Kisah dari balik penjara mangkudeto rezim as-sisi:
Abdurrahman Asy Syafi'i:
10 menit tersulit aku lalui semenjak masuk ke dalam penjara adalah ketika aku bertemu dengan ibu dan saudariku, saat mereka berdua menziarahiku untuk pertama kalinya.
Pada awalnya aku berusaha untuk menguasai diri, akan tetapi aku tidak kuasa.
Ibuku terlambat masuk disebabkan oleh pemeriksaan. Saudariku masuk duluan.
Air mataku mengucur ke pipiku ketika melihatnya. Saudariku menangis dengan derasnya. Kami bicara dan saling menanyai keadaan.
Di luar ibuku masih saja berusaha untuk masuk. Beliau sangat terlambat. Baru saja beliau masuk, lonceng tanda berakhirnya waktu ziarah berbunyi.
Aku mencium tangan beliau dan beliau juga mencium tanganku. Sementara penjaga penjara mendesakku untuk mengakhiri pertemuan. Aku tidak dapat mendengar dari ibuku selain dua kalimat saja.....Iya, hanya dua kalimat.
Ketika aku mendengar dua kalimat itu, air mataku kembali berkucuran dengan deras. Bukan karena sedih berpisah dengan mereka berdua. Akan tetapi berkucuran sebagai rasa syukur kepada Allah yang telah melahirkan aku dari seorang ibu seperti beliau.
Ibuku berkata kepadaku: "Kamu tidaklah lebih utama dari Imam Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Taimiyah, maka dari pada itu bersabarlah, dan berharaplah ganjaran pahala dari Allah!"
*by Zulfi Akmal (Al-Azhar, Cairo)