Catatan Kepanduan di Balik Kisah Sukses 'Penaklukan GBK'


Oleh: Abu Haniyya


02.30 WIB

Dingin air Kota Bogor menusuk kulit sampai ke tulang. Hari masih berselimut gelap dan berkabut. Puluhan pemuda berbaju seragam Pandu Keadilan sudah berkemas di Kantor DPD PKS Kota Bogor. Mereka menginap di kantor DPD Kota Bogor untuk mempersiapkan diri menjalankan tugas.

03.00 WIB

Setelah menunaikan qiyamullail,  kami, personel Kepanduan Bidang Kepanduan dan Olahraga (BKO) DPD PKS Kota Bogor sudah berkemas dan melakukan apel siaga. Ada apa gerangan apel siaga dini hari saat sebagian besar manusia masih terlelap? Ada tugas besar yang harus dipikul oleh kami. Kepanduan BKO Kota Bogor yang  mendapat amanah untuk turut serta mengamankan agenda dakwah, agenda politik sekaligus mengamankan aset negara yaitu Kampanye Pemilu Legislatif  2014 di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta.

Ada seorang personel yang sejak kemarin mengabarkan bahwa ia sakit diare, tapi malam ini hadir dengan muka cerah penuh semangat. Saya mendekati beliau yang sudah berumur 40 tahun ke atas.

“Pak Eman, antum katanya Diare? Apa sudah sembuh, Pak?” tanya saya memastikan kondisi Pak Eman.

“Sebenarnya masih, tapi mau izin malu. Ana paksakan diri, akh.”

Hati saya berdegub. Gelora semangat sudah dimulai di pagi buta ini. Semangat Pak Eman menghangatkan semangat saya dan personel lain.

Tak lama, Komandan BKO Kota Bogor, Pak Nasri juga tiba. Beliau juga bisa dikatakan  tidak muda lagi. Beliau saya tahu baru saja datang dari acara sekolah di Kepulauan Seribu. Sangat lelah tentunya, tapi wajah beliau secerah Pak Eman. Tak ada wajah letih dan lemah. Aura semangat. Pak Nasri yang akrab dipanggil “Jenderal Menir” menerpa saya dan personel lain. Ya, semangat itu sudah semakin berkobar sebelum kami tiba di GBK.

Apel siaga berlangsung khidmat. “Jenderal” memberikan taussiah yang membuat semangat kami benar-benar terbakar. Rasa kantuk sedikit hilang dan dinginnya malam berubah sejenak menjadi hangat.

“Kemenangan sudah dekat. Tugas kita adalah bagaimana memantaskan diri  untuk mendapatkannya.” Itu sekelumit pesan yang sempat saya tangkap dari taushiah “Jenderal”

03.30 WIB

Bus Mayapada berwarna hijau putih menembus dingin dan tebalnya kabut pagi Kota Bogor menuju GBK.  Sebagian personel masih terlihat mengangguk-angguk tanda masih mengantuk. Saya sendiri tak melewatkan waktu terbaik untuk tidur ini karena baru bisa tidur sejam tadi malam. Susana sunyi di dalam bus, tak sesunyi hati kami yang bergemuruh bersiap mengamankan even besar dakwah yang akan menggelorakan semangat kader se antero Nusantara.

04.30 WIB

Bus besar mulai memasuki GBK. Agak lama berputar karena kebingunan mencari posisi Masjid Al Bina. Segera kami putuskan untuk berhenti di bundaran Air Mancur GBK.

Suasana shalat subuh berjamaah di Mushola ruang VIP GBK sangat syahdu. Imam shalat subuh dari salah satu personel Kepanduan melantunkan bacaan surat dalam shalat begitu menyentuh. Saya terharu sekaligus terbangkitkan energi ruhiyah. Sungguh ini bekal yang bagus untuk menunaikkan amanah penting hari ini.

06.30 WIB

Ratusan orang sudah berkumpul di halaman  ruang VIP GBK. Beraneka seragam dikenakan ratusan orang yang berbaris rapi. Mereka adalah elemen-eleman tim pengamanan acara Kampanye Pemilu Partai Keadilan Sejahtera Provinsi DKI Jakarta di GBK hari ini, ahad 16 Maret 2014. Ada KORSAD dengan pakaian hitam-hitam dengan baju bergaris merah bertuliskan Korps Pengamanan PKS. Ada ratusan orang berpakaian seragam Pandu keadilan berarwa coklat mudah dan coklat tua. Mereka adalah personel pandu regular dari seluruh Jakarta dan beberapa kota sekitar Jakarta, termasuk Kepanduan Kota Bogor. Ada juga rombongan berbaju loreng hitam, merah dan putih laki-laki dan perempuan. Mereka adalah Relawan Merah Putih, tim pengamanan dari simpatisan PKS Jakarta.

07.00 WIB

Kami sudah berada di dalam lapangan GBK. Kota Bogor mendapat tugas di bagian dalam lapangan mengamankan lapangan dan aset yang ada di lapangan. Bersama ratusan Kepanduan lain, kami akrab saling menyapa. Sarapan sederhana pun begitu nikmat kala dinikmati bersama “pasukan” terdepan dalam dakwah ini.

Sebelum sarapan, saya menyempatkan diri berbincang dengan beberapa rekan dari “Relawan Merah Putih”. Bu Ririen, salah satu personel Relawan Merah Putih sempat mengobrol ringan dan berfoto bersama kami, personel Kepanduan Kota Bogor. Saya sempat menanyakan, apa kegiatan yang diadakan Relawan Merah Putih  bersama PKS?

“Kami tinggal di basis PKS. Tiap pekan kami mengadakan pengajian. Ada juga kegiatan sosial dan program penanggulangan penyalahgunaan Narkoba. Di bencana, kami juga ikut membantu.”

Bu Ririen dan kawannya yang tadinya saya kira sangar, ternyata sangat ramah dan santun. Saya mendapat kejutan luar bisa hari ini dengan perbincangan singkat dengan rekan ti m pengamanan berseragam loreng merah putih hitam.

08.00 WIB

Acara belum dimulai. Massa mulai berdatangan. Saya berharap-harap cemas. Bisakah GBK penuh kembali seperti dua pemilu yang lalu?  Dalam waktu sejam, tidak ada gelombang manusia yang sangat besar mengisi kursi-kursi penonton di GBK. Massa mengalir pelan dan ini membuat saya san teman Kepanduan agak was-was.

08.47 WIB

“Posisi GBK, udah kayak mana? Kita masih tersendat di Komdak.”

Demikian isi pesan yang masuk ke ruang chat Whatsapp saya dari teman kader PKS Kota Bogor yang ikut rombongan massa dengan bus. Mereka terjebak macet.. Hampir sejam banyak bus yang juga mau ke GBK tak bergerak. Saya menyarankan mereka segera turun dan berjalan kaki.

09.01 WIB

Massa mulai memenuhi tribun bawah GBK. Tinggal tribun atas belum penuh. Saya yang bertugas berjaga di belakang panggung soundsystem menatap terus kursi-kursi kosong itu dan berdoa agar segera terisi.

09.49 WIB


Kursi-kursi di GBK semakin memutih. Acara persiapan menjelang acara inti semakin menarik. Lagu Kobarkan Semangat Indonesia yang disertai gerakan kreatif membuat massa bersemangat. Anak-anak muda dari Garuda Keadilan dengan bersemangat memandu gerakan Flashmob di depan ratusan ribu massa yang demikian bersemangat.

Saya perhatikan tribun atas sudah penuh dengan massa berbaju putih-putih. Kekhawatiran saya sirna sudah. Kini GBK sudah memutih oleh kibaran bendera dan massa yang antusias, Sesekali MC acara memandu massa melakukan “Gelombang Keadilan” dan menaikkan karton kuning dan hitam  serta karton merah dan putih yang membentuk lambang PKS dan bendera merah putih.

10.20 WIB

Massa makin membludak. Di pintu bawah GBK massa mendesak untuk masuk lapangan. Panitia memberikan peringatan pada personel Kepanduan untuk membuat border di sekeliling lapangan rumput dan dekat panggung. Alhamdulillah, luapan massa yang masuk lewat semua pintu GBK bisa dikendalikan oleh Kepanduan.

Acara semakin semarak oleh tampilan panggung memukau dari grup nasyid dan pentas seni lainnya. Yang mengharukan adalah penampilan Paduan Suara dari saudata kita dari Ende NTT yang menyanyikan Indonesia Raya dan Mars PKS.

10.25 WIB

Dibawah guyuran hujan, Presiden PKS Anis Matta berhasil menggelorakan semangat ratusan ribu massa. Ustadz Anis Matta mengawali pidatonya dengan kalimat empati dan doa untuk saudara-saudara kita di Riau dan sekitarnya yang dilanda bencana kabut asap. Dengan analogi Kisah Nabi Yusuf AS, Ust Anis Matta mengajak kader dan simpatisan PKS yang hadir di GBK bersiap memasuki babak kedua kisah Nabi Yusuf AS yaitu memasuki istana.

"Sekarang sedang babak kedua, adalah perjalanan Nabi Yusuf dari sumur ke istana. Siap tuntaskan babak kedua?," lanjut Ustadz Anis.

"Siap...!!!" teriak ratusan ribu massa kampanye.

"Siapkah kader PKS tuntaskan babak kedua?" timpal ustadz Anis.

"Siap..!!!" jawab ratusan ribu massa.

Suara serak sesekali menghentikan pidato sang Orator Ulung kebanggaan PKS ini. Hujan yang mulai deras tak menyurutkan orasi pembakar semangat. Hasilnya massa begitu bergelora hingga GBK bergetar dengan kalimat Takbir.

“Allahu Akbar!”

Saya merinding mendengar gema takbir yang cetar membahana ini. Benar kata “Jenderal” bahwa kemenangan sudah dekat. Benar kata ustadz Anis Matta bahwa aroma kemenangan begitu terasa dari Kampanye PKS di GBK ini.

11.02 WIB

Ustadz Hilmi Aminudin memberikan taujih singkat. Beliau sempat berkaca-kaca ketika menyatakan bahwa mungkin beliau tidak sempat menyaksikan kemenangan dakwah yang akan diraih nanti. Tapi Beliau merasa bahagia melihat antusias kader dan simpatisan menyambut kemenangan saat ini.

Saya pun tertunduk haru. Pesan Ustadz Hilmi yang sangat berwibawa membawa suasana haru biru sekaligus kesedihan. Rasanya saya menangkap pesan ustadz Hilmi mirip sebagai ungkapan perpisahan. Oh, Tidak. Semoga ini hanya lintasan pikiran yang tidak benar.

Ustadz Hilmi dan juga Ustadz Anis, terima kasih atas taujiah dari kalian. Kami, terutama “pasukan” dakwah yang makin ringkih ini bisa terkobarkan lagi cinta dan semangatnya. Semangat untuk terus mengamankan dakwah ini dengan segenap jiwa dan raga kami. Walau lelah, letih dan lemah badan kami, namun jamaah ini mengikat kami dalam ikatan cinta dengan agama Allah dan dakwah. Dan cinta itu semakin bersemi disini, di GBK. Tempat lautan putih manusia yang rindu keadilan dan kesejahteraan di negeri ini.

“Ketahulilah ustadz, Karena Islam dan dakwah mengajarkan akan kesabaran, kami ingin berada pada level tertingginya. Karena para Nabi, Sholihin dan juru dakwah mengajarkan keberanian, kami rela menjadi tameng terdepan menghadang serangan. Karena para pendamping kami, istri dan anak-anak kami menginginkan surga, maka para bidadari dan taman-taman di Surga selalu terbayang jelas ketika kami bertugas. Kami cinta Kalian karena Allah”

11.30 WIB

Cinta Kerja Harmoni yang dipertunjukkan lautan manusia yang memutih itu hampir usai. Al Maydani menyudahi aksi memukau yang menggelorakan semangat saya, kami kepanduan dan ratusan ribu kader dan simpatisan PKS yang sudah menaklukkan GBK untuk kesekian kalinya.

Semoga kisah cinta ini sedikit memancarkan semangat kerja untuk bekerja melahirkan harmoni dan semangat yang menggelora untuk PKS dan juga untuk Indonesia.


(sumber: http://pks-kotabogor.org/index.php/pks/detail/17/03/2014/26157937/sepenggal-kisah-berseminya-cinta-pandu-keadilan-di-gbk.html)


Baca juga :