Merapal Doa untuk Gaza


Oleh Bambang Suherman
Deputi Direktur Dompet Dhuafa

Saya bersyukur pernah minum air Gaza dan memijak tanahnya dua kali. Saya pertama kali ke Gaza bulan Juli 2010; kedua Desember 2012, keduanya pimpin tim kemanusiaan. Setiap bulan-bulan inilah Zionis berulah dan Gaza bergolak. Ini semacam agenda tahunan yang terus berulang.

Setiap akan ke sana, saya membayangkan duka, tetapi setelah tiba, saya mendapatkan semangat membara dalam tiap jiwa pejuang Gaza. Saat melintasi perbatasan, Anda akan disambut bom satu ton Zionis yang gagal meledak di gerbang Gaza dan mereka akan tersenyum menyatakan “Israel bangga dengan bom dan kami bangga dengan Allah”. Mereka tidak sedih sedikitpun. Mereka memang terbatasi dalam “penjara kota” Gaza, tetapi mereka tangguh dan berwibawa. Jangan pikir mereka lemah.

Tiap tengah hari, sebuah barisan panjang pasukan perang melintasi jalan utama. Kata mereka, “Israel harus tahu kami siap setiap saat”. Malam hari pun puluhan pick up dengan senjata berat pawai keliling kota.“Kami selalu rindu saat berjumpa Allah tiba”, kata mereka.

Tentara Gaza menyapa hangat,”Bergabunglah dan kita akan segera bertemu di surga” sambil tersenyum dengan seragam lengkapnya. Foto anak korban di Gaza menyayat hati kita, tapi tanyakan sepuluh anak Gaza cita-cita mereka, menurut Anda apa jawaban mereka? Jawabannya adalah “syahid sampai Zionis kalah”.

Pernah di Gaza, saya dijamu seorang ayah. Kisah sepanjang jamuan itu adalah lumeran kebanggaan. Ia menceritakan tujuh putranya yang syahid. Ibunya tersenyum. Mereka tangguh! Mereka tidak bersedih dengan kematian. Mereka menyambutnya dengan takbir panjang.

Doakan mereka, jangan kasihani mereka. Saat anak-anak Gaza ditanya soal mimpi, mereka akan menjawab, “syahid seperti ayah dan paman!” Fotonya dipajang di jalan-jalan.

Saat pasang instalasi Air Dompet Dhuafa di Khan Yunis –sebuah kota di Gaza, saya bertanya, “bagaimana kalau fasilitas ini diserang Israel?” Mereka menjawab, “Kita buat lagi”. Pejuang Gaza tangguh. Mereka sulap padang pasir menjadi kebun buah dan sayur. Mereka bertani dengan AK-47 di pundak.

Pada suatu malam bulan Desember, saat suhu minus dua derajat di perbatasan, ada sebuah pasukan melingkar membaca Al-Qur’an. Senjata mereka lengkap siaga, mereka mengaji saat bertukar kabar. Mereka kisahkan kerabat mereka yang syahid dengan gembira, mereka tularkan semangat. Dingin pun seolah terhalau! Saya menggigil karena dingin dan karena semangat yang berkobar!

Mereka saling memeluk untuk berikan kehangatan. “Di surga tidak akan dingin lagi”. Saya berkata, “saudaraku, maafkan kami orang Indonesia. Di Indonesia tidak ada suhu dingin, sementara kalian menggigil di sini”. Mereka tersenyum “Sampaikan cinta kami untuk saudara muslim Indonesia”.

Saya mengunjungi korban cacat di Gaza. Dua kakinya telah syahid, dua tangannya menggenggam erat saya, “Kami bangga jadi bagian perlawanan”.

Kami ke mesjid Ibadurrahman di Rafah, bersua dengan 600 anak kecil yang sedang menghafal Al-Qur’an. Zionis takut pada mereka. Seorang putri kecil berumur 6 tahun memperdengarkan surat Al-Anfal dengan fasih, “ayah dan abangnya telah syahid”, kata mereka menerangkan.

Saat itu panas Bulan Juli, kami menemui satu kelompok anak lelaki bermain bola di pantai. Mereka berkata “Kami sedang mengadakan pertandingan sepakbola ‘Summer Camp’, melatih fisik agar siap berjihad”. Dalam keadaan siaga, pemuda Gaza siang kuliah, malam berjaga. Hidup mereka sederhana, hanya menanti pertemuan dengan Allah.

Malam hari kota Gaza terdengar berisik. Satu rumah satu genset. Listrik tidak ada, minyak masuk lewat terowongan. Masyarakat kota itu hidup dengan saling menjamu, bahkan saat perang. Mereka tahu bagaimana saling menyemangati. Mereka sosok yang misterius. Tapi satu hal yang pasti, pejuang Gaza sangat teratur dan disiplin. Mereka terbiasa menghitung semua kemungkinan.

Maka jika ada serangan Zionis, kapan pun itu, saya yakin mereka selalu siap menyambutnya, lelaki-perempuan-dan anak-anak. Saya tanya seorang anak, kelak besar jadi apa.

“Syahid seperti ayah”, ia menjawab itu dengan lugas tanpa lama berpikir. Bayangkan ibunya, bagaimana ia mampu mendidik anak tangguh dalam keadaan terbatas. Pastilah ia ibu yang luar biasa.

Perempuan Gaza adalah sebaik-baik perempuan. Mereka teruji bukan semata karena perang, tapi juga tersebab kematian orang-orang terkasih. Rahim mereka adalah rahim paling mulia, tersebab darinya lahirkan manusia utama, hidup hafal Al-Qur’an, mati menghuni surga.

Perempuan Gaza tidak sedikitpun mengeluh. Air mata mungkin menetes, tapi semangat juang akan tumbuh subur karenanya. Makanya, perang 8 hari Desember 2012, ada 100 anak syahid di Gaza, 1.000 anak lahir di sana. Perlawanan tidak akan berakhir.

Perempuan Gaza tahu apa peran utama mereka. Mereka memastikan gugur 1 tumbuh 100. Jiwa suci terus bergantian menghuni Gaza. Perempuan Gaza punya cara sendiri menyantuni janda syahid dan memuliakan keluarganya. Mereka satu keluarga besar. Pejuang Gaza adalah sosok berani dan cerdas. Mereka menghitung semuanya dengan logika perang. Saat bawa misi untuk Gaza #foodbank, kami pilih program beternak. Mereka memilih kelinci. “Tidak mudah diserang Zionis”, kata mereka menyebutkan alasan mengapa memilih kelinci.

Bantuan makanan mereka butuhkan, sebab blokade memutus rantai logistik ke Gaza agar pejuang menjadi lemah. Maka kami buatkan sumber makanannya. Peternakan kelinci untuk program Gaza #foodbank 6 bulan telah panen dan kini dibagikan secara reguler ke penduduk sana. Oleh karena itulah, Gaza selalu menakutkan bagi Zionis. Lelakinya, perempuannya, juga anak-anaknya.

Saat pulang, panglima Gaza, Ismail Haniya, berpesan, “Doakan Palestina”.

Maka kita bela Palestina karena kita bela perampasan atas kemerdekaan. Maka kita cinta Palestina karena kita cinta rasa kemanusiaan.

Ayo bantu mereka. Bukan karena mereka lemah, tapi karena mereka lebih kuat dari kita. Semoga malam ini doa-doa terapalkan untuk Gaza.

***

Catatan: untuk penyaluran bantuan ke Gaza, Anda bisa mentransfer ke rekening Muamalat 340.0000.482 atau BCA 237.7878.783 atas nama Yayasan Dompet Dhuafa Republika.

*sumber: selasar.com

Baca juga :