Dunia Di Bawah Batu | Kolom Eko Novianto








Oleh Eko Novianto

Pernahkah anda mencongkel batu atau batubata yang sebagiannya sudah terpendam ke dalam tanah? Saya pernah. Bahkan beberapa kali. Kadang sengaja melakukan itu untuk belajar dan mengingatkan diri.

Belajar apa? Mengingatkan diri tentang apa?

Dunia Di Bawah Batu.

Kalau kita mencongkel batu atau batubata yang sebagiannya sudah terpendam di tanah, mungkin kita akan dapatkan pemandangan sebuah ekosistem kecil. Populasi ekosistem itu sedikit, Cuma ada beberapa individu-individu kecil dan sederhana. Kita tidak akan menemukan Gajah atau Zebra di balik batu yang terpendam itu. yang bisa kita temukan adalah serangga-serangga kecil dan sederhana.

Mereka hidup dan membentuk ekosistem. Mereka berinteraksi dalam berbagai kepentingan. Mereka bersama dalam ruang yang sempit. Mereka berinteraksi dalam ruang waktu yang sebentar. Dan mereka berinteraksi dalam ekosistem yang kecil dan nyaris tak berpengaruh pada alam semesta.

Saya kerap melakukan hal ini sambil membayangkan bahwa saya adalah bagian dari mereka dalam perspektif yang lain. Saya kerap membayangkan bahwa apa yang sedang saya alami adalah peran yang kecil, sempit dan sebentar dalam ukuran-ukuran raksasa. Saya kerap mengajari diri ini, jangan-jangan dunia saya ini tak lebih luas dan tak lebih lama dari peran mereka.

Mungkin kita merasa besar, merasa berperan, merasa hebat, merasa penting, merasa banyak berbuat, merasa modern, merasa sudah lama berkarya, dan semacamnya. Mungkin memang benar. Mungkin kita memang penting, memang besar, memang banyak berkarya, dan memang hebat. Tetapi ingat, itu dalam perspektif kita. Kita besar dalam perspektif sekarang dan di sini. Kita hebat dalam perspektif sekarang dan di sini. Kita lama dalam perspektif sekarang dan di sini. Kita banyak berkarya dalam perspektif sekarang dan di sini. Dan semacamnya.

Mungkin kalau ada makhluk yang besar dan mampu menatap dunia dan kiprah kita, itu tak lebih dari dunia di bawah batu. Makhluk itu menatap kita tak lebih dari serangga kecil, sederhana, yang hidup sebentar, yang bergerak tak luas, dan hidup dalam banyak keterbatasan.

Jika ada makhluk yang mampu mencongkel batu atau batubata dan menatap dunia kita seperti dunia di bawah batu dan mau menceritakan kepada kita tentang buruknya kita, sempitnya kita, lemahnya kita, sebentarnya kita, dan terbatasnya kita, maka kita mungkin akan malu dengan semua perspektif kita. Kita malu sudah pernah merasa besar, sudah pernah merasa berperan, sudah pernah merasa hebat, sudah pernah merasa penting, sudah pernah merasa banyak berbuat, sudah pernah merasa modern, dan sudah pernah merasa sudah lama berkarya.

Berbuatlah dengan pertanggungjawaban yang besar. Teruslah berkarya. Teruslah mengembangkan sikap respek pada individu lain. Jangan tertipu dengan dunia kita. Dunia kita, pergaulan kita, dan karya kita mungkin memang besar. Tapi jangan keblinger. Mengapa? Karena mungkin –dalam perspektif yang lain- itu cuma seperti dunia di bawah batu. []

________________________________________________________
PKS PIYUNGAN - BLOG BERITA PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
Baca juga :