Diantara Bukti Ikhlas adalah Kontinyu Dalam Beramal


*by Zulfi Akmal
 Al-Azhar Cairo

Di antara hal yang tidak perlu digubris menurut saya adalah: penilaian orang terhadap niat kita. Tapi bila cara kerja kita yang dikritik cepat-cepatlah evaluasi untuk perbaikan.

Tetapi jangan keterlaluan juga dalam evaluasi, karena sebagian orang hanya ingin mematahkan semangatmu dalam bekerja karena ketidak mampuannya berbuat seperti dirimu.

Kalau kita dituduh tidak ikhlas ketika bekerja, apakah mereka ikhlas karena Allah ketika mencela atau berkomentar?

Kalau kita dituduh riya ketika menampakkan amal, apakah mereka bekerja dengan ikhlas dalam kesenyapan?
Amalan punya bekas. Ikhlas pun punya jejak. Di antara bukti ikhlas adalah kontinyu dalam beramal.

Maka apakah bisa dikatakan ikhlas orang yang tidak beramal?

Lebih dari itu, apakah bisa dikatakan ikhlas orang yang mencela?

Adakah surga khusus untuk orang yang ikhlas karena Allah dalam mencela, menghina dan meremehkan?

Mulut bisa mengaku memberi nasehat, tapi langgam kata yang keluar tidak bisa dipungkiri.

Orang Arab mengatakan: "Lidah itu dijadikan hanya untuk pembuktian apa yang ada di dalam hati"

Allah berfirman:

"Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu..." (at Taubah: 105)

Selagi karya orang yang mengomentarimu belum kelihatan kepermukaan, anggap saja komentar itu angin lalu. Tapi bila karya mereka yang besar mulut lebih unggul dari pada kerjamu, maka berhentilah bekerja, lalu ikuti mereka!!!

Akan tetapi mustahil hal itu akan terjadi, sekalipun kuda sudah bertanduk.

Bangunlah di penghujung malam, kadukan kelemahanmu kepada Tuhanmu!!!



Baca juga :