Oleh Zulfi Akmal
Al-Azhar Cairo
***
Di antara bacaan terbaik yang saya baca hari ini. Semoga banyak yang ikut membaca dan mendapatkan ibrah.
Seorang anak laki-laki ditinggal mati oleh ibunya sebelum ia mendapatkan pekerjaan sebagai seorang guru.
Dulu ibunya ketika masih hidup adalah seorang tukang jahit. Ibunya memberi dia belanja yang cukup dan melarangnya untuk bekerja. Supaya ia melanjutkan kuliahnya dengan konsen.
Dia turuti kehendak ibunya itu. Dia kuliah dengan sungguh-sungguh hingga ia menjadi mahasiswa berprestasi. Selesai kuliah ia langsung mendapatkan pekerjaan sebagai guru.
Niatnya semula ingin memberikan sebagian gaji yang ia peroleh dari mengajar untuk ibunya. Untuk menunjukkan baktinya sebagai anak yang sudah dibesarkan dengan kasih sayang oleh orang tuanya.
Akan tetapi takdir Allah berkata lain. Ibunya meninggal dunia sebelum rencananya kesampaian. Dia sedih luar biasa atas musibah itu.
Untuk itu ia bernazar akan memberikan seperempat dari gajinya untuk fakir-miskin dan amal-amal sosial lainnya, dan ia niatkan pahalanya untuk ibunya. Sudah 30 tahun ibunya meninggal, tidak pernah satu kalipun ia luput mendo'akan ibunya setelah selesai mengerjakan shalat.
Dia banyak bersedekah dengan menyediakan fasilitas air minum gratis yang biasa di pasang di pinggir jalan dan mesjid-mesjid. Dia juga menggali sumur untuk dimanfaatkan masyarakat umum. Semuanya diniatkan waqaf untuk ibunya.
Pada suatu hari ia keluar untuk mengerjakan shalat berjama'ah di mesjid. Saat itu ia melihat sekelompok orang meletakkan alat pendingin dan penyaring air minum di mesjid kampungnya.
Dia merasa tidak enakan, karena sudah menyumbang di sana sini, tapi lupa menyumbang alat itu di mesjid kampungnya sendiri.
Ketika ia lagi kebingungan itu, tiba-tiba pengurus mesjid mendekatinya, sambil berkata: "Pak Muhammad, semoga Allah membalasi kebaikan bapak yang telah menyediakan fasilitas air minum di mesjid kita".
Dia mejadi keheranan, dan menjawab: "Tidak, demi Allah itu bukan aku yang memberikannya".
Pengurus mesjid: Betul, itu dari bapak. Hari ini anak bapak membawanya ke sini, dan ia mengatakan kalau alat ini berasal dari bapak.
Tiba-tiba anaknya datang dan langsung mencium tangannya sambil berkata: Ayah, itu berasal dariku dan aku meniatkan pahalanya untuk ayah. Semoga Allah menerimanya dan membalasinya dengan minuman yang lezat nanti di surga.
Dia bertanya kepada anaknya: Ananda, bagaimana kamu bisa mendapatkan alat itu, padahal kamu belum bekerja dan masih duduk di bangku kelas I SMP.
Anaknya menjawab: Semenjak 5 tahun aku menabung dari uang jajanku demi berbuat baik kepadamu, ayah. Sebagaimana ayah berbuat baik kepada nenekku. Tabunganku itu aku jadikan sebagai waqaf atas nama ayah.
Subhanallah, benar sekali kata pepatah: "Kebaikan itu adalah piutang". Dia akan kembali kepadamu dari anak-anakmu.
Durhaka juga seperti itu, akibatnya akan kembali kepadamu.
Sebagaimana kamu berbuat baik, kamu akan menerima kebaikan yang sama.
Rasulullah bersabda: Berbuat baiklah kepada orang tuamu, niscaya anak-anakmu akan berbuat baik kepadamu.
Ya Allah, karuniakanlah aku kebaikan orang tuaku dan anak-anakku.