Moh. Fauzil Adhim
@kupinang
- Termangu. Membaca manaqib (biografi) Imam Syafi'i yg ditulis oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, semakin terasa betapa jauhnya sosok itu.
- Brtanya-tanya, masih adakah orang yg benar-benar bercermin kepadanya? Kelurusan 'aqidahnya, kehati-hatiannya & kecintaannya kpd syari'at.
- Semakin mempelajari manaqib (biografi) Imam Syafi'i, terasa semakin asing sikap, pendapat, teladan & kezuhudannya di negeri ini.
- Andaikata pendapat-pendapatnya diungkapkan, adakah muslimin di negeri ini mnghormatinya? Padahal negeri ini mayoritas mengaku Syafi'iyah.
- Teringat saat pulang kampung dan bertanyalah saya kepada seorang sahabat yang menyatakan dirinya 100% Syafi'iyah tulen, >>
- >> "Kapan terakhir nama Imam Syaf'i dsebut saat brpendapat?" Sahabat ini kaget. "Apakah Ente akrab dg pndapat & manhajnya?" | Trmangu lg.
- Bagaimana mungkin seseorang menganggap dirinya Syafi'iyah sedangkan terhadap yg berjilbab besar, ia merasa risih & mencurigainya?
- Bagaimana mungkin seorang yang merasa dirinya Syafi'iyah dapat membiarkan istrinya tidak menutup aurat dg sempurna? Sgt bertentangan.
- Bagaimana mungkin seseorang merasa dirinya mengikuti pendapat Imam Syafi'i sementara kuburan ditembok tinggi & menjadi bangunan?
- Kubur Hadratusy-Syaikh Hasyim Asy'ari adalah contoh yg sesuai. Tidak ditembok, tidak dibangun. Nyaris rata dg tanah. | Sy tdk tahu skrg.
- Bagaimana mungkin seseorang merasa dirinya Syafi'iyah jika ia meninggalkan jama'ah ketika imam Subuh tidak qunut? Padahal, tatkala >>
- >> Imam Syafi'i mengimami shalat di masjid yg tak jauh dr makam Imam Abu Hanifah, beliau meninggalkan qunut u/ hormati Imam Abu Hanifah.
- Uff! Maafkan saya, pembicaraan melebar dari manaqib (biografi) kepada pendapat Imam Syafi'i. Semoga kita dapat bercermin darinya.
- Sikap Imam Syafi'i sgt mnarik, mngingat Imam Abu Hanifah wafat brtepatan dg saat kelahiran Imam Syafi'i. Jd, keduanya tak pernah brtemu.
- Perbincangan ini bukanlah soal pemihakan terhadap madzhab, tetapi terutama terkait dengan konsistensi bersikap dan berkeyakinan.
- Bahwa tidak pantas seseorang mengaku pengikut Imam Syafi'i, sementara sikap & perilakunya justru sangat bertentangan & bahkan brsikap >>
- >> sinis terhadap mereka yang melaksanakan qaul (pendapat) Imam Syafi'i sbg usaha untuk berislam dengan lebih baik.
- Sama anehnya dengan seorang muslim yg dg mantap berkata bahwa ia berpegang pada Al-Qur'an & As-Sunnah, tapi ia tak mengenal keduanya.
- Bagaimana kita akan hidup dengan Al-Qur'an jika bacaannya saja tidak kita kenali?
- Bagaimana kita akan berpegangan pada Al-Qur'an jika hati ini jauh darinya? | Omong-omong, sudah baca Al-Qur'an hari ini?
- Allah Ta'ala berfirman, "قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم" QS. 3: 31
- Allah Ta'ala berfirman: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad saw.), >>
- >> niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. 3: 31
- Jalan cinta kepada Allah 'Azza wa Jalla adalah tunduk mengikuti tuntunan Rasulullah Muhammad saw. Maka, sudahkah kita mengenalnya?
- Bagaimana mungkin kita akan mengikuti Nabi saw. jika tak mengenal sunnahnya, tak mengenal tutur katanya.
- Maka, marilah sejenak kita bertanya, sudahkah kita membaca hadis Nabi saw. hari ini? Dan apakah kita merenunginya?
- Imam Syafi'i mengingatkan, “Setiap masalah yang di sana ada khabar shahih (hadis) dari Rasulullah (saw). menurut para ahli (hadis), >>
- >> dan ia brtentangan dg pendapatku, maka aku mnyatakan rujuk (meralat) dari pendapatku tadi baik semasa hidupku maupun sesudah matiku.”
- Ketika seseorang datang menemui Imam Syafi'i & menanyakan ttg hadis Nabi saw. serta pendapatnya ttg hadis tsb, Imam Syafi'i brkata:
- “Langit mana yg akan menaungiku & bumi mana yg akan kupijak kalau sampai kuriwayatkn hadis Rasulullah saw kmudian aku brpendapat lain…!?
- Begitu perkataan Imam Syafi'i yg dapat kita petik dari Hilyatul Auliya' karya Abu Nuaim. | Hmm..., seperti apakah kita berislam?
- Pamit dulu. Semoga catatan sederhana ini bermanfaat. Bercermin pada Imam Syafi'i, semoga kita rela berpayah-payah menebar ilmu dien.
___________ posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia