Tidak banyak politikus Barat yang mendukung penuh kemerdekaan Palestina. George Galloway adalah satu dari sedikit politikus itu. Pria berusia 57 tahun ini pernah menjadi anggota parlemen Inggris pada 1987-2010. Galloway mendirikan organisasi Viva Palestina. Organisasi ini pada 2011 lalu melakukan konvoi dengan 120 kendaraan membawa bantuan ke Jalur Gaza.
Galloway mengampanyekan kemerde- kaan Palestina dengan melakukan lawatan ke sejumlah negara, salah satunya Indonesia pada 23 Januari-3 Februari 2012. Pada Kamis (26/1), dia bertandang ke kantor Harian Republika. Galloway berharap, Indonesia bisa lebih berperan dalam mendukung kemerdekaan Palestina secara kolektif.
Berikut petikan wawancara Republika dengan Galloway:
Apa latar belakang Anda menyuarakan kemerdekaan Palestina?
Saya merasa bahwa ini adalah kewajiban saya sebagai umat beragama untuk berjuang menghapus penjajahan dan penindasan di atas dunia dan perasaan bersalah saya sebagai warga dari negara yang menyebabkan ini semua (Inggris yang mengawali dan memfasilitasi Yahudi eksodus ke Palestina-ed).
Ada sekitar 12 juta penduduk Palestina, sebagian besar tinggal di luar negeri. Dari yang tinggal di luar negeri ini, sebagian yang tidak beruntung tinggal di pengungsian, sedangkan tanah ini adalah tanah nenek moyang mereka.
Tanggapan Anda mengenai isu Palestina yang disempitkan jadi persoalan umat Islam?
Palestina bukan hanya isu agama, tapi memang juga isu agama. Bukan hanya isu Muslim. Juga bukan hanya isu Kristen. Ini menyangkut semua elemen, baik isu hak asasi manusia (HAM), isu imperialisme dan kolonialisme. Palestina juga merupakan isu kolonial atau penjajahan yang sampai seka rang belum mati. Kita butuh kerja sama. Kondisi Palestina saat ini, rata-rata rakyatnya tidak tinggal di tanahnya sendiri. Rakyat Palestina tidak bisa sekolah, miskin, dan pengangguran.
Menurut Anda, akankah Arab Spring membawa peng aruh positif bagi Palestina?
Arab Spring yang terjadi di negara-negara Arab membawa dampak yang cukup bagus untuk Palestina meskipun mungkin tak dapat secara langsung membawa kemerdekaan Palestina. Mesir, misalnya, selama ini bertolak belakang dengan Palestina, kemungkinan sekarang menjadi mediator perdamaian. Setelah pemilu Mesir yang dimenangkan Ikhwanul Muslimin, Mesir berkewajiban mendamaikan.
Perubahan rezim di Mesir mempunyai implikasi yang sangat besar terhadap Palestina, salah satunya, Mesir tidak akan menutup kembali pintu Gaza. Mejanya sudah berbalik sekarang. Negara-negara yang tadinya merupakan sekutu Israel, sekarang menjadi musuh mereka. Sekarang negara-negara Arab adalah aliansi kita untuk menjadikan Palestina menjadi negara yang merdeka.
Sekarang waktunya orang-orang Palestina untuk kembali ke negara mereka. Begitu pula negara seperti Turki di bawah pemerintahan yang baru, memang sudah mulai membaik hubungan dengan Palestina. Namun, siapa pun itu dan dari mana asal negara mereka, baik Islam, Kristen, kapital, ekstremis, dan lain-lain harus bergandengan jika memang peduli terhadap Palestina.
Bagaimana kinerja organisasi HAM dunia untuk Palestina?
Baik Human Right Watching, Islamic Human Right Watching, ataupun amnesti internasional memang sudah ada caranya masing-masing untuk menyuarakan kebebasan HAM. Sulit untuk mengkritisinya. Namun, saya kira sangat sedikit yang benar-benar paham dalam bertindak. Seperti, misalnya, ketika anak Palestina menikah, mereka harus pergi karena kartu ID mereka diambil oleh Israel. Israel membuat permukiman ilegal, padahal permukiman itu adalah tanah rakyat Palestina.
Palestina memang sudah diakui kenegaraannya oleh badan UNESCO, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun demikian, keanggotaan Palestina di PBB memang tidak terlalu diharapkan membawa Palestina ke arah kemerdekaan. Namun, harus tetap kita dukung karena semakin banyak desakan tentu semakin baik dan masalah tersebut akan dianggap serius.
Saya mengecam pemisahan di tanah Palestina dan tidak percaya akan perundingan two state solution yang saat ini masih mandek. Perundingan itu hanya menguntungkan pihak Israel dan tidak layak dilanjutkan.
Solusi untuk Palestina tak lain adalah negara demokrasi yang sama di mata hukum, seperti yang terjadi di Afrika Selatan. Netanyahu adalah pembohong besar.
Pandangan Anda mengenai boikot Israel?
Saya kira boikot terhadap Israel akan membawa pengaruh terhadap kemerdekaan Palestina. Apalagi, boikot yang dilakukan adalah boikot secara besar-besaran.
Apa itu Viva Palestina?
Viva Palestina adalah sebuah organisasi yang didirikan untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Diantara agenda-agenda gerakan ini pada 31 Maret 2011 konvoi dengan truk menuju Palestina. Pembukaan kelas tentang Palestina pada semester musim panas di American University, Beirut. Kebanyakan dari Muslim di dunia tidak berpartisipasi dan bekerja sama secara internasional untuk membangun Palestina. Ini waktu yang baik untuk saya datang ke Indonesia, dengan Muslim yang banyak. Saya berharap, Indonesia lebih perhatian lagi terhadap masalah Palestina.
Memang, tidak dapat dimungkiri Indonesia merupakan salah satu negara yang paling memperhatikan Palestina, tetapi perjuangan Indonesia biasanya dilakukan sendiri. Salah satu tujuan kedatangan saya adalah mengajak Indonesia ikut bergabung dengan Viva Palestina. Bergabunglah dengan Viva Palestina sebagai keluarga besar dan tentunya dengan desakan internasional, perlahan Palestina dapat merdeka.
Anda punya pengalaman apa saja selama menjalankan aktivitas ini?
Saya merupakan anggota parlemen di Inggris dari 1987 sampai 2010 dan sebelumnya anggota parlemen dari Partai Buruh. Saya adalah orang yang menentang Perang Irak. Saya juga aktif menyuarakan kemerdekaan Palestina dengan mendirikan Viva Palestina.
Saya sempat diusir Mesir oleh pemerintahan Husni Mubarak. Saya juga sempat diculik dari Gaza oleh aparat Mesir, lalu dibawa secara paksa ke bandara dengan tangan terborgol. Sekarang, saya tidak menyadari waktu telah berlalu dengan cepat dan Husni Mubarak telah lengser. Teman saya, yang dahulu memimpin revolusi di Mesir bisa saja nanti menjadi presiden Mesir.
*)REPUBLIKA (27/1/12)
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia
Galloway mengampanyekan kemerde- kaan Palestina dengan melakukan lawatan ke sejumlah negara, salah satunya Indonesia pada 23 Januari-3 Februari 2012. Pada Kamis (26/1), dia bertandang ke kantor Harian Republika. Galloway berharap, Indonesia bisa lebih berperan dalam mendukung kemerdekaan Palestina secara kolektif.
Berikut petikan wawancara Republika dengan Galloway:
Apa latar belakang Anda menyuarakan kemerdekaan Palestina?
Saya merasa bahwa ini adalah kewajiban saya sebagai umat beragama untuk berjuang menghapus penjajahan dan penindasan di atas dunia dan perasaan bersalah saya sebagai warga dari negara yang menyebabkan ini semua (Inggris yang mengawali dan memfasilitasi Yahudi eksodus ke Palestina-ed).
Ada sekitar 12 juta penduduk Palestina, sebagian besar tinggal di luar negeri. Dari yang tinggal di luar negeri ini, sebagian yang tidak beruntung tinggal di pengungsian, sedangkan tanah ini adalah tanah nenek moyang mereka.
Tanggapan Anda mengenai isu Palestina yang disempitkan jadi persoalan umat Islam?
Palestina bukan hanya isu agama, tapi memang juga isu agama. Bukan hanya isu Muslim. Juga bukan hanya isu Kristen. Ini menyangkut semua elemen, baik isu hak asasi manusia (HAM), isu imperialisme dan kolonialisme. Palestina juga merupakan isu kolonial atau penjajahan yang sampai seka rang belum mati. Kita butuh kerja sama. Kondisi Palestina saat ini, rata-rata rakyatnya tidak tinggal di tanahnya sendiri. Rakyat Palestina tidak bisa sekolah, miskin, dan pengangguran.
Menurut Anda, akankah Arab Spring membawa peng aruh positif bagi Palestina?
Arab Spring yang terjadi di negara-negara Arab membawa dampak yang cukup bagus untuk Palestina meskipun mungkin tak dapat secara langsung membawa kemerdekaan Palestina. Mesir, misalnya, selama ini bertolak belakang dengan Palestina, kemungkinan sekarang menjadi mediator perdamaian. Setelah pemilu Mesir yang dimenangkan Ikhwanul Muslimin, Mesir berkewajiban mendamaikan.
Perubahan rezim di Mesir mempunyai implikasi yang sangat besar terhadap Palestina, salah satunya, Mesir tidak akan menutup kembali pintu Gaza. Mejanya sudah berbalik sekarang. Negara-negara yang tadinya merupakan sekutu Israel, sekarang menjadi musuh mereka. Sekarang negara-negara Arab adalah aliansi kita untuk menjadikan Palestina menjadi negara yang merdeka.
Sekarang waktunya orang-orang Palestina untuk kembali ke negara mereka. Begitu pula negara seperti Turki di bawah pemerintahan yang baru, memang sudah mulai membaik hubungan dengan Palestina. Namun, siapa pun itu dan dari mana asal negara mereka, baik Islam, Kristen, kapital, ekstremis, dan lain-lain harus bergandengan jika memang peduli terhadap Palestina.
Bagaimana kinerja organisasi HAM dunia untuk Palestina?
Baik Human Right Watching, Islamic Human Right Watching, ataupun amnesti internasional memang sudah ada caranya masing-masing untuk menyuarakan kebebasan HAM. Sulit untuk mengkritisinya. Namun, saya kira sangat sedikit yang benar-benar paham dalam bertindak. Seperti, misalnya, ketika anak Palestina menikah, mereka harus pergi karena kartu ID mereka diambil oleh Israel. Israel membuat permukiman ilegal, padahal permukiman itu adalah tanah rakyat Palestina.
Palestina memang sudah diakui kenegaraannya oleh badan UNESCO, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun demikian, keanggotaan Palestina di PBB memang tidak terlalu diharapkan membawa Palestina ke arah kemerdekaan. Namun, harus tetap kita dukung karena semakin banyak desakan tentu semakin baik dan masalah tersebut akan dianggap serius.
Saya mengecam pemisahan di tanah Palestina dan tidak percaya akan perundingan two state solution yang saat ini masih mandek. Perundingan itu hanya menguntungkan pihak Israel dan tidak layak dilanjutkan.
Solusi untuk Palestina tak lain adalah negara demokrasi yang sama di mata hukum, seperti yang terjadi di Afrika Selatan. Netanyahu adalah pembohong besar.
Pandangan Anda mengenai boikot Israel?
Saya kira boikot terhadap Israel akan membawa pengaruh terhadap kemerdekaan Palestina. Apalagi, boikot yang dilakukan adalah boikot secara besar-besaran.
Apa itu Viva Palestina?
Viva Palestina adalah sebuah organisasi yang didirikan untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Diantara agenda-agenda gerakan ini pada 31 Maret 2011 konvoi dengan truk menuju Palestina. Pembukaan kelas tentang Palestina pada semester musim panas di American University, Beirut. Kebanyakan dari Muslim di dunia tidak berpartisipasi dan bekerja sama secara internasional untuk membangun Palestina. Ini waktu yang baik untuk saya datang ke Indonesia, dengan Muslim yang banyak. Saya berharap, Indonesia lebih perhatian lagi terhadap masalah Palestina.
Memang, tidak dapat dimungkiri Indonesia merupakan salah satu negara yang paling memperhatikan Palestina, tetapi perjuangan Indonesia biasanya dilakukan sendiri. Salah satu tujuan kedatangan saya adalah mengajak Indonesia ikut bergabung dengan Viva Palestina. Bergabunglah dengan Viva Palestina sebagai keluarga besar dan tentunya dengan desakan internasional, perlahan Palestina dapat merdeka.
Anda punya pengalaman apa saja selama menjalankan aktivitas ini?
Saya merupakan anggota parlemen di Inggris dari 1987 sampai 2010 dan sebelumnya anggota parlemen dari Partai Buruh. Saya adalah orang yang menentang Perang Irak. Saya juga aktif menyuarakan kemerdekaan Palestina dengan mendirikan Viva Palestina.
Saya sempat diusir Mesir oleh pemerintahan Husni Mubarak. Saya juga sempat diculik dari Gaza oleh aparat Mesir, lalu dibawa secara paksa ke bandara dengan tangan terborgol. Sekarang, saya tidak menyadari waktu telah berlalu dengan cepat dan Husni Mubarak telah lengser. Teman saya, yang dahulu memimpin revolusi di Mesir bisa saja nanti menjadi presiden Mesir.
*)REPUBLIKA (27/1/12)
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Kejayaan Indonesia