Imam Ibnul Jauziy*
Bagi saya, orang yang sangat bodoh di dunia ini adalah yang ingin berhubungan dengan Allah untuk mencapai keinginannya, namun tak suka jika diberi bala dan cobaan. Tidak! Pasti tidak demikian. Yang terjadi adalah hubungan timbal balik antara keinginan manusia dengan cobaan-cobaan yang dideritanya.
Adapun orang-orang yang selalu ingin selamat dari orang-orang yang memusuhinya dan selalu ingin sehat serta tidak ingin tertimpa cobaan dan bencana, sesungguhnya ia tak mengerti beban syariat dan tak mengerti arti penyerahan diri. Bukankah Rasulullah dimenangkan pada perang Badr, namun kemudian dikalahkan (sementara) pada perang Uhud. Tidakkah dia juga dicegah untuk masuk Mekkah oleh orang-orang Qurays, namun setelah itu bisa memasukinya?
Di dunia ini pastilah ada yang baik dan yang buruk. Yang baik wajib disyukuri, sedangkan yang buruk hendaknya dimintakan dengan doa kepada Allah agar dihilangkan. Jika jawabannya tak segera terwujud, pahamilah bahwa itu dimaksudkan untuk mencoba dan agar Anda menyerah pada takdir. Saat itulah akan terlihat iman yang hakiki. Pada saat pasrah kepada Sang Khaliq akan tampak mutiara-mutiara akhlak seorang manusia. Jika tulus menerima takdir, saat itulah manusia sampai pada sifat kesempurnaan. Andaikata dalam batin masih ada rasa kurang pasrah pada takdir sekalipun sedikit, ketahuilah bahwa disitu ada kelemahan dalam hal makrifat kepada Allah.
Jika seseorang malah menentang Allah karena tidak tahan dengan cobaan yang ia terima, alangkah meruginya ia. Na’udzu billah min dzalik.
*dikutip dari buku Shaidul Khathir
Di dunia ini pastilah ada yang baik dan yang buruk. Yang baik wajib disyukuri, sedangkan yang buruk hendaknya dimintakan dengan doa kepada Allah agar dihilangkan. Jika jawabannya tak segera terwujud, pahamilah bahwa itu dimaksudkan untuk mencoba dan agar Anda menyerah pada takdir. Saat itulah akan terlihat iman yang hakiki. Pada saat pasrah kepada Sang Khaliq akan tampak mutiara-mutiara akhlak seorang manusia. Jika tulus menerima takdir, saat itulah manusia sampai pada sifat kesempurnaan. Andaikata dalam batin masih ada rasa kurang pasrah pada takdir sekalipun sedikit, ketahuilah bahwa disitu ada kelemahan dalam hal makrifat kepada Allah.
Jika seseorang malah menentang Allah karena tidak tahan dengan cobaan yang ia terima, alangkah meruginya ia. Na’udzu billah min dzalik.
*dikutip dari buku Shaidul Khathir