Oleh Fanni Fathihah*
Alih-alih tenggelam usai kekalahan di Pilkada DKI lalu, justru karir politik Dr Hidayat Nur Wahid (selanjutnya disingkat HNW) semakin moncer. Berawal dari rotasi beberapa posisi DPP dan DPR pusat, HNW diangkat menjadi ketua Fraksi PKS menggantikan Mustafa Kamal yang “turun” menjadi wakil. Dan seperti biasa di PKS, tidak ribut-ribut mengenai perubahan komposisi ini.
Setelah menjadi ketua Fraksi, HNW langsung “tancap gas”. Berbagai pernyataanya di media massa langsung menjadi santapan pers. Salah satunya adalah tentang dukungan penuh PKS terhadap eksistensi KPK. Seperti diketahui PKS sempat menjadi bulan-bulanan publik dengan pernyataan pembubaran KPK oleh Fahri Hamzah. Apapun alasannya, isu ini sempat menimbulkan keraguan publik terhadap niat baik PKS memberantas korupsi. Meski pada kenyataannya menurut survey ICW terakhir politisi PKS paling bersih dari urusan korupsi. Setelah pernyataan HNW , polemik ini selesai. Clear!
Ketika baru-baru ini banjir menerjang Jakarta, HNW dengan sigap langsung blusukan memasuki gang-gang sempit yang terkena banjir. HNW bahkan tidak segan-segan memasakkan sarapan untuk para pengungsi. Meski tidak diliput media nasional, sepak terjang HNW kembali mengingatkan orang pada sepak terjang PKS yang berbuah manis kemenangan mereka di DKI tahun 2004. Artinya wajah “peduli” yang selama ini sempat dianggap copot dari wajah PKS, kembali ditampilkan oleh HNW.
Ditunjuknya HNW sebagai ketua Fraksi yang mewakili wajah PKS, adalah pilihan tepat dan langkah yang cerdas. Paling tidak ada tiga alasan untuk ini :
Pertama, HNW adalah politisi yang memiliki track record politik bagus. Ketika menjabat ketua MPR, beliau menolak mobil mewah yang disediakan. HNW juga dekat dengan berbahgai kalangan. Sebagai kader Muhammadiyah HNW yang lulusan Gontor itu juga mengakrabi kalangan pesantren. HNW juga bersahabat dengan tokoh lintas agama bahkan memiliki jaringan sampai luar negeri. Artinya HNW mewakili wajah cendikiawan muslim Indonesia yang moderat.
Kedua, sebagai tokoh nasional HNW sangat akrab dengan kalangan wartawan. Meski tingkatan beliau tidak se “media darling” Jokowi atau Dahlan Iskan. Ini sangat dibutuhkan oleh PKS sendiri dalam menjual partainya ke masyarakat jelang Pemilu 2014.
Ketiga, untuk kalangan internal PKS sendiri tidak ada resistensi. Harus diakui di PKS banyak kepala yang memiliki kecenderungan berbagai perbedaan pemikiran. Meski kecenderungan ini tidak mengkristal menjadi faksi-faksi yang lumrah di partai-partai lain, tapi sedikit banyaknya berpengaruh terhdap laju mesin partai. Dengan tampilnya HNW, perbedaan itu menjadi satu. Tidak ada resistensi dan semua mendukung. Hal ini terbukti ketika pencalonan HNW yang terkesan mendadak di Pilkada DKI.
Terakhir dengan tampilnya (kembali) HNW sebagai wajah PKS, diharapkan dapat memuluskan target 3 besar partai dakwah ini di tahun 2014. Apakah akan terbukti? Kerja keras kader dan waktulah yang akan menjawabnya. [kompasiana: Wajah PKS di HNW]
________________________________________________________