ACTNews, MANADO - Hingga berita ini diturunkan, relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) terdiri dari personel Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Pusat dan dibantu 10 personel relawan dari MRI Manado sedang melakukan evakuasi korban banjir yang berlokasi di Kelurahan Ternate Tanjung, Kec. Singkil, Kota Manado.
Tim relawan berusaha untuk mengevakuasi korban yang tertimbun dari tumpukan lumpur akibat genangan banjir di Perumahan dan Fasilitas Umum di Kelurahan Ternante Tanjung, Kec. Singkil, Kota Manado.
Banjir Bandang yang menimpa sejumlah wilayah di Sulawesi Utara sejak Rabu (15/1) menelan 16 korban jiwa. Korban terbanyak dikota Manado 6 orang, disusul Kota Tomohon 4 orang, Kabupaten Minahasa 4 orang dan Kabupaten Minahasa Utara 1 orang.
Di Manado, korban tewas atas nama Otnil Tumoka warga Sindulang 1, Sance Malumbot warga Tuminting 1, Fantje Tatilu warga Ranotana Weru 9, Soni Lowing warga Ranotana Weru 1, Muh Nur Hasan warga Banjer 3,Mat warga Banjer 2. Sementara korban yang hilang atas nama Daud Daleno warga Mahakeret Timur.
Dari kota Tomohon korban meninggal yakni Alex vecky Karinda (66) warga Tinoor dua, Jeremia Pantouw (9) dari Tinoor dua, Ronny Moguni (55) Kakaskasen Tiga, Edoardo Hermawan (14) dari Talete dua.Selain 4 korban tewas di Tomohon juga ada 2 korban hilang,yakni Linda Tan warga Tinoor dua,Dr.Olwin Oroh warga Talete 2.
Dari kabupaten Minahasa ada 4 Korban meninggal yakni Sherly warga Tateli Jaga 4, Jd Adrintje Makanoneng (63) warga Tateli Jaga 1, Jd Lin Rompas Masinggo (62) warga Tateli Jaga 1,Yenni Welan warga Kembes. Sementara korban hilang di Kabupaten Minahasa atas nama Niko Runtuwen dan di Kabupaten Minahasa Utara korban Meninggal atas nama Julian Mingkit (51) warga Desa Sawangan Jaga.
Selain menelan korban jiwa Banjir yang mulai naik pada pukul 10:00 wita ini juga menghanyutkankan 116 Rumah di Kota Manado. Di Malayang-layang 3 rumah, Mapanget 3, Paal dua 7, Sario 18,Wanea 70 dan Singkil 15 rumah. Jumlah ini masih akan terus bertambah seiring pendataan yang dilakukan oleh pemerintah setempat yang belum selesai hingga kini.
“Banjir kali ini menurut warga setempat merupakan yang terbesar dalam 14 tahun terakhir. Banjir diakibatkan meluapnya sungai Tondano, Sungai Sawangan, Sungai Sario, Sungai malayang-layang dan Sungai Bailang, kata Diding Fachrudin, Koordinator Lapangan Team DERM-ACT, Jumat (17/1) di Manado.
Menurut pengamatan Tim DERM-ACT, kondisi jalanan pasca banjir di Kota Manado sudah mulai bisa dilalui kendaran roda dua maupun empat, namun aktivitas warga masih lumpuh total dan jaringan listrik hingga kini masih padam.
“Pada malam hari Kota Manado serasa kota mati, “ tambah Diding Fachruddin yang akrab disapa Ading, dari Posko ACT di Jalan Pogidon Raya Kelurahan Tumumpa Dua, Kec.Tuminting, Kota Manado.