Politisi muda F-PKS DPR, Fahri Hamzah mempublikasi ide-ide pemikirannya lewat sebuah buku yang diberi judul ‘Negara, Pasar, dan Rakyat’ (NPR). Buku setebal 626 halaman ini merupakan buku kedua karya Fahri Hamzah. Sebelumnya, Fahri menulis buku soal Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat dirinya menjadi anggota Komisi VI dengan judul 'Negara, BUMN, dan Kesejahteraan Rakyat'.
Berikut kulwit Fahri Hamzah seputar isi buku NPR:
1. Dalam #BukuNPR yg saya tulis. Saya kritis pada kelakuan negara. Negara harus kita awasi secara serius.
2. Kita kasi uang dan sebagian kekuasaan kita. Kita beri kewenangan memungungut uang kita itu. Tapi apa yg nampak.
3. Negara muncuri uang yg kita beri kewenangan pungut. Lalu karena pencuri banyak, mereka bikin lembaga pengawas ini dan itu.
4. Lalu, gagal juga menjaga keamanan kita dan ketika gagal, mereka minta kebebasan kitapun dikurangi. Mereka mau menyadap/menangkap.
5. Semua itu dengan biaya yg tidak sedikit, negara dibuat hanya untuk mengurus diri sendiri.
6. Sedihnya, tidak ada perlawanan. Negara terlalu kuat kuasai wacana dan kelompok kepentingan permainkan isu silih berganti.
7. Ini bukan gejala indonesia, Amerika memproduksi perang untuk proyek alutsista. Aneksasi halal demi pesta pejabat.
8. Manipulasi ini juga menggejala di sini. Negara tak sanggup menjaga keamanan lalu minta belanja biaya keamanan.
9. Aneh kalau setiap ada bom, jawabannya "ini kelompok lama". Loh kalau kelompok lama kenapa gak sikat aja semua?
10. Bohong bisa saja merasuk menjadi penyakit karena gagal mengelola kompleksitas. Tidak ada yg diselesaikan tapi isu baru terbit.
11. Buku saya #BukuNPR mencemaskan adanya kegagalkan memahami cara kerja negara secara modern.
12. Negara bisa saya dipahami secara kolonial atau otoriter. Penguasa maunya hanya efektif.
13. Mau berantas korupsi harus otoriter supaya jera. Mau berantas teroris harus represif supaya ada efek jera. Ini omong kosong.
14. Pejabat harus biasa memahami bahwa negara bukan segala-galanya. Negara memang harus kuat tapi bukan dengan merampas hak rakyat.
15. Ini abad 21 kalau negara mau kuat hanya dengan cara memberikan kebebasan kepada rakyatnya.
(bersambung)
*posted: pkspiyungan.blogspot.com