Hisyam Qandil dan Masa Depan Mesir

oleh kaisar el rema*
@kaisar_el_rema
Mahasiswa Al-Azhar Mesir

Hisyam Qandil
Mengejutkan. Hisyam Qandil, nama yang tidak pernah menjadi bintang sorotan media itu akhirnya diumumkan sebagai Perdana Menteri. Mantan Menteri Irigasi dan Pengairan ini menggeser Muhammad Baradai, Faruq Al Uqdah, Hazim Al Bailawi, Ziad Behauddin yang dalam beberapa minggu menjadi Headline dan berita panas surat kabar semenjak terpilihnya Mursi menjadi presiden dan berjanji tidak akan mengangkat kader Ikhwanul Muslimin sebagai Perdana Menteri.

Berbekal sebagai Aleg terbaik sedunia, Mursi memang sering membuat keputusan-keputusan diplomasi yang tidak terbaca. Terlebih di saat genting seperti sekarang ini : adanya skenario menjadikan Mesir seperti Turki masa Erbekan yang digulingkan militer. Fahmi Huwaidi, jurnalis senior Mesir, dalam makalahnya di harian Shorouk merinci 3 fokus media massa : meragukan kapabelitas Mursi sebagai kepala negara, ancaman terorisme gerakan Islam atas kedaulatan bangsa, menciptakan kerenggangan antara militer dengan negara. Lantas Huwaidy bertanya, siapakah dalang di balik semua ini?

Maka Hisyam Qandil muncul sebagai solusi. Meskipun sisa-sisa rezim Mubarak yang masih kuat dan terus bergerak menyelamatkan kepentingannya ini akan menjadi ranjau masa pemerintahannya, biarpun diprediksi beberapa minggu ke depan Peradana Menteri baru ini akan menjadi bulan-bulanan pengamat dan media massa, namun usianya yang baru berkisar empat puluhan dan tercatat sebagai menteri termuda masa Isham Syaraf serta Ganzuri, maka Qandil akan lebih energik juga lebih cepat menyerap keinginan-keinginan gerakan pemuda Tahrir –tumpuan revolusi 25 Januari.

Semenjak tergulingnya Husni Mubarak, terhitung dua kali Qandil menjadi perwakilan Mesir untuk menghadiri upacara kenegaraan di Kongo dan Uganda. Semasa pemerintahan Ganzuri, beberapa kali Qandil menjadi jubir pertemuan dengan parlemen, juga mendampingi Menteri Kerjasama Internasional saat menggelar konferensi pers. Pengalaman ini menjadi guru terbaik bagi Qandil dalam mengelola hubungan luar negeri juga membuatnya mengerti seluk beluk akar permasalahan Mesir sekarang ini.

Semenjak Sudan Selatan memisahkan diri, semenjak itu air menjadi ancaman bagi Mesir. Hulu sungai Nil ada di Sudan Selatan. Sedangkan presidennya, Salva Kiir, lebih dekat dengan Israel ketimbang negara-negara Afrika lainnya. Jika Sudan Selatan mengeluarkan kebijakan menutup Nil, maka kekeringan seketika melanda Mesir. Maka Qandil dimunculkan untuk menjadi jalan keluar. Awal menjabat Menteri Irigasi kegaduhan air menyeruak di Afrika yang menuntut semua menteri dari berbagai negara yang dilalui sungai Nil berkumpul. Dan Qandil, utusan dari Mesir itu, meminta semua pihak berkepala dingin dan membicarakannya secara baik-baik di meja perundingan.

Satu-satunya permasalahan Qandil adalah sosoknya tidak pernah diprediksi akan menjabat Perdana Menteri. Dan ketidak-tepatan prediksi ini tamparan keras bagi media massa –terkhusus yang mendapat aliran dana dari kroni-kroni Mubarak. Sebab tidak pernah masuk hitungan bursa kepala pembantu presiden inilah ia luput dari lobi-lobi kekuatan rezim Mubarak. Ke depan, Qandil akan mendampingi Mursi dihantam badai isu.[]

*http://kaisarelrema.wordpress.com/2012/07/25/hisyam-qandil-dan-masa-depan-mesir/



___________ posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia
Baca juga :