Habib Abu Mahfudl
Tak perlu mencari lebih detail soal alasan serangan Israel ke Gaza. Sebab serangan itu dilakukan setelah Netanyahu melakukan kunjungan ke Amerika. Dengan serangan ini Israel ingin menunjukkan dirinya masih layak menjadi kekuatan tak tertandingi dan masih eksis di muka bumi. Itu terjadi pada saat Gaza masih terblokade selama sejak lima tahun terakhir. Hingga saat ini kita tidak pernah dengar lagi pemerintah Amerika menyuarakan ajakan klasiknya “berfikirlah logis dan tahan diri”.
Bahan bakar, listrik dan kekurangan obat-obatan menjadi krisis segitiga riil bagi warga Gaza. Penderitaan semakin bertamba sebab blokade makin keras. Sebentar saja anda melakukan kunjungan lapangan ke Jalur Gaza, Anda akan menyimpulkan bahwa penduduk di sana masih hidup dalam blokade yang mencekik. Anda akan menemukan kehidupan normal yang “cacat” sebab makanan dan kebutuhan pokok tidak terpenuhi secara layak, krisis kesehatan, pendidikan. Kondisi itu bertentangan secara terang-terangan dengan piagam dan kesepakatan dan HAM internasional. Namun sorotan media terhadap penderitaan penduduk Gaza masih dibawah dari tingkat sebelunya. Sebab perhatian media tersedot oleh situasi di kawasan timur tengah yang tengah panas oleh revolusi.
Apa rahasia di balik serangan Israel ke Gaza? Perlu diingat bahwa militer Israel dengan disetujui oleh pemerintah penjajah, sejak tahun 2006 telah memutuskan untuk menggunakan “strategi wilayah pinggiran” terhadap Jalur Gaza. Seperti halnya Israel menggunakan Selatan Libanon sebagai strategi wilayah pinggiran. Karenanya, Israel ingin menghancurkan infrastruktur di Jalur Gaza dan wilayah Libanon selatan yang dikuasai oleh Hizbullah. Seperti kata komandan wilayah utara militer Israel Ghadi Esncot, “Semua warga Palestina di Jalur Gaza adalah Khalid Misyal. Kami tidak membedakan antara sipil dan kelompok ‘perusak’”.
Israel berusaha agar Jalur Gaza tetap dan selalu dalam kondisi tegang dan krisis dengan membidik elit kelompok perlawanan di sana. Namun di level militer, pentargetan Mossad terhadap Sekjen Komite Perlawanan Rakyat Asy-Syahid Zuhair Al-Qaisi bukanlah capaian militer. Sebab penjajah Israel memiliki bidikan jelas di wilayah kecil dan terbuka seperti Jalur Gaza. Informasi lengkap soal buron yang mereka ingin habisi.
Buktinya, sistem pertahanan “iron dome” gagal menangkis serangan roket perlawanan dari Jalur Gaza ke kota Asdod dan Berseba, dan dekat Tel Aviv. Sistem pertahanan “iron dome” kubah baja ini menelan biaya sebesar 250 juta dolar US, menurut perkiraan minimal. Sementara satu roket perlawanan diperkirakan membutuhkan biaya 100.000 dolar US. “Orang sudah tenggalam di air tak akan takut basah” demikian pepatah mengatakan. Perlawanan Palestina siap tempur dan bertahan dan serta membayar lebih banyak pengorbanan dalam perang panjangnya melawan Israel.
Sementara itu, penduduk penjajah Israel di kota dan pemukiman yahudi di dekat Jalur Gaza tidak akan bisa bertahan dalam jangka panjang atau jangka pendek untuk hidup di pengungsian di bawah tanah. Mereka tidak akan tahan mendengar suara roket jatuh di rumah mereka atau mendengar korban tewas. Artinya, bertahan selama satu jam bagi Israel akan menelan biaya besar dari sisi militer, politik dan sosial.
Padahal dalam pertemuran beberapa saat lalu, Brigade Izzuddin Al-Qassam belum mempergunakan kekuatannya. Inilah yang membuat musuh Israel sangat bingung soal kapan harus mengakhiri “lawatan berdarahnya” ke Jalur Gaza. Salah satu target utama Israel menyerang Gaza adalah mengendus persenjataan kelompok perlawanan Palestina. Bahkan Israel ingin tahu senjata baru apa yang dimiliki sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Hamas pasca pertempuran Al-Furqan (des 2008-jan2009).
Sia-sia jika militer Israel mencari wibawanya yang hilang di Gaza pasca pertempuran dua tahun lalu. Israel yang meminta gencatan senjata dan memilih menarik diri dari Gaza pada waktu itu dengan korban tewas dan luka di kalangan militer penjajah Israel. Sementara warga Palestina tetap tegar. Kemenangan adalah kemenangan “darah” atas “pedang”. (http://www.infopalestina.com)
___________
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia