Radwa Shalabi, satu dari 14 siswi yang ditahan pekan lalu oleh keamanan Mesir karena terlibat dalam aksi anti kudeta, melewatkan acara kelulusannya di Departemen Teknik Nuklir dan Radiasi Alexandria dari Fakultas Teknik (28/11).
Sabtu (2/12), Radwa Shalabi merasa gembira ketika orang tuanya memberitahunya bahwa ia akan bisa menghadiri upacara wisuda bersama dengan rekan-rekannya untuk merayakan kelulusan, akhir dari masa belajar selama enam tahun di Jurusan Teknik Nuklir dan Radiasi Alexandria dari Fakultas Teknik.
Tapi fresh graduate yang baru berusia 22 tahun itu tidak mampu untuk menghadiri upacara kelulusannya. Sebaliknya, dia dijatuhi hukuman 11 tahun penjara atas tuduhan “premanisme dan kepemilikan senjata api.”
Dia adalah salah satu dari 14 muslimah yang mendapat hukuman penjara karena tuduhan atas "pertemuan ilegal dan bergabung dengan kelompok yang dilarang" setelah melakukan aksi demonstrasi menentang penggulingan presiden Morsi oleh militer.
"Kami awalnya mengatakan bahwa ia masih akan bisa merayakan pesta kelulusan karena kami berpikir bahwa meskipun dalam skenario terburuk ia akan bisa dibebaskan dengan jaminan," kakaknya, Sara, mengatakan kepada Anadolu Agency.
"Tapi kemudian seluruh keluarga tercengang oleh hukuman penjara yang ia dapat," tambahnya, sambil menangis.
Pada minggu yang sama waktu penangkapannya, Radwa dan sembilan rekannya di departemen teknik nuklir di Universitas Alexandria diberi kehormatan oleh Rotary club lokal untuk merancang model mini-nuklir sebagai proyek kelulusan mereka.
"Radwa adalah salah satu yang terbaik di tim," profesor Youssri Abu Shadi, mantan kepala inspektur untuk Badan Energi Atom Internasional yang mengawasi proyek kelulusan, mengatakan kepada AA.
"Dia sangat berperan terhadap keberhasilan proyek," tambahnya, mengingat antusiasme Radwa untuk menerjemahkan seluruh program desain nya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Arab.
Meskipun mendapat hukuman penjara 11 tahun, Radwa tetap teguh dan bertekad untuk tidak membiarkan penjara menghalangi impiannya.
Meskipun ia tidak dapat menghadiri pesta kelulusannya, Radwa bertekad untuk membesarkan mimpinya. "Dia selalu bermimpi menjadi seorang ilmuwan nuklir dan tekadnya sekarang lebih besar untuk mewujudkan mimpinya," kata ibu Radwa. "Radwa telah memutuskan untuk mengejar MA dan kami sudah membawakannya literatur dan referensi yang dia butuhkan," katanya lagi.
Ayah Radwa, adalah seorang profesor teknik listrik pemenang penghargaan dengan hasil karya lebih dari 160 makalah akademis, yakin bahwa putrinya suatu hari akan mewujudkan mimpinya. "Saya selalu mengatakan kepadanya bahwa jalan menuju sukses akan diselimuti duri, " katanya kepada AA. " Saya tahu bahwa suatu hari ia akan mencapai impiannya sebagai ilmuwan nuklir Mesir.” (LNA)
*sumber: tajuk