Apakah hal-hal seperti itu terjadi juga di hampir semua negara? ataukah cuma terjadi di negara- negara yang pemimpinya seperti itu? Betapa kaget saya membaca berita tentang tanya jawab antara Presiden dengan wartawan yang bertugas di kompleks istana.
Bukan karena jawaban dari SBY yang begitu waaahhhh menggelarkan seluruh negeri. Bukan juga karena pertanyaan wartawan ada yang menggelitik. Tetapi lebih pada proses wawancaranya itu lho yag bikin kaget dan menggelitik seakan tak percaya saya dibuatnya.
Apa yang terlintas di benak Anda jika anak-anak sekolah yang hendak ujian semester, sehari sebelumnya sudah dikasih tahu pertanyaan apa saja yang akan keluar saat ujian? Dan yang memberitahu bukanlah penjaga sekolah, atau ibu kantin atau bahkan pedagang di pinggir jalan menuju sekolah. Tapi dari guru mata pelajaran yang bersangkutan yang memberitahukan *ini lho anak-anak pertanyaan yang besok keluar, dari nomer satu sampai 16. silahkan anak-anak cari jawabanya dan hapalkan yah..*.
GuBrAaaaAAAk!!!!! itu bahasanya anak sekarang. heheheehe. Tetapi itulah yang terjadi di balik wawancara eksklusip Presiden dengan wartawan istana dengan 16 pertanyaan. Ternyata eh ternyata sebelum sesi tanya jawab, beberapa hari sebelumnya sejumlah wartawan tersebut sudah dimintai daftar pertanyaan. HelLoOh?? Capek DeEhH…
Jadi, tidaklah mengherankan jika semua pertanyaan wartawan terjawab dengan lancar dan seksama dan dalam citra yang sebaik-baiknya. Sehingga, kejadian itupun mengundang komentar salah satu psikolog politik yag mengatakan bahwa metode wawancara seperti itu “mirip” dengan yang dulu dilakukan oleh Presiden Soeharto ketika tanya jawab dengan sejumlah petani.
Sesuai dengan judul saya diatas, berarti selama ini ketika UN berlangsung banyak sekolah yang membantu siswanya “menyontek” adalah tidak salah ya? bukankah katanya “pemimpin cerminan yang dipimpin”? Lha wong pemimpinya aja nyontek, masa rakyatnya gak boleh nyontek sih? hehehe..
Akhir kata “Marilah Menyontek Berjamaah”.
Bukan karena jawaban dari SBY yang begitu waaahhhh menggelarkan seluruh negeri. Bukan juga karena pertanyaan wartawan ada yang menggelitik. Tetapi lebih pada proses wawancaranya itu lho yag bikin kaget dan menggelitik seakan tak percaya saya dibuatnya.
Apa yang terlintas di benak Anda jika anak-anak sekolah yang hendak ujian semester, sehari sebelumnya sudah dikasih tahu pertanyaan apa saja yang akan keluar saat ujian? Dan yang memberitahu bukanlah penjaga sekolah, atau ibu kantin atau bahkan pedagang di pinggir jalan menuju sekolah. Tapi dari guru mata pelajaran yang bersangkutan yang memberitahukan *ini lho anak-anak pertanyaan yang besok keluar, dari nomer satu sampai 16. silahkan anak-anak cari jawabanya dan hapalkan yah..*.
GuBrAaaaAAAk!!!!! itu bahasanya anak sekarang. heheheehe. Tetapi itulah yang terjadi di balik wawancara eksklusip Presiden dengan wartawan istana dengan 16 pertanyaan. Ternyata eh ternyata sebelum sesi tanya jawab, beberapa hari sebelumnya sejumlah wartawan tersebut sudah dimintai daftar pertanyaan. HelLoOh?? Capek DeEhH…
Jadi, tidaklah mengherankan jika semua pertanyaan wartawan terjawab dengan lancar dan seksama dan dalam citra yang sebaik-baiknya. Sehingga, kejadian itupun mengundang komentar salah satu psikolog politik yag mengatakan bahwa metode wawancara seperti itu “mirip” dengan yang dulu dilakukan oleh Presiden Soeharto ketika tanya jawab dengan sejumlah petani.
Sesuai dengan judul saya diatas, berarti selama ini ketika UN berlangsung banyak sekolah yang membantu siswanya “menyontek” adalah tidak salah ya? bukankah katanya “pemimpin cerminan yang dipimpin”? Lha wong pemimpinya aja nyontek, masa rakyatnya gak boleh nyontek sih? hehehe..
Akhir kata “Marilah Menyontek Berjamaah”.
Salam
by: Ipanx Baim
http://politik.kompasiana.com/2012/02/15/pemimpin-cerminan-yang-dipimpin/
_________
Wartawan Diminta Serahkan Daftar Pertanyaan untuk SBY
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengadakan tanya jawab dengan para wartawan yang sehari-hari meliput di kompleks Istana Kepresidenan RI. Tanya jawab yang berlangsung sekitar 90 menit itu terdiri dari 16 pertanyaan dan dijawab langsung oleh Presiden di Istana Negara Jakarta, Senin (13/2/2012), malam.
Tanya jawab antara wartawan dengan Presiden ini terlaksana setelah pekan lalu rencananya akan diselenggarakan namun ditunda hingga akhirnya berlangsung semalam, menjelang perayaan Hari Valentine 14 Februari 2012. Namun, sebelum tanya jawab berlangsung jauh-jauh hari staf Presiden meminta para wartawan menyiapkan daftar materi pertanyaan apa saja yang akan ditanyakan kepada Presiden.
Para wartawan pun berlomba-lomba mendaftarkan pertanyaan yang akan diajukan. Awalnya cara staf Presiden, melalui jasa seorang wartawan, meminta lebih dahulu daftar pertanyaan kepada wartawan di Istana sempat memicu polemik di kalangan wartawan. Akan ada kesan pertanyaan yang akan diajukan kepada Presiden hendak diatur-atur.
Sebab tentu bukan jawaban surprise dan spontanitas yang akan keluar dari Presiden jika pertanyaannya dibocorkan lebih dahulu. Seorang wartawan media nasional, sempat menganggap aneh metode tanya jawab wartawan dengan Presiden.
Akhirnya, para wartawan pun mengalah dan bersedia mendaftarkan pertanyaan kepada staf Presiden untuk selanjutnya disiapkan jawabannya untuk dijawab langsung oleh Presiden.
Dalam tanya jawab semalam, Presiden pun dengan tangkas menjawab semua pertanyaan wartawan apalagi Presiden sudah tahu semua yang akan ditanyakan para wartawan.
Psikolog Politik, Hamdi Muluk, dalam sebuah dialog di televisi swasta nasional semalam menyebut tanya jawab antara Presiden dengan wartawan mirip dengan cara tanya jawab yang dilakukan Presiden Soeharto dengan para petani pada zaman Orde Baru.[]
Tanya jawab antara wartawan dengan Presiden ini terlaksana setelah pekan lalu rencananya akan diselenggarakan namun ditunda hingga akhirnya berlangsung semalam, menjelang perayaan Hari Valentine 14 Februari 2012. Namun, sebelum tanya jawab berlangsung jauh-jauh hari staf Presiden meminta para wartawan menyiapkan daftar materi pertanyaan apa saja yang akan ditanyakan kepada Presiden.
Para wartawan pun berlomba-lomba mendaftarkan pertanyaan yang akan diajukan. Awalnya cara staf Presiden, melalui jasa seorang wartawan, meminta lebih dahulu daftar pertanyaan kepada wartawan di Istana sempat memicu polemik di kalangan wartawan. Akan ada kesan pertanyaan yang akan diajukan kepada Presiden hendak diatur-atur.
Sebab tentu bukan jawaban surprise dan spontanitas yang akan keluar dari Presiden jika pertanyaannya dibocorkan lebih dahulu. Seorang wartawan media nasional, sempat menganggap aneh metode tanya jawab wartawan dengan Presiden.
Akhirnya, para wartawan pun mengalah dan bersedia mendaftarkan pertanyaan kepada staf Presiden untuk selanjutnya disiapkan jawabannya untuk dijawab langsung oleh Presiden.
Dalam tanya jawab semalam, Presiden pun dengan tangkas menjawab semua pertanyaan wartawan apalagi Presiden sudah tahu semua yang akan ditanyakan para wartawan.
Psikolog Politik, Hamdi Muluk, dalam sebuah dialog di televisi swasta nasional semalam menyebut tanya jawab antara Presiden dengan wartawan mirip dengan cara tanya jawab yang dilakukan Presiden Soeharto dengan para petani pada zaman Orde Baru.[]
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia