Jakarta – Membanjirnya benih asing yang diproduksi beberapa perusahaan multinasional (MNC) seperti Monsanto, Dupont, Syngenta, dan Charoen Pokphand sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian di Tanah Air, karena perusahaan tersebut telah mengontrol langsung penjualan benih dan pakan kepada petani kecil.
Menurut Habib Nabiel Al-Musawa, “Invasi perusahaan-perusahaan multinasional tersebut tanpa disadari telah memberikan dampak buruk terhadap kedaulatan petani dalam membudidayakan benihnya”. Ujarnya, Sabtu (28/12).
Disisi lain, ketergantungan Indonesia kepada perusahaan-perusahaan asing dalam meningkatkan produksi dan produktivitas pertaniannya seolah tiada berujung. Diperkirakan lebih dari 70% petani nasional menggunakan benih jagung, padi, dan sayuran dari perusahaan asing yang terbukti dapat meningkatkan produksi tanaman dua kali lipat dari benih lokal. Hal ini merupakan persoalan yang cukup serius bagi masa depan benih lokal, tambah Habib.
Untuk itu, Ketua Kelompok Komisi Pertanian Fraksi PKS ini menghimbau agar pemerintah membatasi investasi asing yang masuk ke perkebunan besar dan yang terpenting lagi investasi asing yang masuk kesektor pangan harus melibatkan petani lokal. "Investasi asing harus melibatkan petani lokal agar terjalin sinergisitas dan yang terpenting lagi pemberdayaan petani lokal untuk memajukan sektor pangan dalam negeri".
Dalam hal investasi asing, sebutnya, pemerintah harus bertindak pro aktif karena tidak semua investor asing sektor pangan itu peduli. Hal tersebut merupakan bagian strategi asing menguasai bahan pangan dunia termasuk Indonesia. “Oleh karena itu pemerintah harus mengatur dan mengawasi investasi di sektor ini, karena kalau pangan kita dikuasai asing, kedaulatan pangan Indonesia akan hancur, yang ada nantinya kita akan jadi negara pengimpor pangan,” tandasnya.