Tokoh muda Jakarta, Muhammad Idrus, menilai pelaksanaan BPJS Kesehatan perlu dikawal berbagai komponen masyarakat. Hal itu dinyatakan saat memantau pelayanan kesehatan yang diselenggarakan organisasi sosial Jari Sehat di Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
"Terutama penerima bantuan iuran dari pemerintah yang berjumlah 86,4 juta warga kurang mampu dan berpendapatan rendah. Jangan sampai salah sasaran, karena warga yang membutuhkan pertolongan masih sangat banyak," ujar Idrus selaku Pembina Jari Sehat di hadapan 300-an warga.
Idrus menyampaikan rasa terima kasih atas kepercayaan warga Ibukota untuk mengawal advokasi atas akses layanan kesehatan. Salah seorang warga yang sangat beruntung adalah Engkong Wik seorang keturunan Tionghoa yang beragama Budhis. Pada tahun 2012 ia mengalami gejala hernia di usia 78 tahun.
"Waktu itu engkong bingung mau berobat pake apa? Tapi tiba-tiba ada yang menawarkan bantuan di Jari Sehat. Ternyata, saya dibantu operasi hernia gratis hingga sekarang untuk kontrol rutin," ucap Engkong dengan senyum bahagia.
Ada lagi ibu Jumriah, 43 tahun, yang merasakan langsung manfaat Jari Sehat. Pada suatu malam, anaknya mengalami pembacokan di kepala hingga batok kepalanya bocor.
"Waktu itu biaya operasi hampir Rp 70 juta. Saya sangat bingung, mau cari uang dari mana? Minta ke partai/organisasi lain cuma dijanji-janjikan saja. Tapi ketika mampir ke kantor PKS, saya langsung diminta menghubungi Jari Sehat. Alhamdulillah, dilayani malam itu juga dan anak saya dioperasi. Biayanya Rp 0 saja, gratis," ungkap Bu Jum dengan penuh haru.
Ketua Lemsos DKI Jakarta, ibu Israyani, mengapresiasi langkah cepat relawan Jari Sehat. "Itu wujud advokasi kesehatan yang sangat diperlukan warga Jakarta. Meskipun fasilitas kesehatan sudah tersedia, jika tidak ada relawan yang mendampingi atau membantu administrasi, sering hak warga diabaikan," jelas Israyani.
Koordinator Relawan Jari Sehat, Drg. Wahyu Prabowo, menerangkan organisasi dibentuk sejak 2009. "Sampai awal Januari 2014 sudah 3.000 orang yang terlayani, mulai dari perawatan rutin sampai operasi besar dan cuci darah," ungkap Wahyu.
Pengusaha muda seperti Idrus turut mendukung advokasi kesehatan dengan menjadikan RSIA Ibnu Sina sebagai markas relawan. "Idealnya BPJS ditopang 35-40 ribuan puskesmas sebagai layanan primer. Sementara yang tersedia di seluruh Indonesia baru 9.510 puskesmas. Demikian pula tenaga dokter masih sangat kurang, saat ini rasio 1 dokter melayani 5.000 pasien," papar Idrus.
Kehadiran relawan kesehatan sangat membantu warga miskin.