Bilal Hasan*
Media massa Amerika dan barat belakangan memuat berbagai artikel dan informasi soal krisis ekonomi besar yang mengancam Amerika kemudian Eropa kemudian negara-negara dunia seluruhnya, termasuk negara-negara Arab. Krisis ini mengingatkan kita tentang krisis ekonomi yang menerpa dunia tahun 1929.
Sebagian kolumnis dan pengamat lainnya bicara tentang ekonomi kapitalisme secara keseluruhan. Mereka mengatakan, sistem ekonomi kapitalisme adalah sistem rapuh dan lemah. Ini pendapat ekonom penting yang memiliki bobot di dunia internasional. Piere Carlo Padawan, wakil Sekjen Organisasi Kerjasama Pertumbuhan ekonomi mengatakan, “Krisis ekonomi saat ini sangat tajam, berbahaya dan sangat serius. Pusat krisis ini dari Amerika bisa berpindah ke Eropa.”
Setelah itu ia berbicara soal sistem ekonomi barat secara umum, “Kami menghadapi sistem ekonomi barat yang terbukti rapuh dalam menghadapi krisis.” Ia meminta agar sistem ekonomi Eropa diperbaruhi.
Di tengah krisis ini, muncul pembicaraan soal krisis utang. Alan Croker, penasehat ekonomi presiden Amerika menegaskan bahwa krisis utang dan perbankan di Eropa masih menjadi ancaman terbesar bagi pemulihan ekonomi Amerika. Apalagi Amerika mengeksport 20% produknya ke Eropa. Karenanya, Croker menganjurkan Eropa untuk mengambil langkah cepat guna menerapkan “rencana penyelamatan krisis utang”. Sebab krisis ini akan mengancam Amerika masuk dalam krisis stagnasi yang akan berdampak negatif bagi elektabilitas Obama dalam pemilu presiden kedua di negaranya.
Krisis ini merembet dari Amerika ke Eropa. Yunani mengalami penyusutan ekonomi dan mengancam terjadi krisis keuangan. Juga berimbas kepada Italia dan Spanyol yang harus membayar utangnya dan bunganya yang sangat besar.
Mengomentari hal itu, sejumlah sumber perbankkan menegaskan bahwa Badan Pengawas Perbankan di Eropa mengumumkan bahwa bank-bank Eropa membutuhkan 144 milyar dolar untuk mengembalikan kepercayaan terhadap sistem perbankkannya.
Para pengamat sepakat bahwa penyebab utama krisis ekonomi yang menimpa Amerika Serikat yang berimbas kepada negara lain karena anggaran belanja tinggi yang ditanggung negara Adidaya ini akibat penjajahan Irak dan Afganistan. Di Irak saja anggaran Amerika membengkak hingga 700 milyar dolar.
Menghadapi anggaran mahal ini, Amerika segera saat itu menaikkan harga minyak mentah hingga menembus angka 150 USD. Bahkan berimbas langsung kepada sektor ekonomi lain yakni sektor properti tahun 2008 akibat ketidakmampuan kelompok berpenghasilan terbatas untuk membayar cicilan hutang kepada mereka. Disusul setelah itu keberanian bank-bank dan perusahaan besar untuk memangkas tenaga pekerja. Demikianlah serangkaian kemunduran di dalam berbagai sektor ekonomi.
Krisis merembet dari Amerika ke Eropa hingga mengenai Inggris, dan negara-negara Eropa Timur, terutama Rusia yang segera mengucurkan dana penyelamatan ekonominya sekitar 300 milyar USD.
Sebagian kolumnis dan pengamat lainnya bicara tentang ekonomi kapitalisme secara keseluruhan. Mereka mengatakan, sistem ekonomi kapitalisme adalah sistem rapuh dan lemah. Ini pendapat ekonom penting yang memiliki bobot di dunia internasional. Piere Carlo Padawan, wakil Sekjen Organisasi Kerjasama Pertumbuhan ekonomi mengatakan, “Krisis ekonomi saat ini sangat tajam, berbahaya dan sangat serius. Pusat krisis ini dari Amerika bisa berpindah ke Eropa.”
Setelah itu ia berbicara soal sistem ekonomi barat secara umum, “Kami menghadapi sistem ekonomi barat yang terbukti rapuh dalam menghadapi krisis.” Ia meminta agar sistem ekonomi Eropa diperbaruhi.
Di tengah krisis ini, muncul pembicaraan soal krisis utang. Alan Croker, penasehat ekonomi presiden Amerika menegaskan bahwa krisis utang dan perbankan di Eropa masih menjadi ancaman terbesar bagi pemulihan ekonomi Amerika. Apalagi Amerika mengeksport 20% produknya ke Eropa. Karenanya, Croker menganjurkan Eropa untuk mengambil langkah cepat guna menerapkan “rencana penyelamatan krisis utang”. Sebab krisis ini akan mengancam Amerika masuk dalam krisis stagnasi yang akan berdampak negatif bagi elektabilitas Obama dalam pemilu presiden kedua di negaranya.
Krisis ini merembet dari Amerika ke Eropa. Yunani mengalami penyusutan ekonomi dan mengancam terjadi krisis keuangan. Juga berimbas kepada Italia dan Spanyol yang harus membayar utangnya dan bunganya yang sangat besar.
Mengomentari hal itu, sejumlah sumber perbankkan menegaskan bahwa Badan Pengawas Perbankan di Eropa mengumumkan bahwa bank-bank Eropa membutuhkan 144 milyar dolar untuk mengembalikan kepercayaan terhadap sistem perbankkannya.
Para pengamat sepakat bahwa penyebab utama krisis ekonomi yang menimpa Amerika Serikat yang berimbas kepada negara lain karena anggaran belanja tinggi yang ditanggung negara Adidaya ini akibat penjajahan Irak dan Afganistan. Di Irak saja anggaran Amerika membengkak hingga 700 milyar dolar.
Menghadapi anggaran mahal ini, Amerika segera saat itu menaikkan harga minyak mentah hingga menembus angka 150 USD. Bahkan berimbas langsung kepada sektor ekonomi lain yakni sektor properti tahun 2008 akibat ketidakmampuan kelompok berpenghasilan terbatas untuk membayar cicilan hutang kepada mereka. Disusul setelah itu keberanian bank-bank dan perusahaan besar untuk memangkas tenaga pekerja. Demikianlah serangkaian kemunduran di dalam berbagai sektor ekonomi.
Krisis merembet dari Amerika ke Eropa hingga mengenai Inggris, dan negara-negara Eropa Timur, terutama Rusia yang segera mengucurkan dana penyelamatan ekonominya sekitar 300 milyar USD.
Tidak mungkin membicarakan krisis ekonomi dunia tanpa membicarakan situasi di dunia Arab dan kekayaan mereka serta sebagian celaan terhadap apa yang terjadi di dalam ekonomi dunia. Sejak 2008, terbit laporan Amerika yang bicara soal badan dana Arab seperti Badan Dana Generation dan sovereign wealth funds (SWF), badan kekayaan kedaulatan. (SWF merupakan suatu fund yang dimiliki oleh suatu negara yang terdiri atas aset-aset seperti saham, obligasi, properti, dan aset keuangan lainnya. Dana yang dikelola SWF sepenuhnya adalah milik negara). Laporan ini dibuat oleh Ricardh Haas, mantan pejabat perencana di kementerian luar negeri Amerika. Haas menfokuskan laporannya pada sumber kekayaan cadangan devisa yang dimiliki oleh negara-negara teluk. Ia mengungkapkan kekhawatirannya jika fund-fund itu menguasai sistem keuangan Amerika. Ada laporan kedua yang dibuat oleh Daniel Wirzner yang dimuat dalam Majalah Amerika tahun 2008 dengan judul “Kedaulatan Datang”. Ia menfokuskan bahwa era kekuasaan badan-badan keuangan devisa Arab sudah tiba akibat menggelembungkan dana devisa Arab (yang dimiliki oleh pemerintah). Ini analisis yang berisi ajakan tersembunyi untuk mengambil alih dana di fund-fund tersebut dengan cara apapun atau menggagalkannya untuk mempengaruhi situasi pasar dunia.
Adalah Henry Kissinger juga pernah searah dengan wacana ini yang pernah dia tulis dalam Majalah internasional Herarld Tribun edisi 19 September 2008. Ia memperingatkan akumulasi milyaran minyak mentah di teluk dan di fund-fund kekayaan negara teluk. Ia mengajak barat untuk bekerja mengurangi kemampuan organisasi OPEC sehingga tidak berubah pengaruh ekonomi ke pada pengaruh politik. Di sinilah Ksingger mengajak agar Amerika menggunakan strategi politik untuk menghadapi fund-fund Arab dalam hal kekayaan minyak.
Politik barat selalu berusaha menguasai kekayaan strategi Arab. Bukan hanya itu, mereka berusaha melakukan langkah lanjutan menguasai akumulasi keuntungan negara-negara Arab yang ingin digunakan untuk mengembangkan ekonomi mereka. Pengembangan investasi inilah yang tidak diinginkan oleh sosok seperti Ksingger yang bukan lagi kasus individual namun menjadi semacam aliran yang memiliki penganut di pusat-pusat penentu kebijakan di negara-negara Eropa.
Karenanya, negara-negara Arab harus memiliki perhatian dalam mengendalikan dana mereka. Mereka harus mencari jalan lain untuk investasi di dalam negeri mereka yang bisa mengembangkan dan menaikkan posisi ekonomi mereka. Contoh hal itu adalah proyek pembangunan rel kereta api di Arab Saudi.
Bukan hanya itu, perlu perencanaan dan kerjasama dengan negara-negara Arab lainnya. Misalnya membangun jaringan transportasi yang menghubungkan antara negara-negara Arab, baik jalur laut, udara atau darat.
Tahun 1980, di saat muncul teori perundingan damai ala Cam David, muncul pula studi Amerika Eropa yang fokus mengembangkan jaringan transportasi di kawasan Arab. Bukan hanya antar tetangga namun seluruh kawasan timur tengah termasuk Israel. Namun studi itu menginginkan agar pusat transportasi itu di Israel. Meski proyek dari studi ini tidak berhasil namun terungkap bahwa bahwa proyek barat selalu tidak ingin mengembangkan kawasan Arab bahkan hanya ingin memperkuat posisi Israel melalui pembangunan jaringan Israel dengan ibukota-ibukota Arab.
Jaringan transportasi antar Arab ini sangat penting dan strategi untuk kepentingan semua pihak dalam menghadapi musuh dan pihak yang tamak. Sehingga hubungan antar Arab menjadi titik tolak dalam berfikir dan merencanakan. Untuk selanjutnya, itu untuk menghadapi gagasan hubungan Arab – Israel dari barat. (bsyr)
*)Asy-Syarq Ausath
*)http://www.infopalestina.com/ms/
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Indonesia
Adalah Henry Kissinger juga pernah searah dengan wacana ini yang pernah dia tulis dalam Majalah internasional Herarld Tribun edisi 19 September 2008. Ia memperingatkan akumulasi milyaran minyak mentah di teluk dan di fund-fund kekayaan negara teluk. Ia mengajak barat untuk bekerja mengurangi kemampuan organisasi OPEC sehingga tidak berubah pengaruh ekonomi ke pada pengaruh politik. Di sinilah Ksingger mengajak agar Amerika menggunakan strategi politik untuk menghadapi fund-fund Arab dalam hal kekayaan minyak.
Politik barat selalu berusaha menguasai kekayaan strategi Arab. Bukan hanya itu, mereka berusaha melakukan langkah lanjutan menguasai akumulasi keuntungan negara-negara Arab yang ingin digunakan untuk mengembangkan ekonomi mereka. Pengembangan investasi inilah yang tidak diinginkan oleh sosok seperti Ksingger yang bukan lagi kasus individual namun menjadi semacam aliran yang memiliki penganut di pusat-pusat penentu kebijakan di negara-negara Eropa.
Karenanya, negara-negara Arab harus memiliki perhatian dalam mengendalikan dana mereka. Mereka harus mencari jalan lain untuk investasi di dalam negeri mereka yang bisa mengembangkan dan menaikkan posisi ekonomi mereka. Contoh hal itu adalah proyek pembangunan rel kereta api di Arab Saudi.
Bukan hanya itu, perlu perencanaan dan kerjasama dengan negara-negara Arab lainnya. Misalnya membangun jaringan transportasi yang menghubungkan antara negara-negara Arab, baik jalur laut, udara atau darat.
Tahun 1980, di saat muncul teori perundingan damai ala Cam David, muncul pula studi Amerika Eropa yang fokus mengembangkan jaringan transportasi di kawasan Arab. Bukan hanya antar tetangga namun seluruh kawasan timur tengah termasuk Israel. Namun studi itu menginginkan agar pusat transportasi itu di Israel. Meski proyek dari studi ini tidak berhasil namun terungkap bahwa bahwa proyek barat selalu tidak ingin mengembangkan kawasan Arab bahkan hanya ingin memperkuat posisi Israel melalui pembangunan jaringan Israel dengan ibukota-ibukota Arab.
Jaringan transportasi antar Arab ini sangat penting dan strategi untuk kepentingan semua pihak dalam menghadapi musuh dan pihak yang tamak. Sehingga hubungan antar Arab menjadi titik tolak dalam berfikir dan merencanakan. Untuk selanjutnya, itu untuk menghadapi gagasan hubungan Arab – Israel dari barat. (bsyr)
*)Asy-Syarq Ausath
*)http://www.infopalestina.com/ms/
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Indonesia