Ustadz Sa’dan, Legislator PKS yang Disegani Preman


Sebut saja namanya Bang Frengki. Perawakannya yang tinggi dengan kulit gelap serta kacamata hitam yang tak pernah lepas, memang cukup membuatnya terlihat sangar. Preman yang biasa nongkrong dibawah jembatan pasar Bojong-Bekasi ini, memang disegani. Bahkan satu ketika dia pernah mengamuk dikantor Pemda dan menarik kerah baju seorang Kepala Dinas saat bersitegang dengannya karena tersinggung dengan ucapannya.

Dalam satu kesempatan, Penulis sempat berdiskusi dengan Bang Frengki. Dan cukup mengagetkan saat Dia bilang bahwa ada satu orang yang sangat ditakutinya. Saat Penulis mendesaknya dengan pertanyaan “siapa?”, ia menjawab; “Ustadz Sa’dan”. “Kalo ustadz Sa’dan udah ngomong, biar kata gua lagi emosi, langsung kelepek-kelepek,” lanjut lelaki 39 tahun itu.

Siapakah Ustadz Sa’dan?

Ia adalah anggota DPRD Kabupaten Bekasi dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera. Ustadz yang sudah berkecimpung di gedung rakyat sejak 2004 hingga sekarang ini, memang terkenal ramah, komunikatif dan sederhana. Pengalaman malang-melintang dalam gerakan dakwah, baik saat mengajar di SDIT Thariq bin Jiyyad Bekasi maupun saat berkeliling dari mimbar ke mimbar sebagai anggota Korps Muballigh Lembaga Dakwah Al-Mimbar, membuatnya piawai berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat dengan beragam latar belakang. Hingga tak heran jika preman sekelas bang Frengki pun sungkan dan “takut” padanya.

Sejumlah prestasi pun ia torehkan sebagai seorang legislator yang ulung. Saat bertugas di komisi D yang membidangi masalah pendidikan, kesehatan, agama, ketenaga-kerjaan, dll, Pria alumnus LIPIA ini adalah anggota Dewan yang paling “ngotot” soal pengembangan infrastruktur pendidikan. Betapa tidak, saat itu tercatat ada 600-an gedung Sekolah Dasar dalam kondisi memprihatinkan. Buah dari perjuangannya akhirnya bisa dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Bekasi dengan program renovasi dan dibangunnya gedung-gedung baru Sekolah Dasar, serta digratiskannya biaya pendidikan SD dan SMP. Sikap yang sama pun Ia tunjukan pada kebijakan Pemerintah Daerah yang kurang berpihak pada masyarakat kelas bawah terhadap akses kesehatan. Dengan dukungan rekan-rekan separtai dan kelihaiannya membangun lobi, akhirnya rencana pembangunan RSUD Kabupaten Bekasi bisa terrealisir dibekas pusat prostitusi terbesar dikabupaten Bekasi yang terkenal dengan sebutan lokalisasi Malpinas Cibitung. Disamping itu biaya pengobatan diseluruh Puskesmas pun bisa digratiskan.

Perjuangannya di gedung rakyat bukan tanpa hambatan dan tantangan. Saat mengawal Perda BTQ (Baca Tulis Al-Qur’an) dan Perda Zakat setidaknya bisa menjadi contoh betapa alot dan beratnya “penentangan” yang muncul saat pembahasan. Begitu juga ketika Raperda Pariwisata diusulkankan oleh eksekutif yang “melegalkan” prostitusi dengan pelegalan bisnis hiburan malam, pria yang juga menyelesaikan pendidikan S2-nya di Universitas ’45 Bekasi ini, seolah menjadi musuh bersama. Bahkan saat pembahasan, Ia sempat dicibir oleh anggota dewan dari partai lainnya dengan sebutan munafik! Tapi syukurlah, berkat kecerdikkannya berargumen dan bernegosiasi akhirnya Raperda Pariwisata itu di hentikan pembahasannya.

Momentum yang tak kalah fenomenalnya adalah saat Rapat Paripurna yang mengesahkan rencana perayaan hari jadi Kabupaten Bekasi yang juga dihadiri oleh seluruh unsur Muspida dan tokoh masyarakat Bekasi, Ia menginterupsi sidang untuk sejenak membacakan surah Al-Fatihah sebagai bentuk dukungan terhadap masyarakat Mesir yang tengah dilanda huru-hara akibat kezhaliman rezim Junta Militer.


*by Rusdy Haryadi
Follow on tweeter; @rusdy_haryadi


Baca juga :