Oleh: Data Pura (Ketua DPC PKS Cibitung)
(Ditulis dalam rangka menyemarakan Final Liga FUTSAL 2011-DPC PKS Cibitung)
Sesaat setelah wasit yang memimpin meniupkan peluit sebagai tanda dimulainya pertandingan, maka hitungan mundurpun melesat menghabiskan waktu 2x30 menit. Perputaran waktu seolah berlomba dengan semangat juang para pemain dilapangan. Sungguh tak ada yang berleha-leha, tak ada yang bersantai ria, karena mereka berprinsip menang sekarang atau kalah dan akibatnya perjuangan terhenti, lalu tercoret dari daftar, serta tersisih dari kompetisi.
Demikianlah gambaran kerasnya perjuangan para pemain dalam sebuah kompetisi FUTSAL yang dilaksanakan dengan menggunakan sistem gugur. Tim-tim yang turut serta berupaya dalam mengasah kemampuan, beradu teknik, mengukur strategi dan menguji emosi. Satu visi menjadi tujuan bersama, tujuan demi memenangkan pertandingan dan mendapatkan balasan berupa Piala yang melambangkan simbol penghargaan dari sebuah perjuangan panjang.
Layaknya sebuah pertandingan diatas, dikala seorang kader diminta untuk mengemban tugas kepengurusan kemudian disumpah untuk komitmen dalam amanah, maka saat itu dia mulai berpacu dengan waktu untuk bekerja keras melaksanakan semua yang menjadi kewajibannya. Berlomba dengan masa yang ada untuk memaksimalkan peran dengan menggali seluruh ide dan gagasan, kemudian merealisasikannya dengan segenap kemampuan agar menjadi sebuah kegiatan yang mengandung kebaikan. Jika dia berleha-leha, tidak ada semangat, bahkan tidak ada komitmen untuk berjuang, maka visinya untuk memenangkan lomba perebutan pahala akan semakin terkikis seiring habisnya waktu yang tersisa. Pada akhirnya dia kalah dan membawa penyesalan, ya, menyesal karena kurang memanfaatkan kesempatan.
Bagi seorang kader dakwah, apapun dan dimanapun tugas yang diamanahkan kepadanya, perlu dimaknai sebagai wasilah untuk bisa beramal soleh. Boleh jadi, tugas itulah yang bisa memberikan kebaikan untuknya dan tugas itulah yang berpotensi mendatangkan pahala dan keridhoan dari Allah SWT. Tugas yang sepintas remeh, ternyata punya makna yang sangat besar dalam sebuah proses panjang pembangunan kebangkitan peradaban ummat dan bangsa, dan fungsi yang sangat berarti dari sebuah bangunan organisasi yang mandiri.
Saya contohkan tugas seorang kordinator RW (korwe) atau Koordinator RT (korte) sekalipun, walau pada struktur yang paling bawah tetapi tugas mereka mempunyai peran yang sangat penting dalam bangunan partai dakwah ini, karena mereka sebagai ujung tombak organisasi yang bersentuhan langsung dengan para kader, simpatisan, bahkan masyarakat setiap harinya. Berjalan dan tidaknya sebuah kebijakan yang dikeluarkan struktur pusat, yang kemudian dibawa oleh struktur wilayah untuk diteruskan menjadi kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi kedaerahannya masing-masing, tentu memerlukan peran struktur terbawah yang mengeksekusi kebijakan tersebut dilapangan.
Sekali lagi, jadikanlah tugas apapun dalam dakwah ini sebagai kesempatan berharga untuk beramal sebanyak-banyaknya. Kemudian, semua harus waspada, semua perlu berjuang dengan daya dan upaya. Perjuangannya seperti pemain futsal dimenit-menit akhir pertandingan, dimana semua pemain bekerja keras mengeluarkan seluruh energi yang tersisa, bahkan terkadang semangat pemainnya melebihi kemampuan yang ada, obsesinya memaksa-maksa raga untuk terus dan terus bergerak menghadang lawan, dan memanfaatkan sisa waktu yang tinggal sesaat. Semua kader pun yang diberikan tugas perlu memahami bahwa waktu ini yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, mengerti bahwa kesempatan ini yang perlu dimaksimalkan, kesempatan ketika menjadi pengurus. Karena kadangkala waktu lebih cepat berlalu sebelum kita bisa berbuat sesuatu.
Dan tiba-tiba ALLAH telah menggantinya dengan generasi yang baru.
Wahai para kader dakwah yang akan dan sedang mengemban amanah, mari kita manfaatkan kesempatan ini!
Wallohu'alam.
Salam SEMANGAT!!!
*)Tulisan ini kiriman dari muhamad saidi (szsaidi@gmail.com)
*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Indonesia