Elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta terus meroket mendekati Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014. Meroketnya pasangan ini membuat panik kubu Jokowi-JK yang hasil survei terakhir stagnan dan cenderung turun.
Kepanikan itu terlihat dari isu pelanggaran HAM yang terus menguat. Salah satunya, manuver konferensi pers mantan Panglima ABRI Jenderal (Purn) Wiranto yang tak lain tim sukses (timses) Jokowi-JK, terkait Prabowo.
Pengamat politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Ahmad Imam Mawardi mengatakan, sikap tersebut menunjukkan kepanikan dari kubu Jokowi-JK.
"Ini pertanda kepanikan dari tim sukses Jokowi-JK. Mereka melihat ada kecenderungan elektabilitas Jokowi-JK turun, sesuatu yang terpaksa tidak pernah dibuka akhirnya dibuka," kata Mawardi, di Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Senin (23/6/2014).
Menurutnya, isu pelanggaran HAM benar-benar menjadi komoditas politik. Terlebih lagi, saat Prabowo Subianto maju sebagai capres. Karena rival politik sangat tahu, sudah tidak ada lagi isu yang bisa menggempur mantan Danjen Koppasus itu selain isu pelanggaran HAM.
"Kenapa dulu saat Prabowo berpasangan dengan Megawati pada Pilpres 2009, isu ini tak sekeras sekarang? Itu karena Mega dan Prabowo tak akan menang. Kalau sekarang, kemungkinan Prabowo menang cukup besar," kata Mawardi.
Tujuan dihembuskannya isu pelanggaran HAM ini sebenarnya tak lepas dari upaya kubu Jokowi-JK menggaet pemilih yang bimbang (swing voter). Namun masalahnya, lanjut Mawardi, swing voter adalah kelas menengah teredukasi. Mereka memiliki cara pandang kritis terhadap isu tersebut.
"Justru yang terjadi adalah 'blessing in disguise' bagi Prabowo. Posisi Prabowo semakin aman. Kini tinggal bagaimana tim sukses Prabowo-Hatta menanggapi isu ini. Saya melihat, mereka tidak emosional dalam menanggapi isu ini," tuturnya.
Selain kontraproduktif dalam memikat pemilih kelas menengah yang bimbang, isu tersebut justru menjauhkan dukungan keluarga TNI-Polri terhadap Jokowi-JK. Menurut Mawardi, keluarga militer yang punya hak pilih justru akan memilih Prabowo-Hatta.
Mawardi menyesalkan lebih gencarnya pertarungan isu dan citra daripada program kerja dalam pemilu presiden kali ini. "Orang akhirnya capek, karena yang diomongkan itu-itu saja, masalah HAM. Dikira bakal bisa meruntuhkan lawan politik, ternyata tidak," pungkasnya. (sindonews)