Oleh Yasmin Filistin
---
---
Peta koalisi pilpres semakin mengerucut dan mengejutkan. Berita terakhir, kubu Teuku Umar digadang-gadang bakal memanaskan persaingan di pilpres dengan mengusung duet Prabowo-Puan Maharani sebagai pasangan capres-cawapres. Bagaimana peluang SBY?
Rupanya Megawati sebagai Ketua Umum PDIP mulai menunjukkan kematangan dalam berpolitik dengan membuang ego pribadinya. Kalau pasangan ini betul jadian, dipastikan SBY bakalan menghadapi 'lawan' tangguh dan seimbang.
Karena duet Prabowo-Puan bisa dipersepsi mewakili pemimpin muda yang sangat kental dengan semangat perubahan. Di samping akan mendapat dukungan dari loyalis dan pemilih tradisional nasionalis, pasangan ini juga akan mampu menjadi magnet bagi pemilih pemula dan generasi muda yang jumlahnya sangat banyak. Belum lagi kalau koalisi besar PDIP-Golkar-Gerindra-Hanura-PPP-PAN menjadi backing pasangan ini.
Situasi politik seperti ini perlu dicermati kubu SBY dan Partai Demokrat . Kalau selama ini sangat terkesan kubu SBY terlalu kepedean seolah-olah akan dengan mudah memenangkan pertarungan pilpres, maka dengan munculnya duet Prabowo-Puan, SBY maupun Demokrat harus pintar dan cermat mengatur strategi.
Salah satu strateginya adalah SBY harus tepat dalam memilih cawapres. Karena dari analisa para pengamat politik, kemenangan dalam Pilpres 2009 kali ini akan sangat ditentukan oleh figur calon wakil presiden yang diusung. Figur cawapres yang diusung harus mampu menambah suara secara signifikan sekaligus dapat diandalkan di parlemen. Pemilihan cawapres ini mesti juga melihat elektabilitas sang calon cawapres.
Dari rumor politik yang merebak, calon cawapres SBY yang konon jumlahnya 19 kini mulai mengerucut pada Hidayat Nur Wahid, Hatta Rajasa, Srimulyani, dan Boediono. Kalau diukur tingkat elektabilitas dan dukungan parlemen, figur Hidayat Nur Wahid (HNW) paling kuat untuk menjadi pendamping SBY.
Diprediksi pasangan SBY-HNW masih lebih unggul dan mampu mengatasi pasangan baru Prabowo-Puan. Namun, kalau SBY memilih cawapres selain HNW, apalagi yang berasal dari non-parpol, peluang Prabowo-Puan akan lebih besar untuk memenangkan pilpres Juli mendatang.
Kans besar kemenangan duet SBY-HNW ini sangat disadari oleh kubu ABS (Asal Bukan SBY). Sehingga akhir-akhir ini sangat gencar upaya untuk ‘menceraikan’ SBY-HNW dengan menebarkan black campaign via SMS yang massif, dengan sasaran figur HNW yang dituduh Wahabi dan anti-NKRI.
Targetnya bukan untuk menghalang-halangi tokoh PKS (HNW) menjadi cawapres SBY, tapi agar SBY tidak jadi berpasangan dengan HNW, sehingga kubu ABS akan mampu mengalahkan SBY dalam pilpres mendatang.
Inilah skenario di balik isu Wahabi dan anti-NKRI yang santer ditujukan kepada Hidayat Nur Wahid, Ketua MPR yang dikenal santun dan antikorupsi. SBY dan Demokrat harus cermat membaca skenario lawan politiknya, yang semakin membabi buta agar tidak termakan fitnah dan terjebak dalam permainan mereka.
Kalau tidak, bisa-bisa pada pilpres nanti SBY dan Demokrat akan gigit jari. Dan premis partai pemenang pileg akan kalah dalam pilpres akan terbukti untuk ketiga kalinya.
*yasminfilistin@yahoo.co.id
sumber: inilah.com
----
posted by: pkspiyungan.blogspot.com
Rupanya Megawati sebagai Ketua Umum PDIP mulai menunjukkan kematangan dalam berpolitik dengan membuang ego pribadinya. Kalau pasangan ini betul jadian, dipastikan SBY bakalan menghadapi 'lawan' tangguh dan seimbang.
Karena duet Prabowo-Puan bisa dipersepsi mewakili pemimpin muda yang sangat kental dengan semangat perubahan. Di samping akan mendapat dukungan dari loyalis dan pemilih tradisional nasionalis, pasangan ini juga akan mampu menjadi magnet bagi pemilih pemula dan generasi muda yang jumlahnya sangat banyak. Belum lagi kalau koalisi besar PDIP-Golkar-Gerindra-Hanura-PPP-PAN menjadi backing pasangan ini.
Situasi politik seperti ini perlu dicermati kubu SBY dan Partai Demokrat . Kalau selama ini sangat terkesan kubu SBY terlalu kepedean seolah-olah akan dengan mudah memenangkan pertarungan pilpres, maka dengan munculnya duet Prabowo-Puan, SBY maupun Demokrat harus pintar dan cermat mengatur strategi.
Salah satu strateginya adalah SBY harus tepat dalam memilih cawapres. Karena dari analisa para pengamat politik, kemenangan dalam Pilpres 2009 kali ini akan sangat ditentukan oleh figur calon wakil presiden yang diusung. Figur cawapres yang diusung harus mampu menambah suara secara signifikan sekaligus dapat diandalkan di parlemen. Pemilihan cawapres ini mesti juga melihat elektabilitas sang calon cawapres.
Dari rumor politik yang merebak, calon cawapres SBY yang konon jumlahnya 19 kini mulai mengerucut pada Hidayat Nur Wahid, Hatta Rajasa, Srimulyani, dan Boediono. Kalau diukur tingkat elektabilitas dan dukungan parlemen, figur Hidayat Nur Wahid (HNW) paling kuat untuk menjadi pendamping SBY.
Diprediksi pasangan SBY-HNW masih lebih unggul dan mampu mengatasi pasangan baru Prabowo-Puan. Namun, kalau SBY memilih cawapres selain HNW, apalagi yang berasal dari non-parpol, peluang Prabowo-Puan akan lebih besar untuk memenangkan pilpres Juli mendatang.
Kans besar kemenangan duet SBY-HNW ini sangat disadari oleh kubu ABS (Asal Bukan SBY). Sehingga akhir-akhir ini sangat gencar upaya untuk ‘menceraikan’ SBY-HNW dengan menebarkan black campaign via SMS yang massif, dengan sasaran figur HNW yang dituduh Wahabi dan anti-NKRI.
Targetnya bukan untuk menghalang-halangi tokoh PKS (HNW) menjadi cawapres SBY, tapi agar SBY tidak jadi berpasangan dengan HNW, sehingga kubu ABS akan mampu mengalahkan SBY dalam pilpres mendatang.
Inilah skenario di balik isu Wahabi dan anti-NKRI yang santer ditujukan kepada Hidayat Nur Wahid, Ketua MPR yang dikenal santun dan antikorupsi. SBY dan Demokrat harus cermat membaca skenario lawan politiknya, yang semakin membabi buta agar tidak termakan fitnah dan terjebak dalam permainan mereka.
Kalau tidak, bisa-bisa pada pilpres nanti SBY dan Demokrat akan gigit jari. Dan premis partai pemenang pileg akan kalah dalam pilpres akan terbukti untuk ketiga kalinya.
*yasminfilistin@yahoo.co.id
sumber: inilah.com
----
posted by: pkspiyungan.blogspot.com