Reporter: Hida Nur Hidayah*
Ahad, 17 April 2011. Jauh dari Gelora Bung Karno yg penuh sesak ratusan ribu massa PKS, disaat bersamaan di sebuah masjid di pesisir selatan Jogjakarta, tepatnya kabupaten Bantul, Bidang Kaderisasi DPD PKS Bantul mengadakan kegiatan Jalsah Ruhiyah (majlis ruhiyah) yg ditujukan untuk kader akhwat se kabupaten Bantul.
Masjid Lu'luatus Sholih penuh dengan wajah-wajah teduh dengan jilbab aneka warna dan model. Sesuai dengan namanya dan tata tertibnya, suasana terasa ngruhy sekali. Dikondisikan puasa (ayyamul bidh), mengurangi obrolan tak berguna, meminimalisir penggunaan fasilitas (laptop, hand phone, dan lainnya) dan diusahakan sebisa mungkin tidak membawa anak balita menjadikan acara pagi itu tampak berbeda.
Sesuai schedule, jam 08.00 tepat acara dibuka. Dilanjutkan sambutan kabid Kaderisasi DPD PKS Bantul. Dalam sambutannya, ustadz Subaryanto mengingatkan para kader untuk semakin menguatkan ikatan ukhuwah, memperbaiki kondisi ruhiyah sebagai bekalan utama di jalan dakwah.
Usai itu, acara dilanjutkan dengan tasmi’ juz 30 yang dipimpin oleh Ustadzah Wijiyati. Dengan standar tajwid yang sempurna, semua peserta bersama sama melafalkan ayat suci al qur’an yang diawali dari surat an naas diakhiri pada surat al Bayyinah. Suasana Nampak semakin meneduhkan jiwa.
Acara selanjutnya, adalah taujih dari Tim Du'at DPW PKS DIY dengan tema cara menyikapi sebuah kesalahan. Acara kali ini memang padat, tanpa istirahat. Tidak memberikan ruang gerak peserta untuk sekedar bersapa ria apalagi membuka hape. Selesai taujih lanjut lagi dengan membaca atau melafalkan dzikir ma’tsurot kubro yang dipimpin oleh ustadzah Mustaqimah. Peserta larut dalam suasana. Puncaknya saat bersama membaca do’a robithoh sambil 'menghadirkan' wajah-wajah saudara seperjuangan.
Al-ma’tsurot selesai, keharuan belum berakhir, karena acara selanjutnya adalah waqfah tarbiyah. Semua hadirin diberi waktu selama 7 menit untuk merenung, mengingat kembali perjalanan tarbiyah, mengingat kembali perjanjian yang agung dan merenungi apa yang sudah kita perbuat untuk meninggikan kalimah Allah dibumi ini. Merenungi semua, termasuk saat2 pahit bersama bahtera ini. Mengevaluasi, sudahkah semua ikhlas untuk dan karena Allah semata. Air mata pun bercucuran. Hingga acarapun ditutup dan semua peserta saling berjabat tangan berpamitan.
Mungkin saya sebagai peserta terlalu hiperbola, tapi itu sebenarnya yang saya rasa. Insya Allah acara seperti ini akan rutin diadakan berkeliling Daerah Dakwah di Bantul setiap 2 bulan sekali.***
*posted: pkspiyungan.blogspot.com
Masjid Lu'luatus Sholih penuh dengan wajah-wajah teduh dengan jilbab aneka warna dan model. Sesuai dengan namanya dan tata tertibnya, suasana terasa ngruhy sekali. Dikondisikan puasa (ayyamul bidh), mengurangi obrolan tak berguna, meminimalisir penggunaan fasilitas (laptop, hand phone, dan lainnya) dan diusahakan sebisa mungkin tidak membawa anak balita menjadikan acara pagi itu tampak berbeda.
Sesuai schedule, jam 08.00 tepat acara dibuka. Dilanjutkan sambutan kabid Kaderisasi DPD PKS Bantul. Dalam sambutannya, ustadz Subaryanto mengingatkan para kader untuk semakin menguatkan ikatan ukhuwah, memperbaiki kondisi ruhiyah sebagai bekalan utama di jalan dakwah.
Usai itu, acara dilanjutkan dengan tasmi’ juz 30 yang dipimpin oleh Ustadzah Wijiyati. Dengan standar tajwid yang sempurna, semua peserta bersama sama melafalkan ayat suci al qur’an yang diawali dari surat an naas diakhiri pada surat al Bayyinah. Suasana Nampak semakin meneduhkan jiwa.
Acara selanjutnya, adalah taujih dari Tim Du'at DPW PKS DIY dengan tema cara menyikapi sebuah kesalahan. Acara kali ini memang padat, tanpa istirahat. Tidak memberikan ruang gerak peserta untuk sekedar bersapa ria apalagi membuka hape. Selesai taujih lanjut lagi dengan membaca atau melafalkan dzikir ma’tsurot kubro yang dipimpin oleh ustadzah Mustaqimah. Peserta larut dalam suasana. Puncaknya saat bersama membaca do’a robithoh sambil 'menghadirkan' wajah-wajah saudara seperjuangan.
Al-ma’tsurot selesai, keharuan belum berakhir, karena acara selanjutnya adalah waqfah tarbiyah. Semua hadirin diberi waktu selama 7 menit untuk merenung, mengingat kembali perjalanan tarbiyah, mengingat kembali perjanjian yang agung dan merenungi apa yang sudah kita perbuat untuk meninggikan kalimah Allah dibumi ini. Merenungi semua, termasuk saat2 pahit bersama bahtera ini. Mengevaluasi, sudahkah semua ikhlas untuk dan karena Allah semata. Air mata pun bercucuran. Hingga acarapun ditutup dan semua peserta saling berjabat tangan berpamitan.
Mungkin saya sebagai peserta terlalu hiperbola, tapi itu sebenarnya yang saya rasa. Insya Allah acara seperti ini akan rutin diadakan berkeliling Daerah Dakwah di Bantul setiap 2 bulan sekali.***
*posted: pkspiyungan.blogspot.com