Menjadi Bintang di Langit Zaman


Anis Matta menggunakan metafora bintang untuk menjelaskan pencalonan dirinya sebagai presiden di pemilu 2014 saat mengisi acara Temu Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Se-Sulawesi Selatan, Sabtu pekan kemarin, di Hotel Sahid, Makassar.

“Capres yang ada sekarang, ibarat bintang di langit. Lalu kita tambahkan lagi bintang-bintang baru di langit, biar bumi kita makin terang,” ungkap Anis.

Ketika langit dihiasi bintang, menurut presiden PKS itu, akan mendatangkan manfaat bagi manusia. Salah satu yang mengambil manfaat dari keberadaan bintang itu adalah para nelayan. Karena bintang bisa dijadikan petunjuk arah saat berlayar.

“Para pelaut, termasuk nenek moyang kita dulu, menggunakan bintang sebagai petunjuk jalan ketika berlayar. Siapa tahu, ada pelaut yang membutuhkan petunjuk arah, yang membutuhkan peta jalan. Dan kita adalah bintang yang mereka tunggu. Kita adalah bintang di langit zaman,” jelas Anis, yang langsung disambut riuh yang hadir.

Penjelasan Anis itu rupanya berdasarkan hasil survey terhadap nama-nama calon presiden yang beredar saat ini. “Ada keganjilan dari hasil survey itu. Sekitar 60 persen dari orang yang sudah menetapkan pilahan untuk calon presidennya, ternyata siap berubah apabila ada pilihan baru. Berarti, orang Indonesia saat ini bukan tidak punya pilihan, justru mereka kekurang pilihan,” pungkas Anis.

Cara Anis menggunakan metafora bintang untuk menjelaskan tentang pencapresan dirinya, ditambah dengan gagasan Gelombang Ketiga yang diwacanakannya, mengingatkan masyarakat pada sajak 'Nyanyian Pahlawan' yang pernah ditulisnya pada awal masa reformasi:

Aku datang mengantar senja
Katakan padaku wahai malam
Berapa bintang yang kau perlukan
Untuk menerangi langitmu

Inilah lagu cinta dan kehormatan
Yang kunyanyikan dengan tekad 
Wahai ummat wahai bangsa 
Aku selalu ada di sini
Saat darah saat air mata
Aku datang mengantar ummat
Pada gerbang sejarah baru


Baca juga :