indonesia untuk memiliki pemimpin yang punya naluri serta dibentuk oleh proses perjalanan mental yang sedemikian panjang untuk menjaga kedaulatan, martabat, dan jati diri bangsa. Persoalan ini jauh lebih mendesak daripada persoalan kebangsaan lainnya, tanpa bermaksud mengesampingkan dan meminggirkan problem kebangsaan lain. Karena hanya dengan persepsi dan konstruksi mental yang berdaulat, maka kerja-kerja besar mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh bangsa Indonesia serta memberikan kontribusi terhadap kehidupan kemanusiaan global dapat diwujudkan.
Setiap calon pemimpin Indonesia pastilah mempunyai konsep kesejahteraan bagi rakyat. Namun Indonesia membutuhkan bukan sekadar itu. Kesejahteraan harus diimbangi dengan pemahaman kedaulatan. Pun tak hanya pemahaman, namun juga wawasan, kapasitas, dan naluri mengenai geopolitik dan geostrategi. Hal itulah yang kami nilai ada dalam diri Prabowo Subianto. Maka mandat ini kami titipkan padanya. Mandat untuk berdaulat. []
Putro Samudro
aktivis mahasiswa