Walhi: Banjir, Pemerintah Salahkan Curah Hujan Itu Musyrik


Liputan6.com, Jakarta : Banjir bukan saja menjadi agenda tahunan Jakarta pada masa musim hujan seperti sekarang ini. Beberapa wilayah di Indonesia pun telah ikut menjadi bagian dari bencana alam tersebut. Lihat saja banjir bandang di Manado, Sulawesi Utara. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ada sekitar 13 orang yang tewas, 2 orang hilang, dan 40 ribu orang terpaksa mengungsi.

Manajer Penanganan Bencana Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nasional Mukri Friatna mengingatkan, bencana banjir yang terjadi bukan akibat sistem alam atau itensitas curah hujan cukup tinggi. Melainkan karena lingkungan alam yang sudah rusak.

"Kalau lingkungan sudah rusak, itu risiko yang diterima," ujar Mukri dalam diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu (18/1/2014).

"Kalau pemerintah salahkan curah hujan, itu murtad, musyrik. Banjir bukan karena Tuhan. Hujan air itu berkah. Air diciptakan Tuhan itu benar. Yang tidak benar, masalah tempat penampungan air berkurang, termasuk di Jakarta," lanjutnya.

Banjir bandang yang terjadi di Manado, diakui Mukri, memang sudah ada 2 sungai besar yang bisa menampung curah hujan. Namun, lantaran dataran yang lebih tinggi sudah rusak dan tak dapat menyerap air, maka hujan pun tak tertampung lagi.

"Di Manado, ada 2 aliran sungai besar, tapi di paling atas sudah terdeportasi semua," ungkap Mukri.

Hal senada disampaikan pakar lingkungan hidup Universitas Sam Ratulangi, Veronica Kumurur. Ia berpendapat bencana banjir di Manado atas kesalahan pengelolaan alam di wilayah tersebut.

"Desember lalu saya analisis, Kota Manado ini banyak aliran sungai, resapan, dan dataran tinggi. Namun, saya temui banyak bentang alam yang ditebang. Padahal topografi demikian baik, sistem drainase alami. Kondisi tidak baik, karena gunung ditebang, diganti pemukiman, industri dan lain-lain," ujar Veronica.

Menurut Veronica, sebaiknya pemerintah harus cepat mengantisipasi dan melakukan pembenahan di setiap lini agar bencana serupa tidak terjadi lagi.

"Kalau dibiarkan, setiap tahunnya bencana ini akan semakin besar. Semua bangunan yang harusnya menjadi resapan harus dibongkar," tukas Veronica. (Mer/Sss)

*sumber: Liputan6


Baca juga :