Oleh: H. Abdullah Haidir, Lc
Ketua MPW PKS Arab Saudi
Kedengkian, Permusuhan dan Konspirasi……
Benarlah jika Allah Ta'ala mengingatkan kita untuk berlindung kepada-Nya dari kedengkian para pendengki (QS. Al-Falaq: 4). Karena penyakit hati tersebut akan mendorong seseorang berbuat apa saja untuk melampiaskan kedengkiannya, walau akhirnya berujung pada kehinaan dan kehancurannya.
Inilah yang melatar belakangi perang Ahzab. Kedengkian kaum Yahudi, berawal dengan diutusnya Rasulullah saw yang berasal dari bangsa Arab, bukan dari Bani Israil yang mereka harapkan. Kedengkian tersebut kian bertambah-tambah setelah Rasulullah saw hijrah ke Madinah dan mendapatkan sambutan hangat penduduk Madinah sebagai seorang Rasul dan pemimpin mereka. Kedengkian inilah yang tidak mampu membendung permusuhan mereka terhadap Rasulullah saw dan kaum muslimin, walaupun beliau saw sudah berupaya membuat perjanjian dengan mereka agar tercipta kehidupan sosial yang kondusif dengan asas saling tolong menolong, bertetangga dan saling menghormati serta tidak mengganggu dan menyakiti.
Kemenangan kaum muslimin dalam perang Badar yang semakin memperkokoh posisi mereka di Madinah, berlanjut dengan pengusiran kaum Yahudi Bani Qainuqa setelahnya, akibat mereka melanggar perjanjian yang disepakati, kemudian pengusiran Yahudi Bani Nadhir setelah perang Uhud, juga akibat tindakan mereka yang mengabaikan isi perjanjian antara kaum muslimin dan kaum Yahudi, seharusnya menyadarkan mereka untuk berpikir seribu kali mengobarkan permusuhan terhadap Rasulullah saw dan kaum muslimin. Namun begitulah kenyataannya, dengki dan dendam menutup semua pintu perenungan, berganti permusuhan yang hendak dilampiaskan.
Adalah Huyay bin Akhthab, pemimpin Bani Nadhir yang terusir dari Madinah dan kemudian tinggal di Khaibar, kurang lebih 150 km dari Madinah, bersama komunitas Yahudi Khaibar yang sudah lebih dahulu tinggal di sana, berupaya terus menghasut orang-orang Yahudi untuk terus memusuhi Rasulullah saw dan kaum muslimin. Untuk itu dia menikahkan puterinya, Shafiah (yang berikutnya, setelah perang Bani Quraidzah, dinikahi Rasulullah saw) dengan tokoh Yahudi Khaibar, Kinanah bin Rabi.
Setelah berpikir keras tentang rencana yang dapat mereka lakukan untuk meruntuhkan kekuatan Rasulullah saw dan para shahabatnya, mereka berkesimpulan bahwa kaum muslimin Madinah tidak dapat dilawan sendiri. Harus ada kekuatan bersama yang melibatkan semua pihak dan menyerang pada waktu bersamaan. Hal ini mau tidak mau menuntut adanya upaya negoisasi untuk membujuk kekuatan-kekuatan yang memusuhi kaum muslimin untuk dapat bergerak secara bersamaan dalam melumpuhkan kekuatan mereka. Terutama terhadap kaum kafir Quraisy di Mekah, musuh utama kaum muslimin kala itu.
Realisasi dari kesimpulan tersebut adalah terbentuknya sebuah tim lobi Yahudi tingkat tinggi yang bertujuan mendatangi 'pejabat-pejabat' suku Quraisy dan suku-suku lainnya yang masih memusuhi kaum muslimin untuk melakukan sebuah serangan besar-besaran dan serentak ke Madinah.
Dari sinilah konspirasi itu dimulai…………………………………… (Bersambung)
Pelajaran:
- Dengki itu berbahaya bagi diri sendiri maupun orang lain. Hati-hati dengan hati yang dengki, baik pada diri sendiri, maupun pada orang lain.
- Konspirasi musuh itu pasti ada, walau tidak tampak di permukaan. Hanya saja jangan jadikan konspirasi ini sebagai alasan ketidaberdayaan, apalagi kabur dari perjuangan.
- Yahudi, sepanjang sejarahnya, memang dikenal piawai dalam melakukan lobi. Mereka sering bekerja dalam 'diam'.
Riyadh, Rabiul Awal 1433
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia
Inilah yang melatar belakangi perang Ahzab. Kedengkian kaum Yahudi, berawal dengan diutusnya Rasulullah saw yang berasal dari bangsa Arab, bukan dari Bani Israil yang mereka harapkan. Kedengkian tersebut kian bertambah-tambah setelah Rasulullah saw hijrah ke Madinah dan mendapatkan sambutan hangat penduduk Madinah sebagai seorang Rasul dan pemimpin mereka. Kedengkian inilah yang tidak mampu membendung permusuhan mereka terhadap Rasulullah saw dan kaum muslimin, walaupun beliau saw sudah berupaya membuat perjanjian dengan mereka agar tercipta kehidupan sosial yang kondusif dengan asas saling tolong menolong, bertetangga dan saling menghormati serta tidak mengganggu dan menyakiti.
Kemenangan kaum muslimin dalam perang Badar yang semakin memperkokoh posisi mereka di Madinah, berlanjut dengan pengusiran kaum Yahudi Bani Qainuqa setelahnya, akibat mereka melanggar perjanjian yang disepakati, kemudian pengusiran Yahudi Bani Nadhir setelah perang Uhud, juga akibat tindakan mereka yang mengabaikan isi perjanjian antara kaum muslimin dan kaum Yahudi, seharusnya menyadarkan mereka untuk berpikir seribu kali mengobarkan permusuhan terhadap Rasulullah saw dan kaum muslimin. Namun begitulah kenyataannya, dengki dan dendam menutup semua pintu perenungan, berganti permusuhan yang hendak dilampiaskan.
Adalah Huyay bin Akhthab, pemimpin Bani Nadhir yang terusir dari Madinah dan kemudian tinggal di Khaibar, kurang lebih 150 km dari Madinah, bersama komunitas Yahudi Khaibar yang sudah lebih dahulu tinggal di sana, berupaya terus menghasut orang-orang Yahudi untuk terus memusuhi Rasulullah saw dan kaum muslimin. Untuk itu dia menikahkan puterinya, Shafiah (yang berikutnya, setelah perang Bani Quraidzah, dinikahi Rasulullah saw) dengan tokoh Yahudi Khaibar, Kinanah bin Rabi.
Setelah berpikir keras tentang rencana yang dapat mereka lakukan untuk meruntuhkan kekuatan Rasulullah saw dan para shahabatnya, mereka berkesimpulan bahwa kaum muslimin Madinah tidak dapat dilawan sendiri. Harus ada kekuatan bersama yang melibatkan semua pihak dan menyerang pada waktu bersamaan. Hal ini mau tidak mau menuntut adanya upaya negoisasi untuk membujuk kekuatan-kekuatan yang memusuhi kaum muslimin untuk dapat bergerak secara bersamaan dalam melumpuhkan kekuatan mereka. Terutama terhadap kaum kafir Quraisy di Mekah, musuh utama kaum muslimin kala itu.
Realisasi dari kesimpulan tersebut adalah terbentuknya sebuah tim lobi Yahudi tingkat tinggi yang bertujuan mendatangi 'pejabat-pejabat' suku Quraisy dan suku-suku lainnya yang masih memusuhi kaum muslimin untuk melakukan sebuah serangan besar-besaran dan serentak ke Madinah.
Dari sinilah konspirasi itu dimulai…………………………………… (Bersambung)
Pelajaran:
- Dengki itu berbahaya bagi diri sendiri maupun orang lain. Hati-hati dengan hati yang dengki, baik pada diri sendiri, maupun pada orang lain.
- Konspirasi musuh itu pasti ada, walau tidak tampak di permukaan. Hanya saja jangan jadikan konspirasi ini sebagai alasan ketidaberdayaan, apalagi kabur dari perjuangan.
- Yahudi, sepanjang sejarahnya, memang dikenal piawai dalam melakukan lobi. Mereka sering bekerja dalam 'diam'.
Riyadh, Rabiul Awal 1433
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia