JAKARTA - Elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa disebut menyalip elektabilitas pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Hal itu terlihat dari hasil survei yang dilakukan Political Communication Institute (Polcomm) setelah digelarnya putaran ketiga debat antarcapres.
Direktur Polcomm Institute Heri Budianto menyampaikan, elektabilitas Prabowo-Hatta unggul 1,5 persen dari elektabilitas rivalnya, Jokowi-Kalla. Ia menyebutkan bahwa elektabilitas Prabowo-Hatta mencapai 46,8 persen dan Jokowi-Kalla mencapai 45,3 persen.
"Elektabilitas Prabowo naik karena responden menilai penampilan Prabowo dalam debat putaran ketiga mampu tampil lebih meyakinkan dari Jokowi," kata Heri di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (3/7/2014).
Selain karena hasil debat, kata Heri, publik juga mengaku terpengaruh pemberitaan media massa dan berita yang beredar di media sosial tentang hal negatif dari Jokowi atau PDI Perjuangan. Bahkan, Heri menyatakan banyak suara responden yang mengaku lebih setuju Jokowi menuntaskan pekerjaannya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Heri menyampaikan, surveinya ini dilakukan di 33 provinsi setelah acara debat antarcapres, mulai 23-27 Juni 2014. Metode yang digunakan adalah multistage random dengan wawancara tatap muka pada 1.200 responden. Ia mengklaim surveinya ini memiliki tingkat kepercayaan sebesar 95 persen dan margin error sebesar tiga persen.
Biaya survei disebut berasal dari Pusat Studi Komunikasi dan Bisnis Universitas Mercu Buana bersama Polcomm.
Heri menambahkan, elektabilitas Prabowo-Hatta itu naik sekitar 3,5 persen dari survei sebelumnya. Dalam survei Polcomm pada 16-20 Juni 2014, elektabilitas Prabowo-Hatta ada di angka 43,3 persen, di bawah elektabilitas Jokowi-Kalla sebesar 46,4 persen. Dengan demikian, elektabilitas Jokowi-Kalla turun sekitar 1,1 persen.
"Angka undecided voters juga menurun, pada survei sebelumnya mencapai angka kumulasi 10,3 persen, sekarang menurun menjadi 7,9 persen," pungkas Heri. (KOMPAS)