Oleh: Cahyadi Takariawan*
Sore hingga malam ini tadi, Rabu 14 September 2011, saya menghadiri acara “Halal bi Halal” (HBH) yang dilaksanakan oleh Ikatan Alumni Lemhannas RI (IKAL) XLV, di Penang Bistro Kebon Sirih. Adapun IKAL XLV (baca : Ikal 45) adalah organisasi yang dibentuk untuk mewadahi para alumni Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLV yang telah berlangsung tahun 2010 kemarin selama 9,5 (sembilan setengah) bulan di kampus Lemhannas (Lembaga Ketahanan Nasional) RI, Jakarta.
Alhamdulillah hadir lebih dari 40 orang anggota IKAL XLV. Walau berlangsung cukup singkat, namun sangat tampak kehangatan suasana, setelah lama tidak bertemu satu sama lain. Saya sendiri merasa enjoy berada dalam kehangatan persahabatan bersama para anggota IKAL XLV lainnya yang merupakan cerminan sendi-sendi keutuhan NKRI. Ada unsur TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Ada unsur POLRI, ada unsur Kementerian, ada unsur Kampus, ada unsur Perbankan, ada unsur Mahkamah Agung dan Kehakiman. Ada pula unsur Ormas, Parpol, LSM, serta tokoh-tokoh masyarakat.
Ketua IKAL XLV adalah Brigjen TNI Nugroho Widyotomo, namun beliau berhalangan hadir dalam acara HBH sore hingga malam ini. Melalui telepon, beliau berpesan tiga hal singkat kepada seluruh anggota IKAL XLV. Pesan disampaikan oleh Dr. Fachmi Idris selaku Sekretaris IKAL XLV.
Saya menyimak dengan serius pesan pak Nugie, panggilan akrab Brigjen TNI Nugroho Widyotomo. Tiga pesan penting beliau kepada seluruh anggota IKAL XLV adalah :
1. Jaga kekompakan
2. Jaga profesionalitas di instansi masing-masing
3. Jangan korupsi
Itulah tiga pesan singkat Jendral Nugie, namun isinya sangat padat dan berbobot. Pertama, jaga kekompakan. Pesan ini mengandung makna yang sangat dalam dan luas, karena di antara problem bangsa ini adalah “tidak kompak”. Antar elit dan pemimpin negara tidak kompak, antar kementrian tidak kompak, antar kesatuan TNI dan POLRI tidak kompak, antar parpol tidak kompak, antar ormas tidak kompak, antar umat beragama tidak kompak, antar penegak hukum tidak kompak, antar elemen masyarakat tidak kompak. Penyakit “tidak kompak” ini berdampak serius, karena menimbulkan disharmoni, diskomunikasi, bahkan disorientasi arah berbangsa dan bernegara.
Kedua, jaga profesionalitas di instansi masing-masing. Sebagai alumni PPRA XLV Lemhannas, harusnya bisa menunjukkan kinerja yang optimal dan profesional di instansi atau lembaga masing-masing. Usai pendidikan harusnya memiliki kualifikasi yang meningkat dibanding sebelumnya, maka lembaga atau instansi yang mengutus harus mendapatkan kemanfaatan berupa meningkatnya kinerja dan profesionalitas para alumnus PPRA Lemhannas. Pendidikan bukan hanya syarat formal untuk kenaikan pangkat, jabatan, jenjang karier dan lain sebagainya, namun harus memiliki signifikansi dengan peningkatan kualitas SDM.
Ketiga, jangan korupsi. Dahsyat sekali pesan ini, dan sangat tepat disampaikan di saat seperti ini. Korupsi adalah penyakit menular dan mematikan bangsa Indonesia. Hampir-hampir, seluruh bagian pemerintahan telah dilanda penyakit bernama korupsi. Negara Indonesia lumpuh oleh korupsi. Dunia olah raga kita tidak bisa menang di tingkat dunia, warga negara kita dieksekusi semena-mena di negara tetangga, kekayaan alam kita dikeruk perusahaan asing dengan leluasa, pengangguran dan kemiskinan semakin merebak dimana-mana, jangan-jangan itu semua dampak dari korupsi.
Maka tepat seruan itu disampaikan di bulan Syawal, “jangan korupsi”. Jangan hanya mengkritik anggota DPR atau Kementrian yang diberitakan korupsi, namun perilaku bebas korupsi harus dimulai dari diri kita sendiri. Dimulai dari setiap pribadi, dimulai dari masing-masing kita sendiri. Jangan menunjuk dan mengacungkan kepalan tangan kita ke orang lain, tetapi kita sendiri menyimpan perilaku korup. Hentikan korupsi, sekarang juga. Lagi-lagi, harus dimulai dari kita.
Terimakasih Jendral Nugie atas tiga pesan singkat yang sangat padat dan berat tersebut. Jika kita semua bisa melaksanakan tiga pesan itu saja, maka sudah sangat banyak persoalan bangsa Indonesia terpecahkan. Sudah sangat banyak penyakit bisa disembuhkan. Sudah sangat banyak penyimpangan bisa diluruskan. Sudah sangat banyak potensi bisa dioptimalkan.
Semoga.
*)http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=1623#more-1623
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Indonesia
Alhamdulillah hadir lebih dari 40 orang anggota IKAL XLV. Walau berlangsung cukup singkat, namun sangat tampak kehangatan suasana, setelah lama tidak bertemu satu sama lain. Saya sendiri merasa enjoy berada dalam kehangatan persahabatan bersama para anggota IKAL XLV lainnya yang merupakan cerminan sendi-sendi keutuhan NKRI. Ada unsur TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Ada unsur POLRI, ada unsur Kementerian, ada unsur Kampus, ada unsur Perbankan, ada unsur Mahkamah Agung dan Kehakiman. Ada pula unsur Ormas, Parpol, LSM, serta tokoh-tokoh masyarakat.
Ketua IKAL XLV adalah Brigjen TNI Nugroho Widyotomo, namun beliau berhalangan hadir dalam acara HBH sore hingga malam ini. Melalui telepon, beliau berpesan tiga hal singkat kepada seluruh anggota IKAL XLV. Pesan disampaikan oleh Dr. Fachmi Idris selaku Sekretaris IKAL XLV.
Saya menyimak dengan serius pesan pak Nugie, panggilan akrab Brigjen TNI Nugroho Widyotomo. Tiga pesan penting beliau kepada seluruh anggota IKAL XLV adalah :
1. Jaga kekompakan
2. Jaga profesionalitas di instansi masing-masing
3. Jangan korupsi
Itulah tiga pesan singkat Jendral Nugie, namun isinya sangat padat dan berbobot. Pertama, jaga kekompakan. Pesan ini mengandung makna yang sangat dalam dan luas, karena di antara problem bangsa ini adalah “tidak kompak”. Antar elit dan pemimpin negara tidak kompak, antar kementrian tidak kompak, antar kesatuan TNI dan POLRI tidak kompak, antar parpol tidak kompak, antar ormas tidak kompak, antar umat beragama tidak kompak, antar penegak hukum tidak kompak, antar elemen masyarakat tidak kompak. Penyakit “tidak kompak” ini berdampak serius, karena menimbulkan disharmoni, diskomunikasi, bahkan disorientasi arah berbangsa dan bernegara.
Kedua, jaga profesionalitas di instansi masing-masing. Sebagai alumni PPRA XLV Lemhannas, harusnya bisa menunjukkan kinerja yang optimal dan profesional di instansi atau lembaga masing-masing. Usai pendidikan harusnya memiliki kualifikasi yang meningkat dibanding sebelumnya, maka lembaga atau instansi yang mengutus harus mendapatkan kemanfaatan berupa meningkatnya kinerja dan profesionalitas para alumnus PPRA Lemhannas. Pendidikan bukan hanya syarat formal untuk kenaikan pangkat, jabatan, jenjang karier dan lain sebagainya, namun harus memiliki signifikansi dengan peningkatan kualitas SDM.
Ketiga, jangan korupsi. Dahsyat sekali pesan ini, dan sangat tepat disampaikan di saat seperti ini. Korupsi adalah penyakit menular dan mematikan bangsa Indonesia. Hampir-hampir, seluruh bagian pemerintahan telah dilanda penyakit bernama korupsi. Negara Indonesia lumpuh oleh korupsi. Dunia olah raga kita tidak bisa menang di tingkat dunia, warga negara kita dieksekusi semena-mena di negara tetangga, kekayaan alam kita dikeruk perusahaan asing dengan leluasa, pengangguran dan kemiskinan semakin merebak dimana-mana, jangan-jangan itu semua dampak dari korupsi.
Maka tepat seruan itu disampaikan di bulan Syawal, “jangan korupsi”. Jangan hanya mengkritik anggota DPR atau Kementrian yang diberitakan korupsi, namun perilaku bebas korupsi harus dimulai dari diri kita sendiri. Dimulai dari setiap pribadi, dimulai dari masing-masing kita sendiri. Jangan menunjuk dan mengacungkan kepalan tangan kita ke orang lain, tetapi kita sendiri menyimpan perilaku korup. Hentikan korupsi, sekarang juga. Lagi-lagi, harus dimulai dari kita.
Terimakasih Jendral Nugie atas tiga pesan singkat yang sangat padat dan berat tersebut. Jika kita semua bisa melaksanakan tiga pesan itu saja, maka sudah sangat banyak persoalan bangsa Indonesia terpecahkan. Sudah sangat banyak penyakit bisa disembuhkan. Sudah sangat banyak penyimpangan bisa diluruskan. Sudah sangat banyak potensi bisa dioptimalkan.
Semoga.
*)http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=1623#more-1623
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Indonesia