Oleh Prie GS
Seorang perempuan yang tegak berdiri di trotoar untuk menghalau pengendara motor ini adalah pihak yang menagih janji: bahwa pembangunan, telah terlalu lama mengorbankan hak-hak pejalan kaki. Tragedi di Tugu Tani adalah penyempurna betapa jalan kaki adalah kegiatan yang amat berbahaya di Negeri ini.
Tetapi dua insiden di atas hanyalah ujung simpul dari sebuah ruwet tali-temali. Tali ruwet itu bernama kedaulatan publik. Publik yang tidak sedang didaulat, hak-haknya akan mudah mengalami penistaan semacam ini. Tetapi di sisi lain, publik yang sedang berdaulat, bisa sangat berdaulat. Begitu kuat ‘’kedaulatan’’ itu sehinga saat berdemo bisa membolokade jalan tol hingga berjam-jam. Bisa membakar begitu saja sebuah kantor bupati.
Gejala apa ini? Adakah ini gambaran negara yang alpa atau masyarakat yang beringas. Tetapi bagaimana kalau yang terjadi malah realitas berikutnya; sudah negaranya alpa, masyaraknya beringas pula. Jika realitas terakhir inilah yang terjadi, sebuah negara akan meluncur menjadi negara gagal. Dan ini tidak boleh terjadi. Orang sering menyebut keadaan ini sebagai lingkaran setan. Dan ketika setan sudah melingkar, seolah-olah ia adalah keadaan yang tak mungkin diperbaiki lagi.
Di situlah memang jebakannya. Padahal jebakan itu tidak perlu menjebak seluruhnya. Ketika Anda hendak memutus lingkaran, karenanya cukup bertolak dari sifat lingkaran yang tanpa pangkal tanpa ujung itu. Jadi langsung pangkas saja. Karena bagian yang kena pangkas itu, bisa bernama ujung, bisa bernama pangkal. Jadi untuk memutus lingkaran setan itu sederhana karena bisa dimulai dari mana saja. Yang penting dimulai! Kalaupun semua orang korupsi misalnya, tak perlu takut, yang penting Anda tidak. Begitulah cara kerja mengantisipasi lingkaran setan. Apakah ini sulit?
Memang tidak mudah, tetapi bukan berarti sulit. Tetapi kalaupun dianggap sulit, lalu apa yang menakutkan dari sebuah kesulitan? Tak ada yang mengherankan dari sebuah kesulitan. Sejak lahir manusia sudah di hadapkan oleh berbagai macam kesulitan. Kesulitan itu ternyata pada akhirnya tidak menyulitkan. Sebaliknya, ia bertugas memudahkan.Ternyata lewat aneka kesulitan itulah manusia bertumbuh dan berkembang. Jadi kepada setiap kesulitan, yang dibutuhkan hanya keberanian untuk merampungkan.
Begitu pula logika menghadapi setan. Meskipun mereka telah melingkar sekalipun, manusia cukup diminta berkata tidak dan kembali pada perintah Tuhan. Cukup hanya dengan itu. Apakah ini berarti mudah? Tentu, tidak. Tetapi sekali lagi, kalaupun ia sulit, apa yang menakutkan dari sebuah kesulitan? Sekali lagi: kesulitan hanya membutuhkan keberanian untuk merampungkan. (Prie GS)
Gejala apa ini? Adakah ini gambaran negara yang alpa atau masyarakat yang beringas. Tetapi bagaimana kalau yang terjadi malah realitas berikutnya; sudah negaranya alpa, masyaraknya beringas pula. Jika realitas terakhir inilah yang terjadi, sebuah negara akan meluncur menjadi negara gagal. Dan ini tidak boleh terjadi. Orang sering menyebut keadaan ini sebagai lingkaran setan. Dan ketika setan sudah melingkar, seolah-olah ia adalah keadaan yang tak mungkin diperbaiki lagi.
Pandangan semacam itu keliru. Lingkaran setan itu tak sekuat yang kita duga. Dan setan itu juga tak setangguh yang kita duga. Karena inilah logikanya: lingkaran setan itu membingungkan karena tak jelas ujung pangkalnya. Masalah yang kusut menjadi sulit terurai karena bingung harus dimulai dari mana. Ini wajar. Karena bagaimana tidak membingungkan ketika penegak hukum malah melanggar hukum, misalmya. Bagaimana tidak membuat frustrasi jika pemberantas korupsi malah korupsi.
Di situlah memang jebakannya. Padahal jebakan itu tidak perlu menjebak seluruhnya. Ketika Anda hendak memutus lingkaran, karenanya cukup bertolak dari sifat lingkaran yang tanpa pangkal tanpa ujung itu. Jadi langsung pangkas saja. Karena bagian yang kena pangkas itu, bisa bernama ujung, bisa bernama pangkal. Jadi untuk memutus lingkaran setan itu sederhana karena bisa dimulai dari mana saja. Yang penting dimulai! Kalaupun semua orang korupsi misalnya, tak perlu takut, yang penting Anda tidak. Begitulah cara kerja mengantisipasi lingkaran setan. Apakah ini sulit?
Memang tidak mudah, tetapi bukan berarti sulit. Tetapi kalaupun dianggap sulit, lalu apa yang menakutkan dari sebuah kesulitan? Tak ada yang mengherankan dari sebuah kesulitan. Sejak lahir manusia sudah di hadapkan oleh berbagai macam kesulitan. Kesulitan itu ternyata pada akhirnya tidak menyulitkan. Sebaliknya, ia bertugas memudahkan.Ternyata lewat aneka kesulitan itulah manusia bertumbuh dan berkembang. Jadi kepada setiap kesulitan, yang dibutuhkan hanya keberanian untuk merampungkan.
Begitu pula logika menghadapi setan. Meskipun mereka telah melingkar sekalipun, manusia cukup diminta berkata tidak dan kembali pada perintah Tuhan. Cukup hanya dengan itu. Apakah ini berarti mudah? Tentu, tidak. Tetapi sekali lagi, kalaupun ia sulit, apa yang menakutkan dari sebuah kesulitan? Sekali lagi: kesulitan hanya membutuhkan keberanian untuk merampungkan. (Prie GS)
*)http://www.priegs.com/
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia