Pilpres dan "Handsome Effect"
*by admin @Strategi_Bisnis
(7/6/2014)
Ditengah demam kampanye, admin mau share sebuah fenomena unik yg dikenal dg sebutan "handsome effect". #HandsomeEffect
Studi2 ttg political marketing, khususnya ttg perilaku pemilihan presiden di amerika, menyodorkan sebuah kesimpulan yg layak dikenang....
Studi itu menulis: capres dg wajah handsome, gagah dan good looking selalu punya peluang lebih besar untk terpilih (Gladwell, 2005).
Dlm bukunya yg berjudul Blink (2005), Gladwell menyebut faktor handsome itu sbg "warren harding error".
Warren Harding adlh capres amerika di thn 1921, dg rekam jejak yg amat buruk, tp scra mengejutkan ia menang.
Kenapa Harding menang meski rekam jejaknya buruk? Krn Harding adlh pria gagah, berwibawa dan good looking. Begitu tulis Gladwell.
Faktanya, semenjak presiden John F Kennedy yg super ganteng itu, presiden terpilih Amerika memang selalu pria yg tampan dan gagah.
Mulai dari Ronald Reagan yg mantan aktor, Bill Clinton yg charming, hingga Barack Obama yg penuh pesona magis. #HandsomeEffect
Tentu saja, perilaku pemilih yg hanya terpukau dg pria gagah/good looking adalh perilaku yg tdk rasional.
Tapi dlm ilmu marketing (termasuk political marketing), irasionalitas acapkali lebih penting dibanding rasionalitas.
Dan dlm ilmu marketing (termasuk political marketing), persepsi seringkali lebih penting dibanding fakta itu sendiri.
Bagi para ahli marketing/political marketing, persepsi anda akan sebuah fakta jauh lebih penting dibanding fakta itu sendiri.
Jack Trout and Al Ries dlm karyanya yg monumental berjudul Positioning, pernah menulis spt ini....
Dalm perang pemasaran (termsuk perang pemasaran capres) hal terpenting adlh memenangkan persepsi pelanggan (pemilih). #HandsomeEffect
"The real battle is to win the minds of consumers (voters)". Begitu mereka menulis dlm buku Positioning.
Fenomena "handsome effect" ini mungkn universal. Buktinya, pemilih di amerika yg konon sdh majupun, ternyata selalu terkena efek ini.
Sbgtu kuatnya faktor good looking ini, hingga di Amerika muncul kredo: jangan pernah maju jd capres jika anda tdk handsome dan gagah.
Kenapa "faktor handsome" selalu hadir? Ini ada kaitannya dg hallo effect - sebuah thinking error yg sdh pernah admin bahas 2 bulan lalu.
Orang yg terkena jebakan hallo effect menganggap bahwa orang yg gagah dan good looking pasti hebat dlm segala hal.
10 tahun lalu, jutaan orang di tanah air (terutama ibu2) jg pernah terkena bius "handsome and good looking effect".
Pertanyaannya: apakah "handsome effect" ini akan kembali membuat salah satu capres memenangkan pertarungan?
Sekali lagi, based on science, jangan pernah underestimate "handsome effect" ini.
Dlm studinya ttg pola perilaku pemilihan presiden amerika, Malcolm Gladwell pernah menulis dg pahit....
"Pd akhirnya kemenangan presiden tdk ditentukan oleh visi/misi. Tp apakah capresmu gagah dan tampan atau kerempeng...."
Kesimpulan yg amat pahit.....
Mungkin kadang irasionalitas yg lebih menentukan. Kadang persepsi memang lbh menjadi penentu, dlm perang pemasaran.
Begitu tulis Gladwell dlm bukunya yg amat terkenal, "Blink : The Power of Thinking Without Thinking". #HandsomeEffect
Terus terang, saat membaca kembali buku Blink itu, admin tercenung.
Apakah kesimpulan Gladwell itu akan kembali terjadi dlm pemilihan capres kali ini?
Hanya sejarah yg akan menjadi saksi...... #HandsomeEffect
*sumber: https://twitter.com/Strategi_Bisnis
Dalm perang pemasaran (termsuk perang pemasaran capres) hal terpenting adlh memenangkan persepsi pelanggan (pemilih). #HandsomeEffect
"The real battle is to win the minds of consumers (voters)". Begitu mereka menulis dlm buku Positioning.
Fenomena "handsome effect" ini mungkn universal. Buktinya, pemilih di amerika yg konon sdh majupun, ternyata selalu terkena efek ini.
Sbgtu kuatnya faktor good looking ini, hingga di Amerika muncul kredo: jangan pernah maju jd capres jika anda tdk handsome dan gagah.
Kenapa "faktor handsome" selalu hadir? Ini ada kaitannya dg hallo effect - sebuah thinking error yg sdh pernah admin bahas 2 bulan lalu.
Orang yg terkena jebakan hallo effect menganggap bahwa orang yg gagah dan good looking pasti hebat dlm segala hal.
10 tahun lalu, jutaan orang di tanah air (terutama ibu2) jg pernah terkena bius "handsome and good looking effect".
Pertanyaannya: apakah "handsome effect" ini akan kembali membuat salah satu capres memenangkan pertarungan?
Sekali lagi, based on science, jangan pernah underestimate "handsome effect" ini.
Dlm studinya ttg pola perilaku pemilihan presiden amerika, Malcolm Gladwell pernah menulis dg pahit....
"Pd akhirnya kemenangan presiden tdk ditentukan oleh visi/misi. Tp apakah capresmu gagah dan tampan atau kerempeng...."
Kesimpulan yg amat pahit.....
Mungkin kadang irasionalitas yg lebih menentukan. Kadang persepsi memang lbh menjadi penentu, dlm perang pemasaran.
Begitu tulis Gladwell dlm bukunya yg amat terkenal, "Blink : The Power of Thinking Without Thinking". #HandsomeEffect
Terus terang, saat membaca kembali buku Blink itu, admin tercenung.
Apakah kesimpulan Gladwell itu akan kembali terjadi dlm pemilihan capres kali ini?
Hanya sejarah yg akan menjadi saksi...... #HandsomeEffect
*sumber: https://twitter.com/Strategi_Bisnis