Pak Tifatul di sebuah masjid |
Oleh : Widya Nova Syamita
Malam sudah larut. AC masjid BI dingin menusuk tulang. Pak Tifatul Sembiring pemateri mabit kali ini.
Beliau masih tetap semangat berapi-api, yang mendengar juga masih sangat betah mendengarkan penyampaian beliau. Tokoh nasional berdarah Minang, sekaliber menteri berbicara tentang sahabat 'Ali, membahas hadits, ibunda Aisyah, dan banyak hal tentang diin ini. Lama, dan semua audiens terkesima. Hingga semakin larut, moderator menyisipkan kertas kecil. Semacam pesan dari panitia bahwa waktu untuk beliau ngasih materi sudah habis.
Setelah membaca kertas kecil itu, beliau mengatakan:
"Sungguh, saya rindu dengan majlis agama seperti ini. Berceramah. Sudah lama rasanya tidak begini. Jadi mohon dimaklumi saya minta waktu agak lama. Mengurus negara ini capek juga, melelahkan. Walaupun kita sadar ya negara musti diurusi, dipikirkan. Kalau bukan kita, siapa lagi. Jadi berhubung saya rindu duduk di hadapan jamaah seperti ini, minta waktu ya sedikit lagi..."
Kalimatnya itu sederhana, tapi saya tergugah. Itu lebih terdengar seperti curhatan beliau. Saya ini rindu lho nge-ruhiy. Saya ini kangen ngustadz.
Seorang saudari di sebelah berbisik: kasihan ya wid..
Baru-baru ini hadir di kota Padangpanjang. Untuk keduakalinya mendengar langsung ceramahnya. "Sekiranya politik ini tak akan menguntungkan agama kita,..kita tinggalkan ini semua...," ujar Pak Menteri.
Yang mendengar seolah diingatkan lagi, diteguhkan lagi kenapa kita memilih jalan ini.
Dan sebait dua bait doa tulus, aku persembahkan...
Semoga Allah mengokohkan hati dan langkah para qiyadah dakwah ini. Kita doakan semoga beliau yang di pentas gaduh itu Allah jaga hatinya. Karena semakin tinggi derajat seseorang, semakin berat ujiannya. Dan sekali lagi, jamaah ini adalah jamaah manusia. Bukan jamaah malaikat.
Mudah-mudahan Allah karuniakan fadhilah dan keberkahan untuk keridhaan mereka menyibukkan diri dengan sesuatu yang sebenarnya mereka pun tak sepenuhnya suka. Tapi mereka berangkat walaupun dalam kondisi berat.... Infiruu khifaafan watsiqaalan. Bahwa keberadaan mereka bukan karena candu jabatan. Tapi memang ini amanah, bahwa di pundak merekalah banyak urusan ummat ini diserahkan..
Dan Allah tak pernah salah pilih.. Dan niat itu hanya Dia yang tau..