The interim govenrment blamed the explosion in Egypt's Nile Delta town of Dakahlyia on the Muslim Brotherhood, but the Brotherhood condemned the attack. (Mohamed Abd El Ghany/Reuters) |
Al-Ikhwanul Al-Muslimun (IM) di Mesir, menentang keputusan Dewan Kabinet Pemerintah Keduta yang mengganggap IM sebagai "kelompok teroris" baik yang ada di Mesir maupun di luar Mesir. Pemerintah Kudeta juga menuding IM sebagai aktor di balik peledakan kantor polisi di Dakhaleah di kota Mansoura (Selasa/24/12), yang menewaskan 16 orang dan sebagian besar anggota polisi, dan 140 lainnya luka-luka di antaranya salah satu petinggi polisi.
Aljazeera mengutip dari salah satu pimpinan Anggota Maktab Irsyad (Dewan Syura) IM, Ibrahim Munir bahwa aksi demonstrasi yang dimobilisasi IM akan terus berlanjut, istilahnya AYTKTM (Apapun yang terjadi kami tetap melayani), walaupun keputusan pemerintah kudeta Mesir yang menganggap IM sebagai "organisasi teroris", Munir juga menyebut keputusan tersebut sebagai keputusan yang "batil".
Aljazeera juga melansir pernyataan anggota DPP Partai Kebebasan dan Keadilan -sayap politik Gerakan IM- Asyraf Badar bahwa Ikhwan agar terus melanjutkan aktifitasnya di lapangan, ia juga menambahkan bahwa seluruh pemerintahan masa lalu sejak tahun lima puluhan telah berusaha memberangus IM namun tidak pernah berhasil".
Mustasyar Makki, menkumham periode presiden Mursi menegaskan; saat Mursi berkuasa di Tahrir Square ada demo lama menentang Mursi, Anti-Mursi Anti-IM, tapi tidak pernah dibubarkan paksa atau mereka dituduh sebagai teroris seperti sekarang ini.
Beliau melanjutkan; keputusan bahwa organisasi Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris adalah keputusan politis, bukan berdasarkan konstitusi.
Pada saat penguasa kudeta mengumumkan organisasi Ikhwan sebagai teroris, saat itu juga dilancarkan operasi, di antaranya aksi pemboman di Manshora. Serta merta kudeta menuduh "Anshar Baitul Maqdis" dan dikaitkan dengan Ikhwan sebagai pelakunya.
Modus seperti ini sudah jamak dilakukan rezim di manapun berada. Mereka yang melakukan teror dan pemboman, tapi pelakunya dialamatkan pada umat Islam.
Organisasi Ikhwanul Muslimin tidak pernah menggunakan cara-cara teror dan pembunuhan, bahkan saat kader mereka menjadi penguasa sekalipun.
"Our Revolution is a peaceful one. We will not deviate from our peaceful approach... These incidents are repugnant coup tactics and tricks. They kill Egyptians in order to pass the illegitimate coup’s constitution."
"Revolusi kami adalah revolusi damai. Kami tidak akan menyimpang dari pendekatan damai kami ... insiden pemboman ini adalah taktik rezim kudeta yang menjijikkan. Mereka membunuh orang Mesir untuk meloloskan konstitusi rezim kudeta yang tidak sah itu." (Tariq Qutb, mantan anggota Parlemen FJP)
Seorang pengamat politik Indonesia, Indra J Piliang, menyebut rezim kudeta Mesir pakai cara-cara purba membungakam lawan politiknya dengan memberi cap 'teroris' terhadap organisasi bentukan Hassan Al Banna ini. Lewat akun twitternya @IndraJPiliang menyentil, "Lama-lama pemerintah Mesir ini nyebelin juga. Apa mau bakar buku2 Hassan Al Banna juga? Sebutan teroris itu sudah purba, Bro!"
Lama2 pemerintah Mesir ini nyebelin juga. Apa mau bakar buku2 Hassan Al Banna juga? Sebutan teroris itu sudah purba, Bro!
— Indra J Piliang (@IndraJPiliang) December 25, 2013
Bom Manshurah Terlalu Canggih Untuk Dimiliki Kelompok “Teroris”
Ahmad Athwan, seorang jurnalis Mesir, menulis sebuah artikel di situs egyptwindow tentang ledakan yang terjadi di Mapolwil Manshurah Selasa (24/12/2013) yang lalu. Dalam artikel tersebut, Athwan menyebut bahwa jenis bom yang diledakkan menunjukkan bahwa pihak yang bertanggung jawab bukanlah orang atau kelompok sembarangan. Kalau memang ledakan ini didalangi penguasa kudeta, maka hal ini menunjukkan bahwa mereka telah melakukan kesalahan yang sangat besar.
Setelah identifikasi, diketahui bahwa bom yang meledak di Mapolwil Manshurah adalah jenis bom piezoelektrik yang sangat jarang beredar di dunia karena istimewa. Bom jenis ini meledak dengan cara mengosongkan udara sekitar sehingga tidak terjadi kebakaran.
Efek kerusakan ledakannya menyeluruh, tidak hanya arah yang disasar saja. Biasanya digunakan untuk meledakkan target di bawah tanah seperti bunker, terowongan dan sebagainya. Bom inilah yang digunakan pasukan Amerika saat memerangi Taliban di Afganistan, karena mereka bersembunyi di gua dan gunung.
Panas yang dihasilkan ledakannya mencapai 3 ribu derajat celcius. Harga bom ini sangat mahal, yaitu US$ 25 juta (sekitar Rp 300 milyar). Oleh karena itu tidak sembarang pihak yang bisa memilikinya. Hanya militer resmi negara yang memilikinya dan diijinkan untuk mengimpornya. Kelompok “teroris” tentulah jauh dari kemungkinan memilikinya.
***
Ikhwan Mengecam Segala Bentuk Kekerasan
Muslim Brotherhood, Freedom and Justice Party Leaders Condemn All Violence
Leaders of the Muslim Brotherhood and the Freedom and Justice Party (FJP) strongly condemned the bombing near the Security Directorate of Dakahlia in the early hours of Tuesday morning.
They expressed surprise at the junta regime’s Prime Minister Hazem El-Beblawi rushing to blame the incident on the Muslim Brotherhood and labeling the group as a terrorist organization.
Hamza Zawbaa, FJP media spokesman, said: "Coup authorities realized that fraud will not work (in the coming referendum). So, they resorted to this heinous bombing.
"All violence is reprehensible. God, as well as the whole world, bear witness that the Brotherhood is innocent of all that."
Qutb Al-Arabi, journalist and leading member of the Brotherhood, criticized the floundering coup authorities’ confused statements and their rushing to blame the Brotherhood for alleged responsibility for the traitorous bombing of Mansoura’s Security directorate, despite assurances and declarations by Hazem Beblawi, the military-appointed Prime Minister; and Mohamed Ibrahim, his interior minister, that they had eliminated the Muslim Brotherhood and that it would never rise again.
In a post on his personal page on Facebook, following the tragic Mansoura bombing incident, Qutb Al-Arabi urged the head of the military-installed government to "focus on the search for the real culprits and bring them to trial promptly, so as to cut off the hands that attack Egyptian soldiers and officers.
"Do PM Beblawi and General Al-Sisi feel better now? Are the victims' families happier now that the Muslim Brotherhood has been added to the so-called ‘terrorism list’? Then again, where is this list, in any case? Didn’t Beblawi announce that there is no such list in Egypt? Did Beblawi manage to gather sufficient evidence to accuse the Brotherhood for this incident? Doesn’t this absurd accusation contribute to the real culprits getting away with their crime? Does Beblawi think that this decision will break the Brotherhood’s back? Does Beblawi really believe the Brotherhood still have a back to break?"
Further, Tariq Qutb, former member of Parliament for the FJP, condemned the blast at the Dakahlia Security directorate that killed 14 Egyptians.
"Our Revolution is a peaceful one. We will not deviate from our peaceful approach... These incidents are repugnant coup tactics and tricks. They kill Egyptians in order to pass the illegitimate coup’s constitution."
Meanwhile, informed sources from the legal team representing pro-legitimacy detainees in Dakahlia revealed that the Security Directorate building, which was partly damaged in the explosion earlier Tuesday, has 60 anti-coup detainees and 3 Mansoura girls held in remand for two months now.
Separately, one of the lawyers reported that Security Directorate sources assure that most of the detainees survived the blast, while some were wounded, suffering minor injuries.
*diolah dari: dakwatuna, nabawia, egyptwindow, islamicgeo, ikhwanweb