Tajuk REPUBLIKA edisi Kamis (16/02/12)
Mungkin publik akan merasa muak, marah, jengkel, dan kesal menyaksikan drama yang dipertontonkan elite politik saat ini, khususnya Partai Demokrat. Bagaimana tidak, tersangka dugaan kasus suap Wisma Atlet SEA Games, Angelina Sondakh, yang sebelumnya berada di Komisi VII DPR, Selasa (14/2) yang bersangkutan dipindahkan ke Komisi III yang membidangi masalah hukum. Ibaratnya, belum kering pakaian yang basah karena hujan, Angie--sapaan akrab Putri Indonesia-itu kembali diusulkan ke Komisi VIII yang membidangi agama.
Ada apa dengan Demokrat dan Angie? Ketidaktegasan yang sangat nyata diperlihatkan partai pemenang pemilu itu untuk menutupi aib sekaligus melindungi kader-kader Demokrat yang terjerat kasus hukum. Apakah karena pernyataan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad yang menolak hadir pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) DPR bila tersangka kasus korupsi itu ada di Komisi III? Entahlah, hanya elite Demokrat yang tahu itu. Tapi, menyaksikan sandiwara yang tak lucu itu, masyarakat akan semakin tidak percaya pada elite parpol, terutama partai pemenang pemilu itu.
Di satu sisi, soal pindah memindahkan adalah hal yang lumrah dan wajar-wajar saja. Apalagi, bila menyangkut kompetensi masing-masing kader. Bila tak mampu berada di bidang tersebut, tentu sebaiknya dipindah. Namun, yang terasa jangkal dan lucu, belum sempat duduk di kursi, yang bersangkutan sudah harus dipindahkan.
Sandiwara politik berikutnya dalam kasus Angie ini adalah ketidaktegasan sikap Demokrat dalam menindak kadernya yang tersandung masalah hukum. Muhammad Nazaruddin, mantan bendahara umum Partai Demokrat, yang jadi tersangka dalam kasus serupa, justru dipecat dan diberhentikan keanggotaannya di DPR. Pertanyaannya, mengapa Angie justru dipertahankan?
Belum selesai, sandiwara kembali diperlihatkan mantan Putri Indonesia 2001 itu. Di persidangan Nazaruddin pada Rabu (15/2), Angie yang hadir sebagai saksi dalam kasus Wisma Atlet SEA Games menyampaikan sejumlah pernyataan yang bertolak belakang dengan keterangan tersangka lainnya, seperti Mindo Rosalina Manulang dan Yulianis. Terang-terangan Angie membantah semua keterangan tersangka yang termuat dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Dia mengaku baru menggunakan Blackberry pada Oktober 2010. Dan, selama ini dia menggunakan handphone merek Nokia saat berkomunikasi dengan Rosa maupun lainnya. Sangat tampak upaya Angie untuk menyelamatkan oknum-oknum di belakang dia.
Pernyataan Angie yang berbelit-belit dan pandai menyembunyikan kebenaran, orang mungkin akan menyamakannya dengan Pinokio yang memiliki hidung panjang. Semakin sering Pinokio berbohong maka akan semakin panjang hidungnya.
Menyaksikan sandiwara yang tak lucu yang diperankan Angie dan para politikus partai pemenang pemilu itu, sungguh sangat memuakkan sekaligus memalukan. Demi kekuasaan, segalanya dipertaruhkan. Demi menyelamatkan satu pihak, yang lain menjadi korban.
Tapi, pepatah mengatakan, sepandai-pandainya tupai melompat maka suatu saat akan jatuh juga. Sepandai apa pun Angie menutupi borok elite partai, suatu saat pasti akan berbau juga. Busuknya pasti akan ke manamana. Karena itu, kita mengharapkan, Angie jujur dan hakim benarbenar jeli mengungkap kasus ini. Termasuk oknum-oknum yang memiliki peran besar di belakangnya. Namun, bila Angie tidak terbukti bersalah dan pernyataan yang diungkapkannya di persidangan kemarin adalah kebenaran maka para tersangka yang berbohong dalam kasus Wisma Atlet harus dihukum seberat-beratnya.[]
Ada apa dengan Demokrat dan Angie? Ketidaktegasan yang sangat nyata diperlihatkan partai pemenang pemilu itu untuk menutupi aib sekaligus melindungi kader-kader Demokrat yang terjerat kasus hukum. Apakah karena pernyataan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad yang menolak hadir pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) DPR bila tersangka kasus korupsi itu ada di Komisi III? Entahlah, hanya elite Demokrat yang tahu itu. Tapi, menyaksikan sandiwara yang tak lucu itu, masyarakat akan semakin tidak percaya pada elite parpol, terutama partai pemenang pemilu itu.
Di satu sisi, soal pindah memindahkan adalah hal yang lumrah dan wajar-wajar saja. Apalagi, bila menyangkut kompetensi masing-masing kader. Bila tak mampu berada di bidang tersebut, tentu sebaiknya dipindah. Namun, yang terasa jangkal dan lucu, belum sempat duduk di kursi, yang bersangkutan sudah harus dipindahkan.
Sandiwara politik berikutnya dalam kasus Angie ini adalah ketidaktegasan sikap Demokrat dalam menindak kadernya yang tersandung masalah hukum. Muhammad Nazaruddin, mantan bendahara umum Partai Demokrat, yang jadi tersangka dalam kasus serupa, justru dipecat dan diberhentikan keanggotaannya di DPR. Pertanyaannya, mengapa Angie justru dipertahankan?
Belum selesai, sandiwara kembali diperlihatkan mantan Putri Indonesia 2001 itu. Di persidangan Nazaruddin pada Rabu (15/2), Angie yang hadir sebagai saksi dalam kasus Wisma Atlet SEA Games menyampaikan sejumlah pernyataan yang bertolak belakang dengan keterangan tersangka lainnya, seperti Mindo Rosalina Manulang dan Yulianis. Terang-terangan Angie membantah semua keterangan tersangka yang termuat dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Dia mengaku baru menggunakan Blackberry pada Oktober 2010. Dan, selama ini dia menggunakan handphone merek Nokia saat berkomunikasi dengan Rosa maupun lainnya. Sangat tampak upaya Angie untuk menyelamatkan oknum-oknum di belakang dia.
Pernyataan Angie yang berbelit-belit dan pandai menyembunyikan kebenaran, orang mungkin akan menyamakannya dengan Pinokio yang memiliki hidung panjang. Semakin sering Pinokio berbohong maka akan semakin panjang hidungnya.
Menyaksikan sandiwara yang tak lucu yang diperankan Angie dan para politikus partai pemenang pemilu itu, sungguh sangat memuakkan sekaligus memalukan. Demi kekuasaan, segalanya dipertaruhkan. Demi menyelamatkan satu pihak, yang lain menjadi korban.
Tapi, pepatah mengatakan, sepandai-pandainya tupai melompat maka suatu saat akan jatuh juga. Sepandai apa pun Angie menutupi borok elite partai, suatu saat pasti akan berbau juga. Busuknya pasti akan ke manamana. Karena itu, kita mengharapkan, Angie jujur dan hakim benarbenar jeli mengungkap kasus ini. Termasuk oknum-oknum yang memiliki peran besar di belakangnya. Namun, bila Angie tidak terbukti bersalah dan pernyataan yang diungkapkannya di persidangan kemarin adalah kebenaran maka para tersangka yang berbohong dalam kasus Wisma Atlet harus dihukum seberat-beratnya.[]
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia