Habis sudah harapan kita pada lembaga-lembaga internasional. PBB tak lagi punya sesuatu yang biasa dipakai untuk menye lesaikan masalah Palestina. Konsorsium negara-negara Barat dan Timur Tengah juga mandul. Palestina masih dibombardir, warga sipilnya dibunuhi militer Israel, dan ekonomi mereka diblokade.
Terakhir, serangan membabi buta militer Israel menerjang Gaza dan menewaskan 18 warga sipil. Tak ada alasan masuk akal yang disampaikan Israel atas serangan itu, kecuali hanya pamer kekuatan. Sebuah ironi kecanggihan militer dan kekayaan duit Israel melawan tangan kosong warga Palestina.
Peran negara dan lembaga-lembaga internasional yang selama ini mempromosikan harmonisasi dan perdamaian dunia tak berbekas di Palestina. Negara dan lembaga-lembaga internasional sudah mati. Amerika menyisakan omong kosong yang memuakkan, sementara Uni Eropa hanya penuh basa-basi, sedangkan negaranegara Arab hanya sibuk bertemu tanpa ada langkah konkret menyokong kemerdekaan Palestina.
Bahkan, negara-negara Arab dan negeri mayoritas Muslim seperti Indonesia hanya bisa diam terpaku menyaksikan roket-roket Israel menghantam Gaza, membunuh belasan orang di sana. Untunglah, kita masih memiliki ritual berdoa seraya memohon agar rakyat Palestina diberi kekuatan dan Zionis Israel dihempaskan dari bumi Palestina. Cuma itu yang kita punya?--selemah-lemahnya iman.
Ternyata tidak. Kita masih memiliki solidaritas sipil global mendukung kemerdekaan Palestina. Masyarakat sipil dari seluruh dunia bergerak, membela hak-hak Palestina, dalam satu aktivitas yang dinamakan Global March to Jerusalem (GMJ). Ketika negara dan institusi global sudah mati, satu-satunya kekuatan yang kita miliki adalah gerakan sipil. Dan, GMJ menjadi salah satu upaya untuk menggerakkan masyarakat internasional mendorong berdirinya negara Palestina.
Gerakan yang diikuti beragam kelompok agama dan aktivis kemanusiaan ini bergerak dari Pakistan, menuju Iran, menembus Turki dan Lebanon, dan akhirnya sampai di Yerusalem. Gerakan sipil telah menelorkan hasil gemilang di Tunisia, Mesir, Yaman, dan bahkan di belahan Eropa. Di saaat tak ada pemimpin yang kita percaya lagi, gerakan sipil menjadi insipirasi bagus untuk bergerak.
Memang, belum tentu rombongan barisan menuju Yerusalem ini bisa masuk kota suci tiga agama itu. Militer Israel sudah pasti akan memblokir jalan menuju Yerusalem, atau bahkan menyiapkan satu serangan brutal dan norak kepada para aktivis ini, seperti yang mereka lakukan terhadap aktivis Mavi Marmara.
Kita mendukung gerakan sipil ini demi membebaskan Palestina dari penjajahan Israel--sesuatu yang dipertahankan masyarakat global yang mengaku beradab. Sungguh menyesakkan melihat negara-negara dunia membiarkan perilaku biadab, jauh dari beradab, dan barbar Israel di Palestina. Kita hanya melongo dan termenung.
Kemerdekaan Palestina sudah harga mati. Kini kita berharap pada gerakan sipil untuk terus bergerak mendukung tujuan itu, mengembalikan hak asasi warga Palestina ke tempat yang layak.[]
Terakhir, serangan membabi buta militer Israel menerjang Gaza dan menewaskan 18 warga sipil. Tak ada alasan masuk akal yang disampaikan Israel atas serangan itu, kecuali hanya pamer kekuatan. Sebuah ironi kecanggihan militer dan kekayaan duit Israel melawan tangan kosong warga Palestina.
Peran negara dan lembaga-lembaga internasional yang selama ini mempromosikan harmonisasi dan perdamaian dunia tak berbekas di Palestina. Negara dan lembaga-lembaga internasional sudah mati. Amerika menyisakan omong kosong yang memuakkan, sementara Uni Eropa hanya penuh basa-basi, sedangkan negaranegara Arab hanya sibuk bertemu tanpa ada langkah konkret menyokong kemerdekaan Palestina.
Bahkan, negara-negara Arab dan negeri mayoritas Muslim seperti Indonesia hanya bisa diam terpaku menyaksikan roket-roket Israel menghantam Gaza, membunuh belasan orang di sana. Untunglah, kita masih memiliki ritual berdoa seraya memohon agar rakyat Palestina diberi kekuatan dan Zionis Israel dihempaskan dari bumi Palestina. Cuma itu yang kita punya?--selemah-lemahnya iman.
Ternyata tidak. Kita masih memiliki solidaritas sipil global mendukung kemerdekaan Palestina. Masyarakat sipil dari seluruh dunia bergerak, membela hak-hak Palestina, dalam satu aktivitas yang dinamakan Global March to Jerusalem (GMJ). Ketika negara dan institusi global sudah mati, satu-satunya kekuatan yang kita miliki adalah gerakan sipil. Dan, GMJ menjadi salah satu upaya untuk menggerakkan masyarakat internasional mendorong berdirinya negara Palestina.
Gerakan yang diikuti beragam kelompok agama dan aktivis kemanusiaan ini bergerak dari Pakistan, menuju Iran, menembus Turki dan Lebanon, dan akhirnya sampai di Yerusalem. Gerakan sipil telah menelorkan hasil gemilang di Tunisia, Mesir, Yaman, dan bahkan di belahan Eropa. Di saaat tak ada pemimpin yang kita percaya lagi, gerakan sipil menjadi insipirasi bagus untuk bergerak.
Memang, belum tentu rombongan barisan menuju Yerusalem ini bisa masuk kota suci tiga agama itu. Militer Israel sudah pasti akan memblokir jalan menuju Yerusalem, atau bahkan menyiapkan satu serangan brutal dan norak kepada para aktivis ini, seperti yang mereka lakukan terhadap aktivis Mavi Marmara.
Kita mendukung gerakan sipil ini demi membebaskan Palestina dari penjajahan Israel--sesuatu yang dipertahankan masyarakat global yang mengaku beradab. Sungguh menyesakkan melihat negara-negara dunia membiarkan perilaku biadab, jauh dari beradab, dan barbar Israel di Palestina. Kita hanya melongo dan termenung.
Kemerdekaan Palestina sudah harga mati. Kini kita berharap pada gerakan sipil untuk terus bergerak mendukung tujuan itu, mengembalikan hak asasi warga Palestina ke tempat yang layak.[]
* REPUBLIKA (Tajuk, 14/3/12)
___________
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia