Perang Ahzab (bag. 3)
Syuro adalah Prinsip, Bukan Taktik, Apalagi Sekedar Tebar Pesona…
Riyadh, Rabiul Awal 1433H
-----
- Perang Ahzab (bag.1) : Kedengkian, Permusuhan dan Konspirasi
- Perang Ahzab (bag.2) : Al-Kufru Millatun Waahidah
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia
Syuro adalah Prinsip, Bukan Taktik, Apalagi Sekedar Tebar Pesona…
Oleh: H. Abdullah Haidir, Lc
Ketua MPW PKS Arab Saudi
Jika ada pemimpin yang paling mungkin memaksakan kehendaknya terhadap para pengikutnya tanpa menghiraukan pendapat mereka, maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah orang yang paling tepat untuk itu. Allah telah memerintahkan kaum mukminin untuk mencintai dan taat kepadanya. Dan kenyataannya, demikianlah adanya. Ketaatan dan kecintaan itu benar-benar tampak dalam diri para shahabat tanpa paksaan sedikitpun.
Artinya, apapun keputusan yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ambil, kemungkinan untuk ditaati sangat besar. Namun itu semua tidak menghalangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam untuk melakukan syuro dalam menghadapi peristiwa-peristiwa besar. Syuro yang hakiki untuk mencari solusi yang paling tepat dari siapapun dia berasal. Bukan sekedar untuk konsumsi publik dan pencitraan, namun di dalamnya penuh rekayasa dan keangkuhan. Karenanya, dalam beberapa syuro, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menerima keputusan yang tidak dipilihnya, seperti pada perang Uhud. Bahkan dalam perang Ahzab, usulan yang diterima berasal dari 'warga non pribumi'; Salman Al-Farisi, shahabat yang berasal dari Persia…….. berikut 'episodenya';
Kala kaum musyrikin merencanakan dan mempersiapkan pasukan sekutu untuk menyerang Madinah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendapatkan informasi tentang rencana mereka. Ada riwayat yang mengatakan bahwa beliau mendapatkan wahyu tentang hal tersebut. Adapula yang mengatakan bahwa beliau mendapatkan informasi dari kaum muslimin yang masih berada di Mekah dan diam-diam mengabarkan berita tersebut.
Tanpa membuang waktu, Rasulullah shallallahu segera mengumpulkan para shahabat utama untuk menggelar syuro. Bahaya besar mengancam, tantangan berat membayang, sementara waktu yang tersedia tidak cukup luang.
Dalam syuro tersebut, seperti biasa, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menghimpun masukan-masukan dari para shahabatnya, tentang strategi apa yang mereka hadapi menghadapi serbuan musuh dalam jumlah besar seperti itu. Pertama para shahabat menyepakati bahwa mereka akan bertahan di Madinah, tidak menjemput musuh seperti dalam perang Uhud atau Badar. Berikutnya mereka membicarakan dengan intensif tentang strategi paling efektif untuk menghalau pasukan sekutu yang berjumlah banyak. Hingga akhrinya seorang sahabat yang berasal dari negeri Persia berkata, "Wahai Rasulullah… dahulu kami di Persia, jika menghadapi pasukan yang berjumlah banyak, maka kami menggali parit ….."
Menggali parit….? Sebuah strategi perang yang sama sekali tidak dikenal sebelumnya oleh masyarakat Arab kala itu, baik oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ataupun oleh pasukan musuh. Namun demikian, hal tersebut tidak membuatnya ragu untuk menerima ide baru dan brilliant setelah disadari efektifitasnya dalam kondisi demikian. Apalagi dalam waktu yang sangat sempit, keputusan yang tepat harus segera diambil. Maka disepakatilah keputusan penggalian parit sebagai bentuk strategi pertahanan menghalau gelombang pasukan musuh yang sangat besar.
Parit yang digali tidak mengelilingi seluruh kota Madinah. Karena secara geografis, kota Madinah di kelilingi oleh gunung yang dengan sendirinya menjadi semacam benteng pertahanan. Yang terbuka lebar dan menjadi arah masuk setiap serangan adalah dari utara yang mengarah ke Jabal Uhud. Maka lokasi parit yang dibangun adalah di antara dua bukit yang mengapit kota Madinah dari arah timur dan barat (lihat peta). Diperkirakan bahwa panjang parit yang akan digali kurang lebih 5km, lebarnya, lebarnya 4,6m, sedangkan dalamnya: 3,2m.
Pekerjaan berat yang harus diselesaikan dalam waktu sesingkat mungkin sebelum pasukan Ahzab tiba di Madinah. Bukan hanya membutuhkan kekuatan fisik, tapi juga keimanan, kebersamaan, kedisiplinan dan kesungguhan….. (bersambung)
Pelajaran:
- Pentingnya mendapatkan informasi secepat mungkin. Dalam hal ini operasi intelejen merupakan keharusan dalam perjuangan Islam.
- Syuro adalah prinsip, dan keputusannya bersifat mengikat setelah disepakati.
- Syuro yang sehat dan terbuka akan melahirkan ide-ide cerdas .
- Langkah taktis dan cepat namun efektif sangat dibutuhkan, khususnya dalam kondisi mendesak.
- Memberikan apresiasi terhadap hal-hal baru selama mendatangkan kebaikan.
Artinya, apapun keputusan yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ambil, kemungkinan untuk ditaati sangat besar. Namun itu semua tidak menghalangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam untuk melakukan syuro dalam menghadapi peristiwa-peristiwa besar. Syuro yang hakiki untuk mencari solusi yang paling tepat dari siapapun dia berasal. Bukan sekedar untuk konsumsi publik dan pencitraan, namun di dalamnya penuh rekayasa dan keangkuhan. Karenanya, dalam beberapa syuro, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menerima keputusan yang tidak dipilihnya, seperti pada perang Uhud. Bahkan dalam perang Ahzab, usulan yang diterima berasal dari 'warga non pribumi'; Salman Al-Farisi, shahabat yang berasal dari Persia…….. berikut 'episodenya';
Kala kaum musyrikin merencanakan dan mempersiapkan pasukan sekutu untuk menyerang Madinah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendapatkan informasi tentang rencana mereka. Ada riwayat yang mengatakan bahwa beliau mendapatkan wahyu tentang hal tersebut. Adapula yang mengatakan bahwa beliau mendapatkan informasi dari kaum muslimin yang masih berada di Mekah dan diam-diam mengabarkan berita tersebut.
Tanpa membuang waktu, Rasulullah shallallahu segera mengumpulkan para shahabat utama untuk menggelar syuro. Bahaya besar mengancam, tantangan berat membayang, sementara waktu yang tersedia tidak cukup luang.
Dalam syuro tersebut, seperti biasa, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menghimpun masukan-masukan dari para shahabatnya, tentang strategi apa yang mereka hadapi menghadapi serbuan musuh dalam jumlah besar seperti itu. Pertama para shahabat menyepakati bahwa mereka akan bertahan di Madinah, tidak menjemput musuh seperti dalam perang Uhud atau Badar. Berikutnya mereka membicarakan dengan intensif tentang strategi paling efektif untuk menghalau pasukan sekutu yang berjumlah banyak. Hingga akhrinya seorang sahabat yang berasal dari negeri Persia berkata, "Wahai Rasulullah… dahulu kami di Persia, jika menghadapi pasukan yang berjumlah banyak, maka kami menggali parit ….."
Menggali parit….? Sebuah strategi perang yang sama sekali tidak dikenal sebelumnya oleh masyarakat Arab kala itu, baik oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ataupun oleh pasukan musuh. Namun demikian, hal tersebut tidak membuatnya ragu untuk menerima ide baru dan brilliant setelah disadari efektifitasnya dalam kondisi demikian. Apalagi dalam waktu yang sangat sempit, keputusan yang tepat harus segera diambil. Maka disepakatilah keputusan penggalian parit sebagai bentuk strategi pertahanan menghalau gelombang pasukan musuh yang sangat besar.
Parit yang digali tidak mengelilingi seluruh kota Madinah. Karena secara geografis, kota Madinah di kelilingi oleh gunung yang dengan sendirinya menjadi semacam benteng pertahanan. Yang terbuka lebar dan menjadi arah masuk setiap serangan adalah dari utara yang mengarah ke Jabal Uhud. Maka lokasi parit yang dibangun adalah di antara dua bukit yang mengapit kota Madinah dari arah timur dan barat (lihat peta). Diperkirakan bahwa panjang parit yang akan digali kurang lebih 5km, lebarnya, lebarnya 4,6m, sedangkan dalamnya: 3,2m.
Pekerjaan berat yang harus diselesaikan dalam waktu sesingkat mungkin sebelum pasukan Ahzab tiba di Madinah. Bukan hanya membutuhkan kekuatan fisik, tapi juga keimanan, kebersamaan, kedisiplinan dan kesungguhan….. (bersambung)
Pelajaran:
- Pentingnya mendapatkan informasi secepat mungkin. Dalam hal ini operasi intelejen merupakan keharusan dalam perjuangan Islam.
- Syuro adalah prinsip, dan keputusannya bersifat mengikat setelah disepakati.
- Syuro yang sehat dan terbuka akan melahirkan ide-ide cerdas .
- Langkah taktis dan cepat namun efektif sangat dibutuhkan, khususnya dalam kondisi mendesak.
- Memberikan apresiasi terhadap hal-hal baru selama mendatangkan kebaikan.
Riyadh, Rabiul Awal 1433H
-----
- Perang Ahzab (bag.1) : Kedengkian, Permusuhan dan Konspirasi
- Perang Ahzab (bag.2) : Al-Kufru Millatun Waahidah
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia