"HNW dan Ayahku"




Oleh Detti Febrina
@dettife
Bandar Lampung




twit memories "HNW dan Ayahku"

  1. #HNW - saya lebih suka mentakzimi beliau sbg 'Ustadz Dayat' - dan ayah saya tak saling mengenal. Ayah (alm.) bahkan boleh dibilang apolitis.

  2. Bergulir pada 1998, ayah pun ibu mengira saya semata aktif di kampus & organisasi kemahasiswaan. Tak sepatahpun pengakuan saya bantu2 parpol.

  3. Ayah saya jaksa. PNS tulen. Ketua semacam Panwaslu di era Orba. Gemuruh 1998 ditanggapinya sinis. Politik tetap tersimpan sbg benda busuk.

  4. Maka kepada ayah, saya bungkam tentang aktivitas sbg Sekretaris Deputi - kini Bidang - di baby PK :)

  5. 1999 tibalah saatnya deklarasi di kota kami. Liputan pers jadi tanggungjawab saya di kepanitiaan. Oya, saya masih kuliah kala itu.

  6. H-1 deklarasi. Persiapan tempat, dll. #HNW dipastikan sedia hadir esok.

  7. Bada magrib, mobil Ust. Ari (mantan Ketua DSW) disopiri oleh beliau sendiri siap ambil genset di rumah. Untuk jaga2 lampu GOR Saburai padam.

  8. Karena deklarasi partai, sy tak berani pinjam mobil ayah. Masih jarang ikhwah punya mobil. Ada satu ikhwan & seorang teman akhwat, menemani.

  9. Alih-alih mengizinkan genset dipinjam, ayah menahan saya pergi.

  10. Beliau katakan bahwa beliau tahu aktivitas saya di partai beberapa hari lalu justru dari Kepala SPK TVRI.

  11. Sbg anak perempuan bungsu, saya dan ayah punya hubungan khusus. Hampir semua hal saya ceritakan di sela baca koran atau memijiti kakinya.

  12. Malam itu, masih tersedu sedan, saya beserta Ust Ari & 2 kawan berangkat ke GOR. Ust Ari menasihati saya utk tetap lembut pada orangtua.

  13. Esoknya, deklarasi PK alhamdulillah tak terpengaruh mata bengep saya. Rupanya bukan Ust #HNW yang hadir.

  14. Tapi gemuruhnya tetap bertalu. Partai dakwah tegak jua di sini. Ketuanya disebut Presiden: Ust #HNW.

  15. Siapa nyana itu justru jadi titik balik bagi ayah saya. Diam2 ia membaca dan diam2 kekagumannya tumbuh, pada PK dan #HNW.

  16. "Kayaknya humble - rendah hati - ya Presiden kamu itu." Di kali lain disebutnya #HNW sebagai orang baik yang cerdas.

  17. Satu momen lagi tiba. Muswil, pemilihan Ketua DPW. Saya masih jaga gawang media center. Siapkan konpers, dll.

  18. Lagi, #HNW dikabarkan akan hadir. Berbeda dengan malam itu, pagi sebelum muswil ayah saya berpesan..

  19. "Titip salam ya buat Presiden kamu. Jangan ga disampein."

  20. Alhamdulillah #HNW hadir. Full team bahkan. Yg saya ingat ada Syaikh Rahmat Abdullah, Ust @salimsegaf dan lainnya.

  21. Usai konpers, dengan semangat 45 dan PDOD, amanat ayah benar2 saya sampaikan. Ke Ust #HNW

  22. Hehe.. *abaikan-ed :)*

  23. "Aslm, Ustadz Dayat. Ada amanah menyampaikan salam dari orangtua saya untuk Ust."

  24. "Jazakillah, ukhti. Afwan siapa ya orangtuanya?" Sesaat takjub dengan keramahan #HNW.

  25. "Hanya simpatisan yang tadinya antipati dengan partai, Ustadz."

  26. Memang dah bawaan orok mungkin ya, kalo urusan 'maju ngomong' saya sering jadi tumbal. Beginilah akibatnya.

  27. Siang itu beliau, #HNW mendoakan ayah saya, menyampaikan salam kembali utk ayah saya dan menyilakan untuk mampir ke Mampang (DPP).

  28. Mungkin itu hanya keramahan biasa #HNW. Tapi saya menangis dalam perjalanan pulang. Gembira, haru, tak sabar ingin cerita semua ke ayah.

  29. Dalam sisa perjalanan hidupnya - ayah meninggal 2 tahun pasca 1999 - menjadi kontributor, loyalis, apalah namanya, yg sgt luar biasa.

  30. Kampanye 1999 itu ia borong segala rupa atribut PK untuk dibagikan ke pegawai2 Kejari @BandarLampung serta sanak kerabat.

  31. Ini mungkin agak personal, tapi #HNWselalu mengingatkan saya pada almarhum ayah. Termasuk gemuruh #HNW saat ini.

  32. Mengaminkan doa seorang teman: Allahu muwaafiq pasca putusan #NURANI #HNW : an nashru wal fathu lid da'wah.. Allaahumma Aamiin.. #end


*HNW: Hidayat NurWahid



___________
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia
Baca juga :