KulTwit @Rusdirusdi 'membedah' #Wartawan

Membedah 'jeroan' #wartawan dari seorang jurnalis:

1. Pernyataan Bambang Harymurti [BHM] di Surabaya, soal #wartawan di DPR yang tidak jelas identitasnya mulai menuai protes.

2. Eks ketua MPR, Hidayat Nurwahid meminta BHM mengklarifikasi pernyataan itu karena katanya demi ketenangan #wartawan di DPR.

3. Tak terlalu jelas benar: mengapa Hidayat lalu merasa perlu bereaksi dengan pernyataan BHM. #wartawan

4. Kemarin, di Twitter ini, beberapa orang sudah lebih dulu memprotes BHM dan menudingnya tak tahu persoalan soal #wartawan di DPR.

5. Saya setuju dengan BHM dan Dewan Pers yang akan menertibkan #wartawan di DPR.

6. Tapi di sini, saya tertarik membahas soal #wartawan bodrex yg kembali muncul setelah pernyataan BHM itu & kelakuan #wartawan nonbodrex.

7. Dari istilahnya, #wartawan bodrex sebetulnya bukan benar #wartawan. Mereka sekumpulan orang yang mengaku-aku #wartawan.

8. Dan #wartawan bodrex itu bisa siapa saja: intel, pengangguran, dan sebagainya. Tapi jelas mereka tak punya media.

9. Salah besar kalau menganggap #wartawan bodrex tak punya tanda pengenal: kartu press itu. Mereka punya.

10. Di zaman sekarang, kartu press bisa dibuat dengan mudah, dengan harga murah. #wartawan

11. Seorang #wartawan [bukan bodrex] di Medan bercerita, kartu press di kota itu bisa dibeli dengan ongkos Rp 150 ribu.

12. Di kartu press [#wartawan bodrex] itu, juga dg mudah ditulis nama media apa saja.

13. Sering nama media [#wartawan bodrex] dimirip-miripkan dengan nama media yang sudah dikenal.

14. Tapi biasanya, nama media yang tercantum di kartu press #wartawan bodrex rada-rada aneh.

15. Misalnya, Mingguan Gerhana Bulan dan sebagainya. #wartawan

16. Istilah #wartawan bodrex muncul, karena kelakuan mereka membingungkan atau membuat pusing sumber berita. Itu sederhananya.

17. #wartawan bodrex sudah ada sejak lama, tapi jumlah mereka kini jauh lebih banyak.

18. Salah satu ciri #wartawan bodrex: selalu mengancam sumber berita, terutama kalau tidak diberi atau mendapat sesuatu.

19. Pertanyaannya: kenapa muncul orang-orang yang lalu disebut sebagai #wartawan bodrex itu?

20. Dugaan saya, karena mereka melihat dan tahu kelakuan #wartawan yang bukan bodrex dan kelakuan sumber berita.

21. Sudah bukan rahasia, banyak #wartawan nonbodrex dengan identitas dan media jelas, yang berselingkuh dengan sumber berita.

22. Dan sudah jamak pula, banyak sumber berita yang memberi sesuatu kepada #wartawan nonbodrex, untuk kepentingannya.

23. Mereka bekerja dengan prinsip simbiosis mutualisme: #wartawan nonbodrex dapat sesuatu, sumber berita mendapat apa yang diinginkan.

24. Aliansi Jurnalis Independen menyebut mereka #wartawan amplop, meski pemberian dari sumberberita kini juga bisa ditransfer ke rekening.

25. Mereka, #wartawan nonbodrex itu tidak menodong seperti kelakuan #wartawan bodrex tapi jelas tak menolak bila diberi sesuatu.

26. Minimal #wartawan nonbodrex, selalu berharap ada sumber berita yang mau bersedekah kepada mereka.

27. Penyebabnya banyak. Antara lain karena [alasan] gaji mereka yang tak memadai, ada juga karena sudah jadi tabiat. #wartawan

28. Sebagian bos media menyetujui kelakuan mereka, minimal tak mencegah, sebagian lagi terang-terangan melarang. #wartawan

29. Dan #wartawan nonbodrex semacam itu ada di mana saja, dan bisa berasal dari media apa saja.

30. Jika mereka #wartawan ekonomi, mereka misalnya bisa memainkan informasi tertentu untuk mengerek atau mematikan harga saham tertentu.

31. Bisa juga mempromosikan produk tertentu lewat berita, karena dijanjikan mendapat produk yang diberitakan. #wartawan

32. Di hiburan, #wartawan semacam itu, bisa “menjual” isu artis atau para pesohor untuk menaikkan popularitas si artis.

33. Di politik, mereka bisa menggoreng isu tertentu untuk kepentingan partai tertentu, kelompok tertentu dan sebagainya. #wartawan

34. Seorang #wartawan bercerita, saat musim pemilihan ketua umum Partai Demokrat tahun lalu, banyak wartawan yg “bekerja” untuk para calon.

35. Ada #wartawan yang “bekerja” untuk Marzuki Alie, bekerja untuk Anas Urbaningrum, dan Andi Mallarangeng.

36. Tapi redaktur yang jeli biasanya tahu, laporan #wartawan yang beraroma pesanan atau tidak.

37. Cuma celakanya, yang juga sering terjadi, #wartawan di meja redaksi, justru “mengatur” reporternya melakukan pekerjaan memalukan.

38. Dengan kewenangannya, #wartawan di meja redaksi, mengarahkan #reporter untuk menghubungi atau tak menghubungi sumber tertentu.

39. Alasannya bukan krn soal kredibilitas sumber berita tapi untuk kepentingan sumber berita atau tujuan politik/ekonomi tertentu. #wartawan

40. Yang menyedihkan, sebagian sumber berita, juga sering langsung menghubungi #wartawan di meja redaksi untuk kepentingan mereka.

41. Dari semua kelakuan #wartawan itu, yang paling berbahaya tentu adalah kelakuan bos media: pemimpin redaksi atau pemilik media.

42. Dengan kekuasaannya, mereka bisa menyuruh para #wartawan untuk mengangkat dan menurunkan berita tertentu.

43. Mereka juga dengan gampang, bisa menyingkirkan informasi tertentu dan memilih informasi tertentu pula. #wartawan

44. Ada #wartawan yang berseru, hal itu biasa sepanjang dilakukan melalui rapat redaksi.

45. Tapi dia lupa, kebanyakan rapat redaksi hanya sekadar formalitas. #wartawan

46. Benar, setiap peserta rapat redaksi memang membawa usulan dan agenda masing-masing, dan forum rapat yang memutuskan. #wartawan

47. Tapi siapa yang kemudian mengetok kata akhir keputusan peserta rapat, kalau bukan pemimpin rapat [pemred]? #wartawan

48. Tidakkah juga sudah bukan rahasia: banyak bos media atau pemred yang bergerilya untuk kepentingan sumber berita tertentu? #wartawan

49. Dan naif bila ada yang berkata, para bos media atau pemred itu kemudian tak mendapat imbalan tertentu pula. #wartawan

50. Dibandingkan “amplop” yang diterima para #wartawan, "amplop" untuk bos media atau pemred tentu lebih tebal. #wartawan

51. “Amplop” itu tak harus berwujud uang, melainkan bisa juga berupa fasilitas, kemudahan, jabatan, dan sebagainya. #wartawan

52. Tentu dengan cara kerja #wartawan semacam itu, publik akan dirugikan karena informasi telah dikorupsi, jauh sebelum jadi berita.

53. Tapi di sini, siapa yang peduli dengan #wartawan yang hidup nyaman dalam atmosfer yang menjijikkan semacam itu?

54. Politisi, pejabat, pengamat, pengusaha, polisi, jaksa, pengacara, penyanyi, bintang film, tokoh agama dan LSM, dan sebagainya? #wartawan

55. Tidak. Mereka juga nyaman bekerja sama dengan #wartawan, sepanjang saling menguntungkan dan sesuai dengan kepentingan mereka.

56. Nah, kelakuan #wartawan dan sumber berita semacam itulah yang menginspirasi orang2 tertentu untuk mengaku-aku sebagai #wartawan.

57. Muncullah istilah #wartawan bodrex atau #wartawan gadungan, untuk menyebut kelakuan wartawan yang menjijikkan dan memalukan itu.

58. Ia, #wartawan bodrex itu diakui atau tidak, adalah cermin dari cara kerja #wartawan nonbodrex yang bobrok. [sekian]

*)dikutip dari http://twitter.com/#!/rusdirusdi


*posted by: Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Indonesia
Baca juga :