Pengumuman tercapainya kesepakatan antara Israel dan Hamas melalui mediator Mesir dan Jerman untuk pembebasan serdadu Israel, Gilad Shalit, cukup mengejutkan. PM Israel Benjamin Netanyahu melalui siaran televisi mengumumkan sendiri tercapainya kesepakatan itu, Selasa (11/10). Netanyahu saat itu mengungkapkan telah menyelesaikan negosiasi yang berat dengan Hamas untuk pembebasan Gilad Shalit dan dia akan pulang dalam beberapa hari mendatang.
Kesepakatan itu dicapai lima hari sebelumnya dan ditandatangani secara resmi oleh Israel dan Palestina pada hari kesepakatan itu diumumkan. Dalam kesepakatan itu disebutkan, Shalit ditukar dengan 1.027 tahanan Palestina. Netanyahu mendapat dukungan politik cukup kuat atas transaksi pertukaran tawanan itu. Dalam pemungutan suara di kabinet Israel, 26 anggota kabinet mendukung pertukaran itu dan tiga suara lainnya menentang.
Keputusan Israel untuk akhirnya bersedia berunding dengan Hamas terjadi lantaran intelijen Israel selama hampir enam tahun terakhir ini gagal menemukan tempat penyekapan Gilad Shalit, yang ditangkap Hamas pada Juni 2006. Israel telah menggunakan segala cara, baik intelijen, militer, penyebaran agen mata-mata, maupun iming-iming hadiah uang untuk mendapatkan informasi tentang tempat disekapnya Shalit itu. Israel menjanjikan hadiah uang dalam jumlah besar kepada warga Gaza jika mereka bisa memberikan informasi tempat disekapnya Shalit itu.
Israel juga telah menyebarkan alat deteksi dan penyadapan di sepanjang perbatasan Israel-Jalur Gaza dalam upaya mendapatkan informasi tentang tempat disekapnya Shalit itu.
Israel bahkan melancarkan invasi ke Jalur Gaza pada akhir tahun 2008 dan awal 2009. Tujuan invasi itu antara lain untuk membebaskan Shalit agar Israel tidak membayar harga mahal untuk pembebasan serdadunya tersebut setelah Israel gagal mendeteksi keberadaan Shalit dengan alat intelijen canggih. Namun, semua upaya Israel tersebut gagal membebaskan atau menemukan tempat Shalit.
Menurut pakar politik dan urusan faksi-faksi Palestina, Mustafa Sawwaf, jejak upaya Israel membebaskan Shalit dimulai sejak dari tempat disanderanya Shalit dan kemudian jalur yang diduga menjadi jalan para gerilyawan Palestina melarikan Shalit menuju tempat disekapnya saat ini.
Sawwaf mengungkapkan, Israel juga telah merekrut agen mata-mata dalam jumlah besar untuk mendapatkan informasi tentang Shalit. Bahkan, intelijen Mesir pada era mantan Presiden Hosni Mubarak ikut serta mencari informasi tentang keberadaan Shalit melalui interogasi para aktivis Hamas yang ditahan di Mesir. Intelijen Israel gagal menemukan tempat keberadaan Shalit disebabkan rakyat dan pimpinan Palestina di Jalur Gaza menjaga rahasia tempat keberadaan Shalit itu.
Sumber-sumber Hamas yang dikutip situs Al Jazeera mengungkapkan, sejumlah agen mata-mata Israel, yang berhasil ditangkap aparat keamanan Hamas, mengaku telah mendapat tugas memantau dan mengintai semua gerakan yang bisa mencapai ke arah tempat keberadaan Shalit. Sumber tersebut mengatakan, aparat keamanan Hamas beberapa kali berhasil menggagalkan upaya Israel menyandera pimpinan Izzuddin el Qassam (sayap militer Hamas) untuk memperoleh pengakuan mereka tentang keberadaan Shalit itu.
Menurut sumber itu, pasukan elite Hamas yang bertanggung jawab atas penyanderaan Shalit menghindari penggunaan teknologi modern sama sekali saat berkomunikasi agar tidak terdeteksi oleh intelijen dan satelit Israel.
Pakar keamanan asal Mesir, Ibrahim Habib, mengatakan, Israel telah menggunakan segala alat intelijen canggih dan menawarkan iming-iming hadiah uang dalam jumlah besar untuk mendapat informasi tentang Shalit itu. Menurut Habib, kegagalan Israel, yang mengontrol secara penuh teritorial udara dan laut Jalur Gaza menemukan tempat disekapnya Shalit, menunjukkan bahwa uang dan teknologi canggih bukan segala-galanya. (Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir)
*)KOMPAS cetak (18/10/11)
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Indonesia
Kesepakatan itu dicapai lima hari sebelumnya dan ditandatangani secara resmi oleh Israel dan Palestina pada hari kesepakatan itu diumumkan. Dalam kesepakatan itu disebutkan, Shalit ditukar dengan 1.027 tahanan Palestina. Netanyahu mendapat dukungan politik cukup kuat atas transaksi pertukaran tawanan itu. Dalam pemungutan suara di kabinet Israel, 26 anggota kabinet mendukung pertukaran itu dan tiga suara lainnya menentang.
Keputusan Israel untuk akhirnya bersedia berunding dengan Hamas terjadi lantaran intelijen Israel selama hampir enam tahun terakhir ini gagal menemukan tempat penyekapan Gilad Shalit, yang ditangkap Hamas pada Juni 2006. Israel telah menggunakan segala cara, baik intelijen, militer, penyebaran agen mata-mata, maupun iming-iming hadiah uang untuk mendapatkan informasi tentang tempat disekapnya Shalit itu. Israel menjanjikan hadiah uang dalam jumlah besar kepada warga Gaza jika mereka bisa memberikan informasi tempat disekapnya Shalit itu.
Israel juga telah menyebarkan alat deteksi dan penyadapan di sepanjang perbatasan Israel-Jalur Gaza dalam upaya mendapatkan informasi tentang tempat disekapnya Shalit itu.
Israel bahkan melancarkan invasi ke Jalur Gaza pada akhir tahun 2008 dan awal 2009. Tujuan invasi itu antara lain untuk membebaskan Shalit agar Israel tidak membayar harga mahal untuk pembebasan serdadunya tersebut setelah Israel gagal mendeteksi keberadaan Shalit dengan alat intelijen canggih. Namun, semua upaya Israel tersebut gagal membebaskan atau menemukan tempat Shalit.
Menurut pakar politik dan urusan faksi-faksi Palestina, Mustafa Sawwaf, jejak upaya Israel membebaskan Shalit dimulai sejak dari tempat disanderanya Shalit dan kemudian jalur yang diduga menjadi jalan para gerilyawan Palestina melarikan Shalit menuju tempat disekapnya saat ini.
Sawwaf mengungkapkan, Israel juga telah merekrut agen mata-mata dalam jumlah besar untuk mendapatkan informasi tentang Shalit. Bahkan, intelijen Mesir pada era mantan Presiden Hosni Mubarak ikut serta mencari informasi tentang keberadaan Shalit melalui interogasi para aktivis Hamas yang ditahan di Mesir. Intelijen Israel gagal menemukan tempat keberadaan Shalit disebabkan rakyat dan pimpinan Palestina di Jalur Gaza menjaga rahasia tempat keberadaan Shalit itu.
Sumber-sumber Hamas yang dikutip situs Al Jazeera mengungkapkan, sejumlah agen mata-mata Israel, yang berhasil ditangkap aparat keamanan Hamas, mengaku telah mendapat tugas memantau dan mengintai semua gerakan yang bisa mencapai ke arah tempat keberadaan Shalit. Sumber tersebut mengatakan, aparat keamanan Hamas beberapa kali berhasil menggagalkan upaya Israel menyandera pimpinan Izzuddin el Qassam (sayap militer Hamas) untuk memperoleh pengakuan mereka tentang keberadaan Shalit itu.
Menurut sumber itu, pasukan elite Hamas yang bertanggung jawab atas penyanderaan Shalit menghindari penggunaan teknologi modern sama sekali saat berkomunikasi agar tidak terdeteksi oleh intelijen dan satelit Israel.
Pakar keamanan asal Mesir, Ibrahim Habib, mengatakan, Israel telah menggunakan segala alat intelijen canggih dan menawarkan iming-iming hadiah uang dalam jumlah besar untuk mendapat informasi tentang Shalit itu. Menurut Habib, kegagalan Israel, yang mengontrol secara penuh teritorial udara dan laut Jalur Gaza menemukan tempat disekapnya Shalit, menunjukkan bahwa uang dan teknologi canggih bukan segala-galanya. (Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir)
*)KOMPAS cetak (18/10/11)
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Indonesia