Tajuk REPUBLIKA (23/6/12)
Ide Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi untuk membagikan kondom kepada kelompok rentan tertular HIV/AIDS telanjur terlontar ke publik. Reaksi dan penolakan seketika muncul untuk menggagalkan ide itu. Dibalik ide itu memang terdapat kerentanan bakal meluasnya tindak penyalahgunaan yang dampaknya bisa sangat fatal.
Meski diatasnamakan untuk kelompok rentan HIV/AIDS, pembagian kondom tidak bisa dijamin bakal tepat sasaran. Dengan berkaca pada banyak pengalaman sebelumnya, kondom cumacuma itu bisa menyebar ke mana-mana. Dampaknya akan sangat berbahaya kalau kemudian kebocoran ini menyuburkan tradisi pergaulan bebas yang saat ini sudah tumbuh di sebagian masyarakat.
Betapa memprihatinkan realitas di balik data yang dirilis Muslimat NU. Sepanjang 2011, menurut catatan Muslimat NU, di Indonesia terdapat lima juta perempuan yang menggugurkan kandungan. Sekitar 62 persen di antaranya adalah perempuan berusia kurang dari 16 tahun. Kandungan yang digugurkan ini umumnya memang merupakan hasil dari pergaulan bebas.
Dunia sudah berubah sangat cepat begitu era internet berkembang. Perangkat komunikasi yang seharusnya dimanfaatkan untuk memajukan ilmu pengetahuan ini, sekarang banyak menjadi sarana kencan di kalangan anak muda. Banyak sudah cerita tentang anak perempuan yang minggat dari rumah untuk menemui seseorang yang dikenalnya lewat jejaring sosial di internet.
Dalam situasi masyarakat yang sudah seperti ini, ide pembagian kondom menjadi mengkhawatirkan. Meski diniatkan untuk me nekan infeksi HIV/AIDS, hasil yang didapat bisa jadi akan berbeda. Kondom gratis terbagi meluas, tapi angka HIV/AIDS malah terus meningkat. Bersamaan itu, pergaulan bebas menjadi kian parah.
Tidak jadi soal jika Kementerian Kesehatan menempatkan HIV/AIDS sebagai agenda penting dalam program kerjanya karena memang korban yang terinfeksi juga terus bertambah. Yang jadi soal adalah jika di balik penentuan prioritas itu terdapat sponsorsponsor dari kekuatan bisnis.
Program kerja dunia kesehatan haruslah didasarkan pada persoalan riil di masyarakat, bukan tarik-menarik politik atau pengaruh kekuatan bisnis. Cobalah lihat kembali masalah-masalah nyata yang kini menjadi makanan sehari-hari masyarakat dalam dunia kesehatan. Amati baik-baik jutaan rakyat miskin yang masih memerlukan tambahan gizi supaya keberlangsungan hidup anakanaknya lebih terjamin.
Cermati pula layanan rumah-rumah sakit pemerintah yang tidak menjadi pilihan utama bagi masyarakat untuk berobat. Lapis masyarakat yang sangat kaya, kini lebih senang memilih berobat ke luar negeri atau rumah-rumah sakit asing yang kini buka cabang di dalam negeri. Mereka yang kaya juga banyak memilih rumah sakit swasta untuk menjalani perawatan.
Warga yang miskin masih memilih rumah sakit pemerintah atau puskesmas karena bisa gratis, meski mereka belum tentu puas dengan pelayanannya. Kalaupun tidak memilih, berarti warga miskin yang bersangkutan memang ditolak masuk rumah sakit pemerintah atau karena rumah sakitnya penuh.
Mumpung masih cukup waktu untuk berbenah, coba susun kembali langkah-langkah prioritas untuk menyehatkan masyarakat bangsa ini secara keseluruhan. Kesampingkan dulu pembagian kondom gratis yang berpotensi menyuburkan perilaku asusila. Setelah tersusun baik sesuai kebutuhan masyarakat, program-program itu perlu dijelaskan kepada publik supaya kontrol sosial bisa berjalan.[]
Meski diatasnamakan untuk kelompok rentan HIV/AIDS, pembagian kondom tidak bisa dijamin bakal tepat sasaran. Dengan berkaca pada banyak pengalaman sebelumnya, kondom cumacuma itu bisa menyebar ke mana-mana. Dampaknya akan sangat berbahaya kalau kemudian kebocoran ini menyuburkan tradisi pergaulan bebas yang saat ini sudah tumbuh di sebagian masyarakat.
Betapa memprihatinkan realitas di balik data yang dirilis Muslimat NU. Sepanjang 2011, menurut catatan Muslimat NU, di Indonesia terdapat lima juta perempuan yang menggugurkan kandungan. Sekitar 62 persen di antaranya adalah perempuan berusia kurang dari 16 tahun. Kandungan yang digugurkan ini umumnya memang merupakan hasil dari pergaulan bebas.
Dunia sudah berubah sangat cepat begitu era internet berkembang. Perangkat komunikasi yang seharusnya dimanfaatkan untuk memajukan ilmu pengetahuan ini, sekarang banyak menjadi sarana kencan di kalangan anak muda. Banyak sudah cerita tentang anak perempuan yang minggat dari rumah untuk menemui seseorang yang dikenalnya lewat jejaring sosial di internet.
Dalam situasi masyarakat yang sudah seperti ini, ide pembagian kondom menjadi mengkhawatirkan. Meski diniatkan untuk me nekan infeksi HIV/AIDS, hasil yang didapat bisa jadi akan berbeda. Kondom gratis terbagi meluas, tapi angka HIV/AIDS malah terus meningkat. Bersamaan itu, pergaulan bebas menjadi kian parah.
Tidak jadi soal jika Kementerian Kesehatan menempatkan HIV/AIDS sebagai agenda penting dalam program kerjanya karena memang korban yang terinfeksi juga terus bertambah. Yang jadi soal adalah jika di balik penentuan prioritas itu terdapat sponsorsponsor dari kekuatan bisnis.
Program kerja dunia kesehatan haruslah didasarkan pada persoalan riil di masyarakat, bukan tarik-menarik politik atau pengaruh kekuatan bisnis. Cobalah lihat kembali masalah-masalah nyata yang kini menjadi makanan sehari-hari masyarakat dalam dunia kesehatan. Amati baik-baik jutaan rakyat miskin yang masih memerlukan tambahan gizi supaya keberlangsungan hidup anakanaknya lebih terjamin.
Cermati pula layanan rumah-rumah sakit pemerintah yang tidak menjadi pilihan utama bagi masyarakat untuk berobat. Lapis masyarakat yang sangat kaya, kini lebih senang memilih berobat ke luar negeri atau rumah-rumah sakit asing yang kini buka cabang di dalam negeri. Mereka yang kaya juga banyak memilih rumah sakit swasta untuk menjalani perawatan.
Warga yang miskin masih memilih rumah sakit pemerintah atau puskesmas karena bisa gratis, meski mereka belum tentu puas dengan pelayanannya. Kalaupun tidak memilih, berarti warga miskin yang bersangkutan memang ditolak masuk rumah sakit pemerintah atau karena rumah sakitnya penuh.
Mumpung masih cukup waktu untuk berbenah, coba susun kembali langkah-langkah prioritas untuk menyehatkan masyarakat bangsa ini secara keseluruhan. Kesampingkan dulu pembagian kondom gratis yang berpotensi menyuburkan perilaku asusila. Setelah tersusun baik sesuai kebutuhan masyarakat, program-program itu perlu dijelaskan kepada publik supaya kontrol sosial bisa berjalan.[]
___________ posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia