Bahagia sering sekali dihubungkan dengan kesejahteraan dan materi. Padahal, bahagia itu terletak di dasar hati.
Oleh : Cahyadi Takariawan
Sudah sangat sering saya menyampaikan hal ini. Mudah sekali kita membuat urutan daftar kekayaan para konglomerat dunia, namun sulit bagi kita untuk membuat urutan daftar kebahagiaan. Kekayaan materi itu kuantitatif, sehingga mudah dibuat urutan, sedangkan kebahagiaan itu kualitatif. Berikut adalah beberapa nama konglomerat dunia yang berhasil diurutkan jumlah kekayaannya, di http://uniqpost.com.
Carlos Slim Helu tiga kali menempati posisi tertinggi di daftar 10 orang terkaya di dunia, berturut-turut dari tahun 2010. Kekayaan pebisnis telekomunikasi asal Meksiko ini mencapai US$ 69 miliar. Berikutnya, pemilik Microsoft, Bill Gates menempati urutan kedua dengan total kekayaan mencapai US$ 61 miliar. Urutan berikutnya adalah Waren Buffet, pemilik Berkshire Hathaway, sebuah perusahaan konglomerasi yang memiliki banyak anak perusahaan. Nilai kekayaannya menembus angka US$ 44 miliar. Berikutnya adalah Amancio Ortega dengan kekayaan sebesar US$ 37,5 miliar, dari Zara.
Kita membayangkan, betapa mudahnya mereka membeli kebahagiaan. Namun, benarkan bahagia bisa dibeli dengan materi? Sebagiannya bisa, tapi bagian lainnya tidak bisa. Perhatikan apa yang bisa dibeli oleh orang-orang kaya, yang memiliki harta melimpah ruah, namun tidak memiliki spiritualitas atau ruhani yang mencukupi.
Orang-orang kaya itu bisa membeli ranjang berlapis emas murni, namun tidak bisa membeli tidur nyenyak. Mereka bisa membeli rumah mewah di tengah kemegahan dan hingar bingar Times Square New York, namun tidak bisa membeli ketenangan hati. Mereka bisa membeli obat-obatan mahal, namun tidak bisa membeli kesehatan. Mereka bisa membeli rumah sakit bertaraf internasional dengan dokter-dokter spesialis yang sangat lengkap, namun tidak bisa membeli kehidupan. Mereka bisa membeli seks, namun tidak bisa membeli cinta.
Lihat apa yang bisa dibeli oleh Christina Aguilera. Mudah baginya membeli rumah mewah di kawasan elit Beverly Hills, namun toh ia merasa tidak bahagia. Penyanyi Amerika Serikat itu menjual rumah mewah miliknya di Beverly Hills, dengan harga US$13,5 juta atau setara dengan Rp121,5 miliar. Dilansir dari lamanDaily Mail, rumah tersebut dibeli Aguilera sebesar US$11,5 juta atau setara dengan Rp103,5 miliar dari keluarga Osbourne pada 2008 lalu. Aguilera menjual rumah tersebut, setelah bercerai dari Jordan Bratman. Rumah Aguilera menerapkan berbagai desain interior, mulai dari gothic hingga kontemporer.
Rumah yang terdiri dari enam kamar tidur dan sembilan kamar mandi ini didominasi dengan warna pink dan merah. Rumah tersebut juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas, mulai dari gym, ruang permainan, ruang untuk menonton film, studio rekaman, hingga kolam renang. Ternyata Aguilera hanya bisa membeli rumah mewah di kawasan sangat bergengsi, namun tidak bisa membeli kebahagiaan dan ketenangan hidup.
Lihat pula apa yang bisa dibeli oleh Oprah Winfrey. Ratu talk show ini memiliki sebuah hunian mewah senilai US$55 atau sekitar Rp 500 miliar di kawasan Santa Barbara, California. Rumah seluas 2.136 meter persegi dengan panorama gunung dan laut itu dilengkapi home theater, danau buatan, enam kamar tidur, 14 kamar mandi, dan 10 perapian. Namun, wanita yang dinobatkan sebagai wanita pesohor terkaya dengan kekayaan senilai US$ 2,4 miliar itu memutuskan tak menempatinya. Sehari-sehari, ia memilih tinggal di sebuah villa bergaya Italia seharga Rp 60 miliar.
Ramadhan dan Kebahagiaan
Spirit Ramadhan telah membangkitkan religiusitas kita. Pada bulan mulia ini kesadaran ruhani memuncak, dimana pelatihan pengendalian diri berjalan sangat efektif. Suasana spiritual kita semakin meningkat, dan membuat kita semakin dekat dengan Allah. Inilah yang menjadi pondasi bagi hadirnya perasaan bahagia dalam jiwa, dalam dasar hati kita.
Penelitian yang dilakukan oleh tim University of Illinois bersama Gallup Organization yang diterbitkan di Journal of Personality and Social Psychology, Agustus 2011 membuktikan bahwa saat menghadapi konflik atau situasi sulit, orang yang religius lebih bisa bertahan dan tetap merasakan kebahagiaan dibanding kaum atheis.
Peneliti melakukan analisa data yang dikumpulkan dari tahun 2005 hingga 2009 terhadap orang di 150 negara yang berbicara tentang agama, kepuasan hidup, dan dukungan sosial. Peneliti menemukan bahwa agama memberi dukungan emosional ketika kebutuhan mendasar seperti makanan, pekerjaan, rasa aman, dan pendidikan tidak terpenuhi. Selain itu, orang yang religius cenderung merasa lebih terhormat dan lebih sedikit memiliki perasaan negatif dibanding mereka yang tidak religius.
Penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa orang religius lebih bisa merasakan kebahagiaan daripada mereka yang tidak religius. Senyampang masih Ramadhan, mari kita optimalkan untuk peningkatan ruhaniyah kita. Dengan itu kita akan memiliki modal dasar untuk selalu merasakan kebahagiaan.[]
Carlos Slim Helu tiga kali menempati posisi tertinggi di daftar 10 orang terkaya di dunia, berturut-turut dari tahun 2010. Kekayaan pebisnis telekomunikasi asal Meksiko ini mencapai US$ 69 miliar. Berikutnya, pemilik Microsoft, Bill Gates menempati urutan kedua dengan total kekayaan mencapai US$ 61 miliar. Urutan berikutnya adalah Waren Buffet, pemilik Berkshire Hathaway, sebuah perusahaan konglomerasi yang memiliki banyak anak perusahaan. Nilai kekayaannya menembus angka US$ 44 miliar. Berikutnya adalah Amancio Ortega dengan kekayaan sebesar US$ 37,5 miliar, dari Zara.
Kita membayangkan, betapa mudahnya mereka membeli kebahagiaan. Namun, benarkan bahagia bisa dibeli dengan materi? Sebagiannya bisa, tapi bagian lainnya tidak bisa. Perhatikan apa yang bisa dibeli oleh orang-orang kaya, yang memiliki harta melimpah ruah, namun tidak memiliki spiritualitas atau ruhani yang mencukupi.
Orang-orang kaya itu bisa membeli ranjang berlapis emas murni, namun tidak bisa membeli tidur nyenyak. Mereka bisa membeli rumah mewah di tengah kemegahan dan hingar bingar Times Square New York, namun tidak bisa membeli ketenangan hati. Mereka bisa membeli obat-obatan mahal, namun tidak bisa membeli kesehatan. Mereka bisa membeli rumah sakit bertaraf internasional dengan dokter-dokter spesialis yang sangat lengkap, namun tidak bisa membeli kehidupan. Mereka bisa membeli seks, namun tidak bisa membeli cinta.
Lihat apa yang bisa dibeli oleh Christina Aguilera. Mudah baginya membeli rumah mewah di kawasan elit Beverly Hills, namun toh ia merasa tidak bahagia. Penyanyi Amerika Serikat itu menjual rumah mewah miliknya di Beverly Hills, dengan harga US$13,5 juta atau setara dengan Rp121,5 miliar. Dilansir dari lamanDaily Mail, rumah tersebut dibeli Aguilera sebesar US$11,5 juta atau setara dengan Rp103,5 miliar dari keluarga Osbourne pada 2008 lalu. Aguilera menjual rumah tersebut, setelah bercerai dari Jordan Bratman. Rumah Aguilera menerapkan berbagai desain interior, mulai dari gothic hingga kontemporer.
Rumah yang terdiri dari enam kamar tidur dan sembilan kamar mandi ini didominasi dengan warna pink dan merah. Rumah tersebut juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas, mulai dari gym, ruang permainan, ruang untuk menonton film, studio rekaman, hingga kolam renang. Ternyata Aguilera hanya bisa membeli rumah mewah di kawasan sangat bergengsi, namun tidak bisa membeli kebahagiaan dan ketenangan hidup.
Lihat pula apa yang bisa dibeli oleh Oprah Winfrey. Ratu talk show ini memiliki sebuah hunian mewah senilai US$55 atau sekitar Rp 500 miliar di kawasan Santa Barbara, California. Rumah seluas 2.136 meter persegi dengan panorama gunung dan laut itu dilengkapi home theater, danau buatan, enam kamar tidur, 14 kamar mandi, dan 10 perapian. Namun, wanita yang dinobatkan sebagai wanita pesohor terkaya dengan kekayaan senilai US$ 2,4 miliar itu memutuskan tak menempatinya. Sehari-sehari, ia memilih tinggal di sebuah villa bergaya Italia seharga Rp 60 miliar.
Ramadhan dan Kebahagiaan
Spirit Ramadhan telah membangkitkan religiusitas kita. Pada bulan mulia ini kesadaran ruhani memuncak, dimana pelatihan pengendalian diri berjalan sangat efektif. Suasana spiritual kita semakin meningkat, dan membuat kita semakin dekat dengan Allah. Inilah yang menjadi pondasi bagi hadirnya perasaan bahagia dalam jiwa, dalam dasar hati kita.
Penelitian yang dilakukan oleh tim University of Illinois bersama Gallup Organization yang diterbitkan di Journal of Personality and Social Psychology, Agustus 2011 membuktikan bahwa saat menghadapi konflik atau situasi sulit, orang yang religius lebih bisa bertahan dan tetap merasakan kebahagiaan dibanding kaum atheis.
Peneliti melakukan analisa data yang dikumpulkan dari tahun 2005 hingga 2009 terhadap orang di 150 negara yang berbicara tentang agama, kepuasan hidup, dan dukungan sosial. Peneliti menemukan bahwa agama memberi dukungan emosional ketika kebutuhan mendasar seperti makanan, pekerjaan, rasa aman, dan pendidikan tidak terpenuhi. Selain itu, orang yang religius cenderung merasa lebih terhormat dan lebih sedikit memiliki perasaan negatif dibanding mereka yang tidak religius.
Penelitian ilmiah telah menunjukkan bahwa orang religius lebih bisa merasakan kebahagiaan daripada mereka yang tidak religius. Senyampang masih Ramadhan, mari kita optimalkan untuk peningkatan ruhaniyah kita. Dengan itu kita akan memiliki modal dasar untuk selalu merasakan kebahagiaan.[]
___________ posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia