Arya Sandhiyudha AS
@AryaSandhiyudha
Fatih Uni, Turkey
- Jangan duga melahap banyak posisi dalam satu tegukan menambah manfaat. Sumbangsih itu soal integritas, kapasitas, & totalitas, bukan status.
- Terlalu banyak pelajaran, dari organisasi, partai, majelis ta'lim, dll. yang usia-nya tak lebih dari usia individu/figur berpengaruhnya.
- Betapa banyak organisasi yg datang & pergi, begitu saja. Jika ia sandarkan diri pada figuritas, bukan sistem & dream-team.
- Ingat komposisi kabinet Soeharto yang terakhir, saat semua orang terdekat-nya, termasuk anaknya sendiri menjadi menteri.
- Orde Baru berakhir, justru saat semua orang terdekat Sang Figur yang Melembaga dalam posisi terbaik kenegaraan.
Kisah SBY dan PD mungkin akan dikenang sebagai "pelajaran" (ibroh), tapi bukan "teladan" (uswah). wallahua'lam :)
Partai ideal negarawan, ia yg punya Larangan Rangkap Jabatan. Sadar manusia tidak sempurna, sistem ditata demikian rupa.
Pejabat yang merangkap jabatan, akan berbagi kendali & otoritas dengan istri/suami. Pintu abuse of power.
Dimulai dari: dipimpin Elit yang berfikiran modern & egalitar, nanti lebih mudah Bangkit :)
KITA BANGKIT, jika demokrasi dimenangkan partai modern yg SOLID, dipimpin ELIT amanah & kompeten berdayakan kawula ALIT.
CITRA bisa membawa Partai menang Pemilu, tapi tetaplah jika KAPASITAS institusi ringkih, negara rapuh.
CITRA bisa membawa meraih posisi formal sesaat, namun KAPASITAS gagasan & performa-nya menentukan kualitas sumbangsih.
Kodok di atas kayu yg mengalir bersama sungai. Sang kodok dapat CITRA, tapi Sungai yg ber-KAPASITAS menggerakkannya :)
Itulah sebab banyak Pemimpin formal bergilir tiap period, tapi KAPASITAS yg menentukan daya bekas melintas zaman.
Sebab Sejarah hanya mencatat hal yang "nyata". Yang hadir & sekedar mengisi ruang waktu? tak tercatat.
*https://twitter.com/AryaSandhiyudha