Endang Sih Paryanti, Ummahat Da'iyah Teladan PKS Wonogiri telah pergi... innalillahi...

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kembali kehilangan salah satu kader terbaiknya. Endang Sih Paryanti menghembuskan nafas terakhirnya di Solo, tepatnya di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, pada Rabu (14/3) pukul 22. WIB. Endang Sih Paryanti adalah da'i Dewan Pengurus Daerah (DPD) PKS Kabupaten Wonogiri, dan juga istri dari Bendahara Umum (Bendum) PKS Wonogiri, Mulyono.

Banyak yang merasa kehilangan sosok Endang Sih Paryanti, yang selama hidupnya ia wakafkan dirinya untuk dakwah. Termasuk murid, saudari dekat Endang yang juga aktivis dakwah. Berikut nukilan surat untuk Endang Sih Paryanti yang dituliskan oleh Novriza di akun Facebooknya.

Cukup aku berinteraksi denganmu. Pertemuan pertama yg sangat mengesankan adalah, ketika kita bergiliran menjadi pembicara dalam sebuah acara di sudut timur Wonogiri. Dengan stressing materi yg berbeda. Saat itulah kekagumanku padamu mulai lahir. Perempuan biasa sepertimu, seorang ibu yg sederhana,namun memiliki prestasi demikian gemilang. Memasarkan da'wah di kalangan ibu-ibu. Yup, itu poinnya. Sejak itulah, aku bertekad, suatu saat nanti harus bisa menghadirkanmu di wilayahku. Untuk berbagi, dan memberi suntikan positif itu kepadaku dan penggerak da'wah lain.

Ya, kami yg masih muda dan kudu lebih banyak belajar. Alhamdulillah, rizq Alloh berpihak padaku. Kesempatan itu datang. Dan semenjak itu, hubungan kita demikian intens. Meski secara fisik, wah, jauh tak terjangkau sewaktu-waktu. 1 jam lebih perjalanan membentang untuk dapat pertemukan kita. Dan akhirnya, Alloh pertemukan kita (kembali) dalam sebuah naungan itu. Amanah yg tidak ringan. Utk kelola ketahanan keluarga saudara-saudara dan masyarakat Wonogiri. Subhanalloh..perjumpaan kita semakin intens. Semakin mengerti pula aku tentang sosokmu. Sederhana itu tak pernah menjauh. Keluh itu tak pernah singgah. Apalagi ghibah. Terjaga. Sosok yg demikian terjaga dan menjaga. Meski kemungkinan untuk demikian sangatlah besar.

Dan semakin ku tersungkur dlm malu, ketika di balik sederhanamu, engkau menyimpan sebuah amunisi dahsyat. Dengan tabungan hafalan Qur'anmu yg demikian berlipat. Ya, berlipat. Usia kita yg terpaut jauh, tak menghalangimu utk ikhtiyar dan memperbanyak stok hafalan. Dan yang sering membuatku hanyut dlm haru adalah kebiasaanmu ini menurun pada salah satu putrimu. Kata suamimu, ananda memang hobi menghafal Qur'an. Subhanalloh. Menganak sungai air mataku ketika melihat sendiri bukti itu. Ah, aku semakin merasa tak bernilai di hadapanNya dibandingkan denganmu. Mungkin ada orang berapologi. Iya, dia punya hafalan banyak krn punya lebih banyak waktu, sambil menunggu pembeli. Tapi, bagiku tidak. Setiap kita punya kesempatan yg sama. Meski kondisinya sama dirimu pun belum tentu orang akan menyadari dan berkeinginan untuk menghafal ayat2Nya. Ya, krn semuanya berawal dr 'azzam; tekad yg kuat. Keyakinan pun menyusupi hatiku, bahwa Alloh kirimkan menantu yg hafidz Qur'an, bukan sekedar kebetulan semata. Tapi lebih pd aura yg kau munculkan. Subhanalloh..

Dan episode belum berakhir. Aku mjd saksi jiwa pemurahmu. Entengan, orang Jawa bilang. Dan mudah berbagi. Sabar mendengarkan curhat orang lain, meski bisa jadi, tak bermakna bagimu. Masih kuingat sore itu, pasca koordinasi, aku mengikuti langkahmu ke pasar. Melihat produk yg kau jual, untuk anakku. Di tengah kebingunganku memilih, kau sarankan untuk kubawa dua-duanya. Dan, tak kusangka, kau tolak sejumlah uang yg ku sodorkan. Alloohu Robbi..sekali lagi, aku kalah telak. Setelah kesaksian demi kesaksian itu (aku bahkan pernah berharap+memohon padamu, sekian tahun yg lalu, agar kau ditempatkan di wilayahku, hehe). Dan responmu adalah, "yo suk. Nek wis jatahe. (ya,suatu hari nanti,kalo mmg jatahnya)". Sungguh arif.

Dan, menjelang pergimupun, kau masih wira-wiri dg amanahmu mengelola da'wah yg membutuhkan berkendara tak kurang dr 1,5 jam-an. Padahal, akhirnya kutau, tubuhmu tak sekuat semangatmu. Dan akhirnya, kaupun jatuh. Kali ini sungguh serius. Karena (menurut kabar seorang saudariku), selama ini tak kau rasakan. Hingga harus berikhtiyar hingga ke ibukota. Namun, di balik vonis penyakitmu, ketegaran dan ketegasan masih kurasa. Siang itu kau ceritakan berbagai makanan yg mjd pantangan dan makanan yg diperbolehkan untukmu. Banyak. Sangat banyak. Ikhtiar rutin pun tetap kau jalani. Sampai akhirnya, ada kebijakan dr pimpinan. Engkau diberi kesempatan berkonsentrasi dg penyembuhan. Off dr struktur. Meski bukan berarti off dari da'wah.

Dan Ahad kemarin, kulihat fotomu di salah satu layar BB saudariku. Aku tersentak.Ya Rob,itukah dirimu? Aku tak sanggup bayangkan. Dan ternyta foto itu sangat berpengaruh padaku. Dalam doa-doa pemenangan da'wah yg dilantunkan di acara musyawarah tsb, dadaku berguncang. Sosokmu berkelebatan. Rabu sore, ketika bertemu dg beberapa saudari, kami masih membicarakan kondisimu. Dan, hanya bisa berharap dg doa. Krn banyak keterbatasan untuk melihat sosokmu dr dekat. Dan semalam, menjelang jam 23, sms pun hadir. Mengabarkan pergimu. Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'un. Kukabarkan kpd saudara2ku ttg hal ini, sambil tak kuasa menahan air mata yg menjebol mataku. Getun, krn belum penuhi hak untuk silaturahim. Juga sedih, kehilangan sosok penguat da'wah di Wonogirii ini, yg sangat menginspirasi kehidupanku.

Sugeng kondur, budhe Endang Sih Paryanti-ku tercinta..Selamat jalan..Istirahatlah di peristirahatan abadi, yg jauh lebih baik dr dunia dan seisinya ini. Semoga husnul khotimah menjadi rizq-mu. Serta gunungan amal sholih yg kau kumpulkan selama hidupmu. Ampunan Alloh, smg iringkan keberadaanmu. Dan keluarga yg kau tinggalkan, baik keluarga kcil, dan keluarga besar da'wah ini, akan mampu bersbar, dan istiqomah serta mempelajari-mengambil hikmah dari setiap sisi kehidupan yg kau tinggalkan. Amin..amin..yaa Robbal'alamin..

اللهم اغفـر لها وارحمها و اعف عنها واكرم نزلها ووسع مدخلها
واغسلها بالماء والثلج والبرد
و نقها من الخطايا كما ينقى الثوب الابيض من الدنس
و أبدلها دارآ خيرآ من دارها و أهلآ خيـرآ من أهلها و زوجآ خيـرآ من زوجها
و قها فتنة القبر وعذاب النار


“Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, selamatkanlah dia, maafkanlah dia, muliakanlah tempatnya, luaskan dan lapangkanlah tempat masuknya, basuhlah dia dengan air dan es serta embun, bersihkanlah dia dari berbagai dosa dan kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan pakaian putih dari kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik, masukkanlah dia ke dalam surga dan lindungilah dia dari adzab kubur dan adzab neraka.”



*pksjateng.or.id


:: PKS PIYUNGAN | BLOG PARTAI KEADILAN SEJAHTERA ::
Baca juga :