Ada-ada saja strategi Partai Keadilan Sejahtera menarik simpati massa. Partai lain sibuk berjibaku mengurus kisruh internalnya, PKS malah berpromosi dengan cara yang unik. PKS mulai fokus menyebarkan pesan-pesan perjuangannya melalui pendekatan budaya. Sebuah 'pendekatan' yang mencontoh Walisongo untuk diterapkan di abad modern ini.
Memanfaatkan kepopuleran trend tarian dunia, HARLEM SHAKE, PKS membuat sebuah video singkat berjudul MOSLEM HARLEM SHAKE (MHS). Video yang diunggah tiga hari lalu di Youtube oleh Pks Indonesia ini mampu menembus angka 67.551 hingga pagi ini (6/3/2013 pukul 07:37). Beberapa media mainstream juga sudah memberitakan video unik ini diantaranya Metrotvnews.com, forum.detik.com, Republika.
Saking unik dan anti mainstream ini, Ipang Wahid seorang creativepreneur dan film director ini pun mengapresiasi dan bahkan ikut 'mempromosikan' video buatan Tim Humas DPP PKS ini. Lewat akun twitternya @ipangwahid menulis: "Ni harlem shake versi ikhwan ini wlpun rada maksa, tp boleh juga lah, berusaha tampil beda... :DD", dengan menyertakan link Youtube.
Tentu saja fenomena Ber-HARLEM SHAKE-nya PKS mengundang banyak reaksi. Lihat statistik pengunjung yang terus meningkat. Lebih seru lagi adalah komentar pengunjung yang sangat ramai. Sudah mencapai 1.183 komentar dengan jumlah like 977 dan dislike 149.
Sebetulnya 'pendekatan budaya' sudah mulai digencarkan PKS mulai akhir tahun lalu. Bahkan secara khusus DPP PKS mengadakan refleksi akhir tahun 2012 dengan suasana kental budaya yang bertempat di TIM Jakarta.
Walau 'pendekatan budaya' ini sudah mulai digencarkan akhir tahun lalu oleh Bidang Seni dan Budaya DPP PKS dibawah komando Yudi Widiana Adia, tapi fenomena 'PKS Harlem Shake' yang menggebrak di awal Maret ini seolah menjadi 'halaman pertama' bagi PKS untuk memassifkan pendekatan budaya dan seni sebagai cara berkomunikasi dengan masyarakat.
Saat bersilaturohim ke rumah Cak Nun di Yogyakarta awal Februari kemarin (7/2/13), Anis Matta mendapat wejangan khusus soal 'pendekatan budaya'. Saat itu Anis Matta bertanya pada Cak Nun, "Apa yang kurang dari PKS?". Cak Nun pun tegas menjawab, "PKS itu kurang ludruknya". (ludruk = budaya, seni).
“Ludruk itu keindahan. Dan keindahan ini bisa bermacam-macam akibat yang ditimbulkannya: bisa berakibat menangis atau tertawa. Tertawa dan menangis kan tak berlawanan. Justru di puncak frustrasi Anda akan tertawa, dan di puncak tawa Anda mengeluarkan air mata,” kata Cak Nun.
“Yang penting PKS menjadi institusi yang memiliki aransemen yang bagus untuk masyarakat. Wa balaghah wa ushlub. Harus ada sastranya ngomong ke masyarakat," ujar pendiri Kyai Kanjeng ini.
Wejangan Cak Nun inipun semakin memantapkan langkah-langkah PKS untuk lebih cantik dan menarik dalam berkomunikasi dengan masyarakat. Sebagai partai berbasis kader tak sulit bagi PKS untuk memasifkan gerakan 'pendekatan budaya' mengingat PKS sangat berlimpah kader-kader muda yang punya berbagai potensi dan kreatifitas tak terbatas.
Kalau 'PKS Harlem Shake' ini adalah 'halaman pertama' pendekatan budaya ala PKS, siapkah kita membuka 'halaman-halaman' selanjutnya untuk mengulang kisah sukses 'pendekatan budaya' Walisongo?
"Harus terus bergulir," ujar ustadz Hilman Rosyad memberi motivasi.
*by admin @pkspiyungan
:: PKS PIYUNGAN | BLOG PARTAI KEADILAN SEJAHTERA ::