Fajar Muhammad Hasan
***
Banyak pengamat mengatakan bahwa partai kader di Indonesia hanya ada 2: PKS dan Golkar. Namun nasib PKS tidak sama dengan Golkar. PKS dapat suara 8%-an sedangkan Golkar sekitar 20%-an. Kalau begitu mengapa PKS tidak belajar dari Golkar agar bisa besar? Tentu saja ada perbedaan tradisi, kebiasaan dsb. Hal-hal yang mungkin bisa diterapkan, maka langsung saja diterapkan. Sedangkan yang perlu modifikasi ya dimodifikasi sesuai dengan karakter PKS. Jika ada yang tidak sesuai silakan dibuang. Toh sejak awal kan memang ada perbedaan dalam garis partai.
Pencatatan Kader
Salah satu ciri partai kader adalah tercatat dan seluruh kader Golkar tercatat dan terpantau. Setiap kader Golkar tercatat dalam sebuah buku Induk yang selalu dibawa oleh kader penggerak yang berada pada setiap kelurahan/desa. Selain data tersebut juga ada salinannya di kecamatan dan Kabupaten/Kota.
Pengelolaan Kader
Setiap penggerak kelurahan/desa akan mendatangi setiap kader yang tercatat setiap 2 minggu sekali. Penggerak kelurahan akan mendapat ‘uang saku’ Rp5000 setiap kali kunjungan ke seorang kader. Dalam proses kunjungan penggerak akan membawa beberapa hal: isu terbaru partai, penyerapan aspirasi dan motivasi agar tetap komitmen kepada partai. Kadang-kadang bicara jenjang karir yaitu menjadi caleg tingkat II jika sang kader memenuhi persyaratan seperti biaya kampanye, ketokohan dsb.
Kalau bicara biaya memang cukup mahal, tetapi selalu ada yang memberi suntikan dana: Capres, Cagub, Cabub/Cawali serta Caleg atau mereka yang sedang mendapat job baik sebagai pejabat publik atau rekanan pengusaha yang mendapat kebaikan dari pejabat publik asal Golkar.
Menggerakkan Kader
Disebut penggerak karena dia bisa menggerakkan kader-kader agar melakukan sesuatu. Dalam event Pilkada/Pileg/Pilpres, penggerak tingkat desa/kelurahan akan cukup sibuk memotivasi dan mengkoordinasi kader-kader di desa/kelurahannya dalam membagi kaos, kampanye, membagi stiker, pasang spanduk/baliho dsb. Memang setiap pekerjaan ada ‘harga’nya. Namun yang ditekankan adalah bagaimana kader2 yang paling ujung yaitu yang langsung bersentuhan dengan masyarakat itu bisa efektif untuk mempengaruhi masyarakat.
Sedikit tentang PKS
Setahu saya, pendukung PKS itu terdiri dari beberapa lapis/kelompok:
1. Kelompok kader yang ikut liko
2. Kelompok kader yang tidak ikut liko
3. Lovers yang tidak terikat dengan PKS
4. Swing voters
Kelompok pertama, kader yang ikut liko tidak perlu lagi diragukan. Saya yakin PKS sebagai partai kader punya mekanisme tersendiri.
Kelompok kedua, Kalau membaca berita akhir-akhir ini ada banyak orang yang mendaftarkan diri menjadi anggota PKS. Bisa jadi diantara mereka ada yang langsung masuk liko-an, tetapi ada juga yang memang hanya ingin menjadi anggota tanpa ikut liko-nya.
Kalau anggota yang ikut liko wajar saja mereka bisa bertemu setiap minggu, ada motivasi dsb. Bagaimana dengan anggota yang tidak ikut liko ? Kalau pihak PKS tidak memikirkan sarana komunikasi yang efektif bagi mereka, saya khawatir program merekrut menjadi tidak seimbang dengan program pengelolaan kadernya. Karena itu saya menyarankan, –belajar dari Golkar– untuk anggota yang tidak ikut liko ada jadwal rutin dua minggu sekali atau berapa frekuensinya suatu pertemuan antara pengurus PKS desa/kelurahan dengan kader baru yang punya KTA. Mendapatkan kader baru memang suatu progress tetapi jika tanpa adanya pengelolaan ibarat monyet menangkap belalalang. Belalang disimpan di ketek, ketika akan menangkap belalang berikutnya belalang yang diketek justru melompat. Jangan sampai kader2 baru PKS merasa lebih diperhatikan oleh partai lain daripada PKS, karena hal itu justru merugikan PKS.
Kelompok ketiga, Banyak dan sangat banyak orang-orang yang mendukung PKS tanpa pengurus PKS ketahui. Paling-paling yang diketahui yang sering menulis seperti saya. Mereka tidak terikat dengan ikatan apapun dengan PKS. Kelompok ini hanya berharap Indonesia menjadi baik dan sejahtera dibawah pengelolaan PKS. Kita percaya betul. Yang diharapkan hanya profesionalisme dan moralitas PKS yang terjaga. Kelompok inipun juga masih terbagi kepada 2 sub kelompok. Kelompok pertama adalah yang mengerti tentang PKS. Mereka percaya karena mengerti sepak terjang PKS. Sedang kelompok kedua adalah yang menaruh kepercayaan kepada PKS karena terpaksa. Tidak ada pilihan terhadap partai lain. Mengharapkan ada partai baru sebaik PKS juga hampir mustahil. Golput juga bukan solusi.
Karena itu hendaknya PKS menjaga moralitas dan profesionalismenya. Jangan pupuskan harapan kelompok ini. Sedangkan bagi yang mendukung PKS karena terpaksa, PKS bisa lebih banyak memberikan penerangan dalam bentuk konsep, berita kiprah PKS.
Sedikit kritik kepada sebagian kader yang aktif menulis adalah kalau ada orang yang mendukung PKS langsung dianggap kader dan yang mengkritik langsung dianggap hater. Padahal bisa saja dukungan itu murni karena sesuai nurani dan kritik itu untuk kebaikan PKS dan akhirnya untuk kebaikan Indonesia juga.
Kelompok keempat. Kelompok ini hanya kadang-kadang mendukung PKS. Atau bisa dikatakan pendukung insidentil. Celakanya jika pas pemilu mereka tidak mendukung karena suatu hal. Saya melihat faktor2 emosi dan gelombang pemberitaan akan sangat mempengaruhi pandangan mereka. Untuk kelompok ini memang PKS harus sering2 menunjukkan kinerja. Mungkin pemberitaan2 yang positif harus diperbanyak agar ada alternatif berita. Tidak setiap kritik harus disikapi dengan tegang, diskusikan dengan baik apa yang jadi masalah dan apa solusinya.
Jika ada kelompok kelima, pasti itu bukan pendukung. Memang ada saja orang-orang yang usil. Saran saya jangan ditanggapi dengan tegang. Bahkan saya sendiri kadang meragukan, yang membela PKS dengan kata2 kasar itu sebenarnya siapa ? Kalau teman2 kader PKS menanggapi dengan kurang tepat saya khawatir akan mempengaruhi sikap kelompok keempat bahkan kelompok ketiga yang terpaksa. []
:: PKS PIYUNGAN | BLOG PARTAI KEADILAN SEJAHTERA ::
Klik Download App BB | Klik Download App Android
Klik Download App BB | Klik Download App Android